Dua Bulan Warga Hidup Bersama Banjir
A
A
A
TAPANULI SELATAN - Dua bulan sudah warga Kelurahan Raniate, Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), hidup bersama banjir yang tak kunjung surut.
Mereka meminta perhatian khusus dari pemerintah untuk segera menanggulangi luapan air dari Sungai Batangtoru tersebut. Saat ini, warga setempat harus menyediakan perahu di depan rumah masing-masing sebagai alat transportasi karena ketinggian air hingga saat ini masih mencapai dua meter di halaman.
Beruntung, warga Raniate banyak yang memiliki rumah panggung sehingga mereka tetap aman di rumah. Namun, anak-anak yang terbiasa bermain di halaman rumah terpaksa harus bermain di dalam air sambil menaiki perahu. Sampai saat ini, warga masih khawatir ketinggian air akan meningkat mengingat cuaca di daerah tersebut masih ekstrem yang ditandai dengan curah hujan tinggi.
“Kami meminta pemerintah, terutama pemerintah pusat untuk memperhatikan kondisi di kelurahan ini. Sampai saat ini kami belum bisa beraktivitas seperti biasa karena air masih tinggi di halaman rumah,” ungkap tokoh masyarakat di daerah itu, Jalalluddin Nasution, 54, Selasa (3/2).
Warga awalnya tidak menyangka desa mereka dikepung banjir hingga dua bulan la-manya. Warga memang sudah sering menjadi langganan banjir, namun tidak sampai selama ini. “Ternyata banjir sudah sampai dua bulan ini belumsurut,” tuturnya.
Tokoh ulama Kelurahan Raniate, Pargolakan Sitompul, 50, mengatakan, kelurahan itu masih digenangi air karena pendangkalan Sungai Batangtoru yang mengalir di sekitar daerah itu hingga ke Danau Siais. Sungai tidak mampu lagi menampung debit air sehingga meluap hingga ke permukiman warga. “Untuk mempercepat air surut, maka pemerintah harus melakukan normalisasi sungai sehingga aliran sungai kembali normal,” tuturnya.
Sementara Bupati Tapsel Syahrul M Pasaribu mengharapkan kepada masyarakat setempat agar bersabar menunggu normalisasi Sungai Batangtoru. Sebagaimana yang pernah disampaikannya, tahun ini pemerintah pusat baru akan melakukan pemetaan dan membuat desain aliran sungai.
Sementara pekerjaan normalisasi baru dilakukan pada 2016. “Pemetaan sungai harus dilakukan sebelum pekerjaan normalisasi,” tandasnya.
zia ul haq nasution
Mereka meminta perhatian khusus dari pemerintah untuk segera menanggulangi luapan air dari Sungai Batangtoru tersebut. Saat ini, warga setempat harus menyediakan perahu di depan rumah masing-masing sebagai alat transportasi karena ketinggian air hingga saat ini masih mencapai dua meter di halaman.
Beruntung, warga Raniate banyak yang memiliki rumah panggung sehingga mereka tetap aman di rumah. Namun, anak-anak yang terbiasa bermain di halaman rumah terpaksa harus bermain di dalam air sambil menaiki perahu. Sampai saat ini, warga masih khawatir ketinggian air akan meningkat mengingat cuaca di daerah tersebut masih ekstrem yang ditandai dengan curah hujan tinggi.
“Kami meminta pemerintah, terutama pemerintah pusat untuk memperhatikan kondisi di kelurahan ini. Sampai saat ini kami belum bisa beraktivitas seperti biasa karena air masih tinggi di halaman rumah,” ungkap tokoh masyarakat di daerah itu, Jalalluddin Nasution, 54, Selasa (3/2).
Warga awalnya tidak menyangka desa mereka dikepung banjir hingga dua bulan la-manya. Warga memang sudah sering menjadi langganan banjir, namun tidak sampai selama ini. “Ternyata banjir sudah sampai dua bulan ini belumsurut,” tuturnya.
Tokoh ulama Kelurahan Raniate, Pargolakan Sitompul, 50, mengatakan, kelurahan itu masih digenangi air karena pendangkalan Sungai Batangtoru yang mengalir di sekitar daerah itu hingga ke Danau Siais. Sungai tidak mampu lagi menampung debit air sehingga meluap hingga ke permukiman warga. “Untuk mempercepat air surut, maka pemerintah harus melakukan normalisasi sungai sehingga aliran sungai kembali normal,” tuturnya.
Sementara Bupati Tapsel Syahrul M Pasaribu mengharapkan kepada masyarakat setempat agar bersabar menunggu normalisasi Sungai Batangtoru. Sebagaimana yang pernah disampaikannya, tahun ini pemerintah pusat baru akan melakukan pemetaan dan membuat desain aliran sungai.
Sementara pekerjaan normalisasi baru dilakukan pada 2016. “Pemetaan sungai harus dilakukan sebelum pekerjaan normalisasi,” tandasnya.
zia ul haq nasution
(ars)