Penjaja Anggrek - Demi Menyambung Hidup, Sehari Berjalan 22 Km

Selasa, 03 Februari 2015 - 13:20 WIB
Penjaja Anggrek - Demi...
Penjaja Anggrek - Demi Menyambung Hidup, Sehari Berjalan 22 Km
A A A
Jajang tengah berdiri di samping gerobak yang berisikan anggrek di salah satu ruas jalan di Kota Bandung kemarin.

Kendati negara menjamin setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, namun tidak demikian dengan Jajang.

Kendati usianya telah renta, Warga Ciater, Kabupaten Subang ini tetap mencari nafkah dengan menjajakan bunga anggrek. Jajang merupakan potret betapa masih banyak masyarakat yang belum bisa memenuhi pekerjaan dan penghidupan yang layak.

Meskipun tiap hari ada saja uang yang dia dapat, tetapi penghasilannya sangat tidak menentu dari menjajakan pohon anggrek yang dibawanya menggunakan gerobak. “Terkadang dalam satu hari laku 10 batang. Tapi beberapanya tidak dibayar kontan,” kata Jajang.

Satu pohon anggrek, Jajang menjual seharga Rp10.000. Walaupun cukup murah, menjual pohon tersebut bukan tanpa kendala. Pernah beberapa kali sama sekali tidak bisa menjual satupun batang pohon anggrek karena sepi pembeli. Namun begitu, tidak bisa dipungkiri, dia seringkali mendapatkan uang kadeudeuh dari orang yang iba kepadanya.

Berbagai aral melintang mencari nafkah itu hingga kini terus dijalani. Untuk menjual pohon anggrek, dia harus menempuh jarak sekitar 22 km setiap hari dengan mendorong gerobak kayu berisikan batang bunga anggrek. Dia menyusuri jalan dari Kopo ke Arcamanik. Kakek yang mengaku kelahiran 1928 tersebut, tampak tak kenal lelah. Di saat orang lain dengan usia yang sama mungkin tinggal menikmati masa tuanya.

Dia masih harus bergelut dengan aktivitas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Betapa tidak, dengan usianya yang sangat renta, dia sudah keluar dari tempat tinggalnya di daerah Kopo sekitar pukul 05.00 WIB. Huniannya itupun bukan rumah pribadi. Melainkan rumah singgah tempat pemberian kenalannya.

Sebelum menjadi penjaja bunga anggrek, dia menceritakan pernah jadi buruh di sebuah pabrik sepatu. Karena perusahaan tersebut pailit, akhirnya terkena pemutusan hubungan kerja. Kurangnya kompetensi yang dimiliki membuat dia kesulitan mendapatkan pekerjaan baru.

Sementara di sisi lain, akses untuk meningkatkan kompetensi juga tidak mudah didapatkan. Pada akhirnya dia sebisanya mencari penghasilan dan beberapa tahun terakhir ini menjajakan pohon anggrek.

Fauzan BANDUNG
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0817 seconds (0.1#10.140)