Penjualan Apel Lokal Meningkat

Senin, 02 Februari 2015 - 11:05 WIB
Penjualan Apel Lokal...
Penjualan Apel Lokal Meningkat
A A A
KENDAL - Penjualan buah apel lokal di Kabupaten Kendal mengalami peningkatan. Hal tersebut setelah pemerintah menyatakan buah apel Amerika mengandung bakteri Listeria mo nocytogenes yang membahayakan bagi kesehatan.

Ali,36, salah seorang pedagang buah di Pasar Kendal Permai Baru mengatakan bahwa pembeli tidak lagi memburu apel jenis Granny Smith dan Gala yang diimpor dari Bidart Bros, Bakersfield, California, Amerika Serikat. “Apel memang salah satu buah yang banyak dicari orang, terutama yang impor. Tapi setelah ada peringatan dari pemerintah soal bahaya apel dari Amerika itu, saat ini banyak pembeli yang beralih ke buah apel lokal,” katanya, kemarin.

Sebelumnya, para pedagang memilih tetap menjajakan apel Amerika tersebut karena tidak mau merugi. Namun, hingga beberapa hari terakhir, dua jenis apel tersebut tidak laku. “Maunya menghabiskan stok saja, tapi tetap tidak laku. Saya dan penjual buah lainnya juga tidak lagi mengambil stok apel Amerika lagi,” lanjutnya.

Dijelaskannya, pembeli saat ini lebih memilih apel Malang dan apel jenis Fuji dari Jepang. Satu kilogram apel Malang Rp20.000, sedangkan jenis Fuji Rp30.000 per kilogramnya. “Selain harganya lebih murah, dua apel ini lebih hygienist dan aman dikonsumsi,” paparnya.

Nuriyah,35, pedagang buah lainnya menambahkan, peningkatan penjualan apel lokal terjadi sejak dipastikan apel Amerika berbakteri. “Penjualan apel lokal meningkat. Biasanya hanya terjual sekitar 30 kilogram per hari, saat ini bisa mencapai 50 kilogram per hari. Ya, bisa menutup kerugian karena apel Amerika tidak terjual,” ucapnya.

Sekretaris Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kendal, Heru Yuniarso menyampaikan, pihaknya mendukung kebijakan penarikan buah impor supaya bisa meningkatkan buah Indonesia. “Kita mendukung kebijakan panarikan buah impor. Kami juga mengimbau supaya warga bisa mengkonsumsi apel malang atau apel medan yang terjamin dan tidak berbahaya serta lebih murah,” tandasnya.

Sementara di Tegal, penjualan apel justru menurun 50- 80%. Dampak pemberitaan apel berbakteri, cukup memukul pedagang di kawasan ini. Tak hanya apel impor, apel lokal pun sama sepi pembeli.

Salah satu pedagang buah di Jalan AR Hakim Yuli, 45, menuturkan, gencarnya pemberitaan buah apel mengandung bakteri berdampak pada penjualan semua jenis buah apel impor. "Pengaruhnya bagi kami jelas ada. Penjualan menurun 50% sejak ada berita apel yang mengandung bakteri," kaya Yuli kemarin.

Dalam sehari Yuli biasanya mampu menjual berbagai jenis apel impor sebanyak 3-5 kilogram. Namun dalam tiga hari terakhir, dia kesulitan menjual karena pembeli banyak yang terlanjur khawatir mengosumsi apel impor. "Sekarang masih susah, paling hanya bisa jual satu kilo sehari. Orang mengiranya semua jenis apel impor bahaya. Padahal kan tidak semua apel mengandung bakteri,” ujarnya.

Yuli sendiri mengaku sudah tidak lagi menjual apel jenis Granny Smith dan Gala sejak setahun terakhir. Adapun jenis apel impor yang dijual Yuli di antaranya apel jenis Fuji asal China dan Jepang, serta apel dari Afrika. Terdapat juga apel jenis Red Delicious dari Amerika.

Hal senada juga diungkapkan penjual apel lainnya, Eni, 40. Dia mengaku terpaksa menurunkan harga sejumlah jenis apel impor agar penjualan tak semakin menurun. "Sekarang sepi. Penurunnya sampai 80%. Biasanya bisa menjual sampai 70 kilo sehari, sekarang paling 20 kilo. Padahal saya tak menjual apel yang dilarang itu," ujarnya kemarin.

Wikha Setiawan/ Farid Firdaus
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7117 seconds (0.1#10.140)