Jalan Alternatif Geblok Rusak Parah
A
A
A
SLEMAN - Jalan alternatif Geblok, Wukirsari, Cangkringan, Sleman, yang menghubungkan Magelang-Solo dan sebaliknya, kondisinya rusak parah. Kerusakan terjadi mulai dari pertigaan Watu Adeg hingga Jembatan, Geblok.
Sepanjang jalan ini, terutama di sisi utara, sebagian aspal mengelupas hampir separuh jalan. Panjang jalan yang rusak sekitar 2 km sehingga kendaraan yang melintas harus hati-hati, Sebab jika tidak, kendaraan bisa terperosok. Imbasnya, banyak kendaraan melintas memakai sisi jalan berlawanan.
Jalan alternatif ini mulai rusak sejak tiga bulan lalu, tapi hingga sekarang belum ada upaya perbaikan permanen dari pemerintah. Padahal selama tiga bulan pascarusak, banyak kecelakaan akibat pemakai jalan terperosok meski tak ada korban jiwa.“Banyak pengendara sepeda motor yang terjatuh di jalan rusak, termasuk truk terperosok dan bannya jeblok (meletus),” ungkap warga Krajan, Wukirsari, Cangkringan Sri Partini, 38, kemarin.
Sri Partini mengatakan, hal lain yang membahayakan akibat rusaknya jalan ini, yakni kendaraan truk sering memakai jalan sisi selatan yang belum rusak. Karena itu, jika ini terus terjadi bukan hanya akan menambah ruas jalan rusak, tapi juga keamanan pengguna jalan di sisi selatan.
Karena itu, warga sekitar meminta pemerintah segera memperbaiki kerusakan jalan tersebut. “Ini harus segera diperbaiki tuntas dan kalau bisa di-hotmix. Jangan hanya ditambal. Sebab jika hanya ditambal, setelah selesai dipastikan tidak ada sebulan rusak lagi,” katanya.
Menurut Sri Partini, meski untuk jalan alternatif itu secara kualitas lebih baik dibandingkan dengan jalan lainnya, namun karena sering dilewati truk-truk membawa material pasir dan batu menyebabkan jalan cepat rusak. Apalagi di sebelah barat sisi utara Jembatan Geblok juga ada depo pasir.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan (DPUP) Sleman Nurbandi mengakui, jika jalan-jalan yang menuju penambangan pasir Merapi banyak yang rusak akibat sering dilewati kendaraan dengan tonase yang berat.
Namun untuk jalan alternatif, karena termasuk jalan provinsi, masalah kerusakan bukan menjadi tanggung jawab kabupaten melainkan provinsi sehingga perbaikannya akan koordinasi dengan pemda DIY. “Yang jelas untuk menekan kerusakan jalan utama, kami sudah membuat jalur khusus penambangan,” katanya.
Anggota Komisi B DPRD Sleman Yani Faturrahman tetap mendesak pemkab setempat segera memperbaiki jalan-jalan yang rusak, baik di sekitar lereng Merapi maupun jalan lainnya. Termasuk infrastruktur lain yang rusak juga harus segara ada tindak lanjutnya. Apalagi untuk retribusi pajak mineral bukan logam dan batuan (MBLB) tahun ini sudah dinaikkan dari Rp15.000 menjadi Rp30.000.
“Karena itu, kami mendorong agar alokasi perawatan jalan segera direalisasikan karena menyangkut pelayanan publik dan integritas pemkab dalam merespons permasalahan warga akibat kegiatan ini,” kata politikus PKS ini.
Priyo Setyawan
Sepanjang jalan ini, terutama di sisi utara, sebagian aspal mengelupas hampir separuh jalan. Panjang jalan yang rusak sekitar 2 km sehingga kendaraan yang melintas harus hati-hati, Sebab jika tidak, kendaraan bisa terperosok. Imbasnya, banyak kendaraan melintas memakai sisi jalan berlawanan.
Jalan alternatif ini mulai rusak sejak tiga bulan lalu, tapi hingga sekarang belum ada upaya perbaikan permanen dari pemerintah. Padahal selama tiga bulan pascarusak, banyak kecelakaan akibat pemakai jalan terperosok meski tak ada korban jiwa.“Banyak pengendara sepeda motor yang terjatuh di jalan rusak, termasuk truk terperosok dan bannya jeblok (meletus),” ungkap warga Krajan, Wukirsari, Cangkringan Sri Partini, 38, kemarin.
Sri Partini mengatakan, hal lain yang membahayakan akibat rusaknya jalan ini, yakni kendaraan truk sering memakai jalan sisi selatan yang belum rusak. Karena itu, jika ini terus terjadi bukan hanya akan menambah ruas jalan rusak, tapi juga keamanan pengguna jalan di sisi selatan.
Karena itu, warga sekitar meminta pemerintah segera memperbaiki kerusakan jalan tersebut. “Ini harus segera diperbaiki tuntas dan kalau bisa di-hotmix. Jangan hanya ditambal. Sebab jika hanya ditambal, setelah selesai dipastikan tidak ada sebulan rusak lagi,” katanya.
Menurut Sri Partini, meski untuk jalan alternatif itu secara kualitas lebih baik dibandingkan dengan jalan lainnya, namun karena sering dilewati truk-truk membawa material pasir dan batu menyebabkan jalan cepat rusak. Apalagi di sebelah barat sisi utara Jembatan Geblok juga ada depo pasir.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan (DPUP) Sleman Nurbandi mengakui, jika jalan-jalan yang menuju penambangan pasir Merapi banyak yang rusak akibat sering dilewati kendaraan dengan tonase yang berat.
Namun untuk jalan alternatif, karena termasuk jalan provinsi, masalah kerusakan bukan menjadi tanggung jawab kabupaten melainkan provinsi sehingga perbaikannya akan koordinasi dengan pemda DIY. “Yang jelas untuk menekan kerusakan jalan utama, kami sudah membuat jalur khusus penambangan,” katanya.
Anggota Komisi B DPRD Sleman Yani Faturrahman tetap mendesak pemkab setempat segera memperbaiki jalan-jalan yang rusak, baik di sekitar lereng Merapi maupun jalan lainnya. Termasuk infrastruktur lain yang rusak juga harus segara ada tindak lanjutnya. Apalagi untuk retribusi pajak mineral bukan logam dan batuan (MBLB) tahun ini sudah dinaikkan dari Rp15.000 menjadi Rp30.000.
“Karena itu, kami mendorong agar alokasi perawatan jalan segera direalisasikan karena menyangkut pelayanan publik dan integritas pemkab dalam merespons permasalahan warga akibat kegiatan ini,” kata politikus PKS ini.
Priyo Setyawan
(ftr)