Tiga Remaja Yogya Curi 60 Sepeda Motor
A
A
A
YOGYAKARTA - Tiga remaja di Yogyakarta nekat mencuri sepeda motor. Tak tanggung-tangung, ketiganya mengaku sudah mencuri motor hingga 60 unit sepanjang tahun 2014 hingga pertengahan Januari 2015 ini.
Mereka selalu berhasil saat mencuri motor menggunakan kunci T dan tak pernah kepergok pemilik motor. Namun, apesnya, saat mereka menjual hasil curian terendus polisi.
"Dari pengakuan mereka sudah lebih dari 60 motor berhasi dicuri, tak pernah sekalipun ketahuan," kata Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Slamet Santoso dalam keterangan pers, Kamis (22/1/2015).
Terungkapnya kasus ini, kata dia, saat salah satu pelaku menjual hasil curian dengan harga di bawah standar. Alasan tak ada surat-surat kendaran menyebabkan harga cukup murah untuk satu unit motor.
"Satu unit hanya dua sampai tiga juta, itu jauh di bawah standar harga motor. Dari situ terbongkar komplotan pencuri motor ini," jelasnya.
Mantan Wadirlantas Polda DIY ini menyebut dua dari tiga pelaku masih di bawah 18 tahun. Kedua pelaku yang masih di bawah umur itu berinisial WP (17), warga Singosaren, Banguntapan, Bantul, dan MA alias Gonteng (17), warga Kotagede, Kota Yogyakarta.
"Dua pelaku masih usia anak-anak, sedangkan satunya inisial WAP alias Ciblek sudah berusia 19 tahun. Ketiganya masih remaja," jelasnya.
Hasil pencurian, kata Slamet, dibagi mereka bertiga. Uang hasil penjualan barang curian dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan foya-foya.
Polisi mengembangkan kasus ini hingga menemukan tiga orang yang diduga sebagai penadah. Mereka berinisial AM (20), S (30), dan AD (21) yang ditangkap secara terpisah.
"Mereka jual ke penadah-penadah ini, kebetulan lokasinya di Sleman. Sehingga, para penadah ini ditangani Polres Sleman (Polsek Depok Barat dan Polsek Depok Timur), kita sudah limpahkan ke Polres Sleman," jelasnya.
Slamet menyebut masih mencari satu unit motor hasil curian yang telanjur dijual ke wilayah Pati, Jawa Tengah. "Anggota ada yang kita tugaskan mencari BB (barang bukti) motor di Pati," katanya.
Selain mencari barang bukti, kata Slamet, anggotanya memburu dua orang berinisial X dan Y di Jawa Tengah yang juga sebagai penadah sekaligus pembuat kunci T.
Mereka selalu berhasil saat mencuri motor menggunakan kunci T dan tak pernah kepergok pemilik motor. Namun, apesnya, saat mereka menjual hasil curian terendus polisi.
"Dari pengakuan mereka sudah lebih dari 60 motor berhasi dicuri, tak pernah sekalipun ketahuan," kata Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Slamet Santoso dalam keterangan pers, Kamis (22/1/2015).
Terungkapnya kasus ini, kata dia, saat salah satu pelaku menjual hasil curian dengan harga di bawah standar. Alasan tak ada surat-surat kendaran menyebabkan harga cukup murah untuk satu unit motor.
"Satu unit hanya dua sampai tiga juta, itu jauh di bawah standar harga motor. Dari situ terbongkar komplotan pencuri motor ini," jelasnya.
Mantan Wadirlantas Polda DIY ini menyebut dua dari tiga pelaku masih di bawah 18 tahun. Kedua pelaku yang masih di bawah umur itu berinisial WP (17), warga Singosaren, Banguntapan, Bantul, dan MA alias Gonteng (17), warga Kotagede, Kota Yogyakarta.
"Dua pelaku masih usia anak-anak, sedangkan satunya inisial WAP alias Ciblek sudah berusia 19 tahun. Ketiganya masih remaja," jelasnya.
Hasil pencurian, kata Slamet, dibagi mereka bertiga. Uang hasil penjualan barang curian dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan foya-foya.
Polisi mengembangkan kasus ini hingga menemukan tiga orang yang diduga sebagai penadah. Mereka berinisial AM (20), S (30), dan AD (21) yang ditangkap secara terpisah.
"Mereka jual ke penadah-penadah ini, kebetulan lokasinya di Sleman. Sehingga, para penadah ini ditangani Polres Sleman (Polsek Depok Barat dan Polsek Depok Timur), kita sudah limpahkan ke Polres Sleman," jelasnya.
Slamet menyebut masih mencari satu unit motor hasil curian yang telanjur dijual ke wilayah Pati, Jawa Tengah. "Anggota ada yang kita tugaskan mencari BB (barang bukti) motor di Pati," katanya.
Selain mencari barang bukti, kata Slamet, anggotanya memburu dua orang berinisial X dan Y di Jawa Tengah yang juga sebagai penadah sekaligus pembuat kunci T.
(zik)