Warga Mengungsi Setiap Hujan 3 Jam
A
A
A
KAJEN - Setiap hujan turun selama tiga jam atau lebih, warga Dukuh Kandangserang Selatan, Desa Kandangserang, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan harus mengungsi meninggalkan rumahnya karena rawan longsor.
“Bukit Wadas Jaran yang tepat berada diataspermukimanwarga itu merupakan titik rawan longsor. Jadi warga harus selalu waspada,” tandas Sekretaris Camat Kandangserang M Ilyas kemarin. Hujan terus-menerus yang terjadi hampir sepekan terakhir membuat ratusan warga harus mengungsi tiap hari.
“Terakhir hujan sekitar 12 jam terjadi sejak Senin (19/1) siang hingga Selasa (20/1) dini hari. Sehingga warga kami ungsikan ke posko evakuasi dan pengungsian yang sudah disiapkan sejak sekitar pukul 17.00 WIB,” ucapnya. Sejumlah lokasi yang dijadikan tempat pengungsian, yakni Polsek Kandangserang, eks Gedung PNPM, Gedung KRPH, dan Gedung MWC NU.
“Total yang mengungsi ada 205 warga RW II yang tersebar di RT, 4, 5, dan 6. Selain di pos-pos pengungsian, juga ada yang mengungsi di sanak saudara mereka. Tapi sekitar subuh tadi sudah pulang ke rumah masingmasing,” ucap M Ilyas. Berdasarkan informasi yang diperolehnya dari Badan Geologi di Bandung dan BPBD Kabupaten Pekalongan, dusun tersebut memang berpotensi longsor.
Selain itu, juga rawan terhadap banjir bandang. “Sebab, di sana juga melintas Sungai Gintung,” ungkapnya. Penjabat Kades Kandangserang Cipto Sumarno mengatakan, Senin (19/1) malam itu sangat mencekam karena empat titik air terjun di bukit Wadas Jaran sudah mengalir lumpur. “Longsor Februari 2014 lalu membentuk empat titik air terjun itu. Sedangkan muaranya adalah Sungai Gintung. Senin malam aliran air terjunnya sudah berlumpur, jadi kami khawatir semua,” paparnya.
Pihaknya juga sudah menyiapkan posko pengungsian lainnya, antaralainMasjidBatius Sholeh, Puskesmas Kandangserang, SDN Kandangserang, BKBH Kandangserang, UPT Dindik, dan BPT Pertanian. “Posko induk ada di Balai Desa, sedangkan posko pantauan ada di RT 6, 7, dan Pos Kamling RW II. Kami juga terus pantau kondisi 24 jam,” ujar Cipto Sumarno.
Jumlah penduduk Dusun Kandangserang Selatan mencapai 815 jiwa yang tersebar di dua RW, dengan rincian 219 KK dan 154 rumah. “Sementara ini, aktivitas warga sini normal seperti biasa. Tapi warga sudah paham kalau harus mengungsi saat terjadi hujan hingga tiga jam,” ucapnya. Di Kudus, talut Jembatan Ploso di Desa Ploso, Kecamatan Kudus Kota yang belum setahun lalu diperbaiki kembali ambrol kemarin.
Kepala Seksi Perawatan Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga, Pengairan dan ESDM Kudus Wisnu Aragani mengatakan ambrolnya talut ini karena besarnya debit air Sungai Gelis seiring hujan deras yang mengguyur wilayah Kudus dalam beberapa hari terakhir. Air menggerus bagian bawah jembatan dan akhirnya meretakkan fondasi jembatan. Retakan terlihat sepanjang 4 meter pada bagian talut.
Jika debit air terus membesar diperkirakan retakan akan lebih besar. “Tahun lalu yang perlu diperkuat sudah kita lakukan, tapi karena memang saat itu proses perbaikan darurat jadi seperti ini,” kata Wisnu kemarin. Seiring ambrolnya talut Jembatan Ploso, arus lalu lintas Kudus- Jepara dan kawasan perkotaan di Kota Kretek terpaksa dialihkan.
Sejumlah ruas jalan searah dibuka menjadi dua arah agar arus lalu lintas penghubung antarkabupaten lebih lancar. Sebelumnya, talut dan tiang penyangga Jembatan Ploso yang dibangun tahun 1974 ambrol saat banjir besar melanda Kudus awal 2014.
“Kendaraan yang boleh melintas hanya sepeda motor, becak, atau sepeda saja. Lainnya dilarang lewat,” ujar Kepala Dishubkominfo Kabupaten Kudus Didik Sugiharto.
Prahayuda Febrianto/ Muhammad Oliez
“Bukit Wadas Jaran yang tepat berada diataspermukimanwarga itu merupakan titik rawan longsor. Jadi warga harus selalu waspada,” tandas Sekretaris Camat Kandangserang M Ilyas kemarin. Hujan terus-menerus yang terjadi hampir sepekan terakhir membuat ratusan warga harus mengungsi tiap hari.
“Terakhir hujan sekitar 12 jam terjadi sejak Senin (19/1) siang hingga Selasa (20/1) dini hari. Sehingga warga kami ungsikan ke posko evakuasi dan pengungsian yang sudah disiapkan sejak sekitar pukul 17.00 WIB,” ucapnya. Sejumlah lokasi yang dijadikan tempat pengungsian, yakni Polsek Kandangserang, eks Gedung PNPM, Gedung KRPH, dan Gedung MWC NU.
“Total yang mengungsi ada 205 warga RW II yang tersebar di RT, 4, 5, dan 6. Selain di pos-pos pengungsian, juga ada yang mengungsi di sanak saudara mereka. Tapi sekitar subuh tadi sudah pulang ke rumah masingmasing,” ucap M Ilyas. Berdasarkan informasi yang diperolehnya dari Badan Geologi di Bandung dan BPBD Kabupaten Pekalongan, dusun tersebut memang berpotensi longsor.
Selain itu, juga rawan terhadap banjir bandang. “Sebab, di sana juga melintas Sungai Gintung,” ungkapnya. Penjabat Kades Kandangserang Cipto Sumarno mengatakan, Senin (19/1) malam itu sangat mencekam karena empat titik air terjun di bukit Wadas Jaran sudah mengalir lumpur. “Longsor Februari 2014 lalu membentuk empat titik air terjun itu. Sedangkan muaranya adalah Sungai Gintung. Senin malam aliran air terjunnya sudah berlumpur, jadi kami khawatir semua,” paparnya.
Pihaknya juga sudah menyiapkan posko pengungsian lainnya, antaralainMasjidBatius Sholeh, Puskesmas Kandangserang, SDN Kandangserang, BKBH Kandangserang, UPT Dindik, dan BPT Pertanian. “Posko induk ada di Balai Desa, sedangkan posko pantauan ada di RT 6, 7, dan Pos Kamling RW II. Kami juga terus pantau kondisi 24 jam,” ujar Cipto Sumarno.
Jumlah penduduk Dusun Kandangserang Selatan mencapai 815 jiwa yang tersebar di dua RW, dengan rincian 219 KK dan 154 rumah. “Sementara ini, aktivitas warga sini normal seperti biasa. Tapi warga sudah paham kalau harus mengungsi saat terjadi hujan hingga tiga jam,” ucapnya. Di Kudus, talut Jembatan Ploso di Desa Ploso, Kecamatan Kudus Kota yang belum setahun lalu diperbaiki kembali ambrol kemarin.
Kepala Seksi Perawatan Jalan dan Jembatan Dinas Bina Marga, Pengairan dan ESDM Kudus Wisnu Aragani mengatakan ambrolnya talut ini karena besarnya debit air Sungai Gelis seiring hujan deras yang mengguyur wilayah Kudus dalam beberapa hari terakhir. Air menggerus bagian bawah jembatan dan akhirnya meretakkan fondasi jembatan. Retakan terlihat sepanjang 4 meter pada bagian talut.
Jika debit air terus membesar diperkirakan retakan akan lebih besar. “Tahun lalu yang perlu diperkuat sudah kita lakukan, tapi karena memang saat itu proses perbaikan darurat jadi seperti ini,” kata Wisnu kemarin. Seiring ambrolnya talut Jembatan Ploso, arus lalu lintas Kudus- Jepara dan kawasan perkotaan di Kota Kretek terpaksa dialihkan.
Sejumlah ruas jalan searah dibuka menjadi dua arah agar arus lalu lintas penghubung antarkabupaten lebih lancar. Sebelumnya, talut dan tiang penyangga Jembatan Ploso yang dibangun tahun 1974 ambrol saat banjir besar melanda Kudus awal 2014.
“Kendaraan yang boleh melintas hanya sepeda motor, becak, atau sepeda saja. Lainnya dilarang lewat,” ujar Kepala Dishubkominfo Kabupaten Kudus Didik Sugiharto.
Prahayuda Febrianto/ Muhammad Oliez
(ftr)