Pompanisasi Listrik Butuh Biaya Rp1 Miliar
A
A
A
SUBANG - Para petani Desa Tanjung dan Sidajaya, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, meminta pemerintah memfasilitasi pembangunan pompanisasi bertenaga listrik untuk memerlancar pasokan air bagi ribuan hektare sawah di wilayah mereka, terutama di musim kemarau.
Tokoh petani Desa Tanjung, Setiabudi Harja, 37, mengatakan, pembangunan pompa listrik yang tersambung ke PLN, penting direalisasikan, terutama untuk menekan biaya operasional bahan bakar (BBM) bagi pompa manual (mesin pompa air) yang selama ini dipakai para petani.
“Kami yakin, kalau pompanya pakai tenaga listrik, ongkos menyedot air bakal lebih hemat, apalagi kalau sistem bayarnya pakai pulsa listrik. Kami bisa mengatur penggunaannya sesuai kebutuhan. Selama ini, dengan memakai pompa manual, biayanya cukup besar. Dalam sehari, kami harus keluarkan ongkos minimal Rp100.000, khususnya untuk beli BBM sebanyak 10 liter. Kami cukup kewalahan juga,”keluh Setiabudi kepada KORAN SINDO kemarin.
Selama kemarau, petani setempat biasa mengandalkan pasokan air dari Sungai Cipunagara lewat pompa manual. Itu pun bagi mereka yang lokasi sawahnya dekat dengan sungai. Ada pun yang lokasinya jauh, ter paksa membuat sumur pantek dan menyedotnya dengan mesin pompa bertenaga BBM, dengan biaya berkali lipat.
Namun dengan pompa listrik, pihaknya yakin, sekitar 500 hektare sawah yang lokasinya jauh dari sumber air bisa terpasok dengan biaya terjangkau. “Kalau pakai listrik, tenaga sedot dan daya jangkau pasti lebih besar, sebab kekuatan mesin pompanya bisa disesuaikan. Areal sawah yang lokasinya jauh pun bisa kejangkau. Makanya, kami berharap, pompanisasi listrik segera di laksanakan,”ucapnya.
Kepala UPTD Pertanian Tanaman Pangan Kecamatan Cipunagara Rastim mengaku, bakal segera mengajukan usulan para petani ini kepada Pemkab Subang. Rencananya, instalasi pompa listrik akan dibangun di dua lokasi, yakni Desa Tanjung dengan sumber air dari Sungai Cipunagara dan Desa Sidajaya dengan sumber air dari Sungai Cilamatan.
“Jika direalisasi, kedua pompa ini mampu mengairi 1.000 hektare lahan pertanian di dua desa itu, yang selama musim kemarau lazim kesulitan pasokan air,”kata Rastim saat dihubungi. Dia menyebut, pembangunan infrastruktur kedua pompa listrik berikut pipanisasi dan sarana pendukung lainnya, di perkirakan butuh anggaran sebesar Rp1 miliar. “Kami targetkan, usul an ini bisa direalisasi paling lambat pada 2016 mendatang,”ujarnya.
Dia memastikan, keberadaan fasilitas tersebut mampu menghemat dan mengefisienkan ongkos operasional petani, di bandingkan menggunakan mesin pompa bertenaga BBM. Sebab, biaya pompa listrik lebih terukur, apalagi jika sistem pembayarannya berbasis pulsa (pascabayar).
Usep Husaeni
Tokoh petani Desa Tanjung, Setiabudi Harja, 37, mengatakan, pembangunan pompa listrik yang tersambung ke PLN, penting direalisasikan, terutama untuk menekan biaya operasional bahan bakar (BBM) bagi pompa manual (mesin pompa air) yang selama ini dipakai para petani.
“Kami yakin, kalau pompanya pakai tenaga listrik, ongkos menyedot air bakal lebih hemat, apalagi kalau sistem bayarnya pakai pulsa listrik. Kami bisa mengatur penggunaannya sesuai kebutuhan. Selama ini, dengan memakai pompa manual, biayanya cukup besar. Dalam sehari, kami harus keluarkan ongkos minimal Rp100.000, khususnya untuk beli BBM sebanyak 10 liter. Kami cukup kewalahan juga,”keluh Setiabudi kepada KORAN SINDO kemarin.
Selama kemarau, petani setempat biasa mengandalkan pasokan air dari Sungai Cipunagara lewat pompa manual. Itu pun bagi mereka yang lokasi sawahnya dekat dengan sungai. Ada pun yang lokasinya jauh, ter paksa membuat sumur pantek dan menyedotnya dengan mesin pompa bertenaga BBM, dengan biaya berkali lipat.
Namun dengan pompa listrik, pihaknya yakin, sekitar 500 hektare sawah yang lokasinya jauh dari sumber air bisa terpasok dengan biaya terjangkau. “Kalau pakai listrik, tenaga sedot dan daya jangkau pasti lebih besar, sebab kekuatan mesin pompanya bisa disesuaikan. Areal sawah yang lokasinya jauh pun bisa kejangkau. Makanya, kami berharap, pompanisasi listrik segera di laksanakan,”ucapnya.
Kepala UPTD Pertanian Tanaman Pangan Kecamatan Cipunagara Rastim mengaku, bakal segera mengajukan usulan para petani ini kepada Pemkab Subang. Rencananya, instalasi pompa listrik akan dibangun di dua lokasi, yakni Desa Tanjung dengan sumber air dari Sungai Cipunagara dan Desa Sidajaya dengan sumber air dari Sungai Cilamatan.
“Jika direalisasi, kedua pompa ini mampu mengairi 1.000 hektare lahan pertanian di dua desa itu, yang selama musim kemarau lazim kesulitan pasokan air,”kata Rastim saat dihubungi. Dia menyebut, pembangunan infrastruktur kedua pompa listrik berikut pipanisasi dan sarana pendukung lainnya, di perkirakan butuh anggaran sebesar Rp1 miliar. “Kami targetkan, usul an ini bisa direalisasi paling lambat pada 2016 mendatang,”ujarnya.
Dia memastikan, keberadaan fasilitas tersebut mampu menghemat dan mengefisienkan ongkos operasional petani, di bandingkan menggunakan mesin pompa bertenaga BBM. Sebab, biaya pompa listrik lebih terukur, apalagi jika sistem pembayarannya berbasis pulsa (pascabayar).
Usep Husaeni
(ftr)