Segar Bugar dari Tuah Minuman Kesehatan

Minggu, 18 Januari 2015 - 10:28 WIB
Segar Bugar dari Tuah Minuman Kesehatan
Segar Bugar dari Tuah Minuman Kesehatan
A A A
Minuman kesehatan belakangan ini menjadi tren dan gaya hidup masyarakat perkotaan, termasuk di Medan. Mulai dari minuman mengandung oksigen, isotonik, minuman energi dan minuman bersuplemen. Bahkan, belakangan juga booming minuman kesehatan infused water yang lebih alami.

Saat ini iklan minuman kesehatan sangat gencar ditayangkan media. Masyarakat menjadi terdorong untuk membeli dan mengonsumsi, tanpa lebih dulu memikirkan dampak dari minuman tersebut terhadap tubuh. Bahkan, minuman alami seperti infused water kalau tidak cermat memilih buah yang akan dikonsumsi juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan.

Misalnya penderita maag yang mengonsumsi air dicampur buah lemon dan jeruk nipis secara terus menerus, maka akan berakibat maag akut. Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Medan, Ramlan Sitompul mengatakan kalau salah konsumsi, minuman kesehatan pun dapat berdampak buruk. Menurutnya, daripada mengonsumsi minuman-minuman energi pabrikan, sebaiknya justru memilih minuman yang bersifat alami saja, seperti air putih atau jus. Ini memang lantaran tubuh manusia mempunyai kebutuhan cairan yang berbeda-beda.

Terlebih bagi orang sakit yang berbeda kebutuhan cairannya. “Kalau mau hidup sehat, konsumsi yang natural. Jadi, sebelum meminum air mineral, cermat memilih dengan baik air yang akan diminum,” tutur dia. Minuman kesehatan pabrikan jika dikonsumsi berlebihan juga bisa berdampak buruk.

Bisa menyebabkan penyakit lambung, bahkan bisa berakibat gagal ginjal. Sebab, pada minuman yang tidak alami ini tercampur pengawet dan kafein seperti kopi yang apabila dikonsumsi berlebihan akan memicu berbagai macam penyakit seperti serangan jantung. Sementara kandungan gula pada minuman berenergi pabrikan dapat memicu diabetes. “Kalaupun ingin minum, minumlah sesuai kebutuhan. Jangan menjadi kebiasaan,” ucap dia.

Dokter spesialis patologi anatomi, Delyuzar, juga mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, sah-sah saja jika meminum minuman kesehatan asal jangan berlebihan. “Terlebih bagi orang dengan penyakit lambung, minuman-minuman ini bukannya jadi menyehatkan malah membuat sakit,” ucapnya.

Sementara Psikolog Sumut, Irna Minauli, menjelaskan, kesadaran akan pentingnya kesehatan tampaknya sudah semakin baik di kalangan masyarakat. Dengan semakin banyaknya penyakit-penyakit mematikan yang belum ditemukan pengobatannya, membuat publik berupaya melakukan tindakantindakan preventif untuk mencegah terjangkitnya penyakit tersebut.

“Hal ini memberi peluang bagi beberapa produsen untuk mengembangkan berbagai jenis minuman atau suplemen yang dipromosikan memiliki khasiat tertentu. Ditambah dengan iklan yang gencar serta testimoni dari para penggunanya,” ujarnya. Beberapa konsumen yang kurang kritis dan mudah dipengaruhi biasanya akan langsung percaya dengan khasiat yang digembar-gemborkan, terlebih ketika mereka sendiri sudah dalam kondisi terjangkit penyakit, sehingga akan berupaya melakukan berbagai hal.

Menurutnya, penggunaan suplemen seperti multivitamin juga harus dipertimbangkan secara bijaksana. Beberapa vitamin dan mineral sebenarnya sudah terkandung di dalam makanan sehari-hari. Hanya saja karena banyak yang mengembangkan pola hidup kurang sehat seperti mengonsumsi junk food, sehingga kebutuhan akan vitamin dan mineral tidak sepenuhnya dapat dipenuhi untuk tubuhnya.

“Untuk itu, sudah saatnya kita mengembangkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan berimbang dan berolahraga. Jangan hanya berharap pada minuman ke-sehatan,” ucapnya. Psikolog di Medan, Indah Kumala, melihat masyarakat banyak yang terperdaya iklan di media terutama televisi. Gencarnya iklan yang hampir setiap waktu muncul dan dilihat ataupun didengar, mengakibatkan masyarakat menilai bahwa minuman kesehatan yang baik itu seperti minuman yang mengandung isotonik dan lainnya.

Di sinilah masyarakat perlu berhati- hati. “Harusnya jangan terlalu terperdaya dengan iklan ataupun reklame. Jangan karena iklan yang mengonsumsi adalah artis atau idolanya maka masyarakat langsung terpengaruh dan ikut mengonsumsinya. Padahal, belum tentu minuman itu baik untuk kesehatannya,” kata Indah.

Sebaiknya, sebelum mengonsumsi minuman kesehatan yang sifatnya pabrikan, masyarakat dapat melihat dulu kandungan minuman di dalamnya. “Jangan mengikuti tren atau gaya hidup orang lain, malah kita tidak sehat. Makanya harus cermat, teliti sebelum membeli dan meminum,” ujar Indah. Akan lebih baik lagi jika masyarakat mau kembali ke alam (back to nature ).

“Kalau yang sifatnya pabrikan itu minumannya hanyalah dopping sesaat, sebaiknya jangan terlalu dipercaya. Lebih baik kalau kita kembali saja ke alam. Kalau minuman dopping itu memang tubuh rasanya di awal fit dan bersemangat tapi itu hanya sementara,” papar Indah. Untuk kembali ke alam, menurut Indah, masyarakat bisa mengonsumsi banyak minuman sehat, selain jus buah, juga bisa daun sirsak yang direbus dan diminum airnya.

Madu dan lemon, hingga minuman infused water . Nah jenis minuman kesehatan yang terakhir ini yakni minuman yang terbuat dari air putih yang diisi irisan berbagai buah-buahan. “Back to nature itu lebih baik, apalagi Tuhan juga sudah membuat yang alami. Saya saja sudah tiga bulan ini mengonsumsi infused water yakni irisan lemon dengan air putih, dan dampaknya saya lebih fit ,” kata Indah.

Indah juga mengatakan, untuk mengonsumsi infused water sebaiknya cermat dalam memilih buah. Sebaiknya memakai buah yang aman bagi tubuh. “Jangan pula karena ingin cepat kurus, setiap hari minum lemon dan jeruk nipis. Kalau ini tentu bisa membuat perut sakit. Makanya membuat infused water juga sebaiknya memahami kandungan vitamin dan khasiat buah itu bagi tubuh kita,” ujarnya.

Direktur Lembaga Advokasi Perlindungan Konsumen(LAPK) Sumut, Farid Wajdi, menuturkan, saat ini di pasaran banyak sekali muncul minuman kesehatan yang menawarkan kebaikan dari bahan alami yang terkandung dalam minuman tersebut. Padahal, minuman kemasan tersebut hanyalah minuman dengan perasan buah yang mencantumkan manfaat kesehatan hanya untuk meningkatkan penjualan semata.

Karena itu, masyarakat juga harus senantiasa waspada dan pintar memilih minuman yang dikonsumsi. “Bagi sebagian orang yang tidak suka minum air putih, minuman ringan (soft drink ) mungkin sering dijadikan pilihan untuk mencukupi kebutuhan air harian. Namun kita tahu, minuman ringan tidak begitu menyehatkan dengan gula dan bahanbahan lain yang ditambahkan ke dalamnya,” katanya.

Kalaupun beralih pada minuman yang diklaim sehat oleh perusahaan minuman, menurut Farid, konsumen juga belum tentu mendapatkan manfaat optimal. Pasalnya, minumanminuman tersebut juga mengandung gula dan bahkan pengawet. Karena itu, beralih ke minuman alami mungkin bisa jadi jawabannya.

Namun, bagi masyarakat yang mengonsumsi minuman sehat dengan membeli produk, perlu diperhatikan banyak hal. Sebab, dengan semakin banyak produk makanan dan minuman dengan kemasan menarik (botol, kaleng, plastik, dan sebagainya), terkadang konsumen tidak memperhatikan hal yang paling penting seperti kemasan, label, dan lainnya.

Menurutnya, hal-hal yang harus diperhatikan agar masyarakat terhindar dari tipu daya demi terwujudnya keamanan dan keselamatan, yakni perhatikanlah labelnya. Sebelum mengonsumsi produk makanan dan minuman, konsumen perlu memperhatikan informasi yang tertera pada labelnya.

“Yang kedua adalah kemasannya. Hati-hati terhadap kemasan yang sudah rusak. Kemasan rusak berarti produk sudah tidak layak dikonsumsi karena isinya kemungkinan sudah terkontaminasi. Hal ini sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa konsumen,” ucapnya. Selanjutnya, perhatikan tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa produk tersebut. Perubahan fisik berupa bau yang tidak sedap, warna, bentuk, dan rasa adalah tanda-tanda produk yang bersangkutan telah rusak dalam setiap produk kemasan harus tercantum tanggal kedaluwarsa.

“ Makanan atau minuman yang telah rusak dan telah kedaluwarsa ketika dikonsumsi dapat membahayakan kesehatan, bahkan mengancam keselamatan jiwa,” ucapnya. Karena itu, tambahnya, hindari kemasan yang rusak, penyok, melembung, dan berkarat. Belilah produk yang sudah terdaftar di Kementerian Kesehatan atau Balai Pengawas Obat dan Makanan.

“Yang paling penting, utamakan mutu dan kualitas produk, sehingga jangan terpengaruh. Cermati kandungan yang terdapat dalam minuman tersebut. Pilih minuman yang mengandung bahan yang aman untuk dikonsumsi. Bahan tradisional adalah pilihan tepat,” tandasnya.

Siti amelia, Lia anggia nasution, Eko agustyo fb
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1939 seconds (0.1#10.140)