Tak Diborgol dan Abunya Dibawa ke Vietnam
A
A
A
SEMARANG - Dua hari menjelang pelaksanaan eksekusi hukuman mati, Tran Thi Bich Hanh, 37, menyampaikan permintaan terakhirnya.
Lewat tulisan tangan di atas secarik kertas, Bich Hanh kemarin meminta agar tak diborgol saat berada di hadapan regu tembak. Selain itu, perempuan asal Vietnam itu meminta jenazahnya dikremasi di Semarang dan abunya dibawa pulang ke negara asalnya. Permintaan itu disampaikan melakui Kepala Lapas (Kalapas) Kelas IIA Wanita (Lapas Bulu) Kota Semarang alias Lapas Bulu, Suprobowati.
“Di sini panggilannya Asien. Permintaan terakhir itu disampaikan ke saya. Asien ngobrol dengan saya dan menulis sendiri pesannya dengan tulisan tangan. Tulisannya memakai bahasa Indonesia. Sejak dipindahkan ke sini 3,1 tahun lalu, Asien memang mulai bagus bahasa Indonesianya,” ungkap Probo di Lapas Bulu kemarin.
Permintaan terakhir itu tidak disampaikan langsung ke jaksa karena Asien mengaku tidak bisa nyaman berbicara dengan jaksa. Sayang, Kalapas tidak mengizinkan KORAN SINDO memotret tulisan tangan permintaan terakhir Asien. Alasannya, harus seizin kejaksaan.
Setali tiga uang, Kepala Seksi Penerangan Hukum Kejati Jateng Eko Suwarni juga melarang wartawan memotret tulisan tangan Asien tersebut. Dalam kesehariannya sebelum keputusan eksekusi beredar, Asien masih terlihat ceria dan nyaman. Awalnya penyelundup 1,1 sabu-sabu di Bandara Adi Soemarmo, Boyolali itu ditempatkan di sel bersama beberapa terpidana warga negara asing (WNA) lainnya yang mendekam di sana.
Namun, dia kemarin sudah dipindahkan di sel isolasi. Komunikasi dengan keluarganya di Vietnam selama ini juga berjalan lancar. Bich Hanh menelepon keluarganya melalui wartelsuspas di Lapas yang diresmikan Februari 2012 silam. “Sekarang sudah sering makan masakan Indonesia. Memang dulu masih makan makanan Vietnam. Kami biasa beli di Gajahmada Semarang untuk dia,” papar Probo.
Asien juga aktif membuat kerajinan tangan, termasuk menjahit payet. Hobinya yang lain main gitar sambil bernyanyi. Di ujung eksekusi, saat mendekam di sel isolasi, Asien meminta rokok. Sebetulnya itu dilarang. Namun karena ini permintaan menjelang eksekusi akhirnya dikabulkan. “Tadi pagi dia masih main gitar sambil merokok. Terlihat tenang sekali, tidak ada beban,” ujar Probo.
Kepala Pengamanan LP Bulu, Putranti menambahkan, Asien memang meminta untuk dikremasi. “Nanti dikremasi di Kedungmundu (krematorium) dan abunya di bawa pulang ke Vietnam. Memang tidak ada permintaan, ingin keluarganya (Vietnam) ke sini,” ungkapnya.
Rohaniwan dari GBT Firman Kudus Semarang Luis Immanuel mengaku sering memberikan pendampingan dengan siraman-siraman rohani kepada Asien. “Mengatakan kepada saya, ingin abunya dikremasi. Awalnya mau dilarung di laut saja, tapi akhirnya ingin dibawa ke Vietnam,” kata dia.
Pantauan di Lapas Bulu Semarang kemarin terlihat penjagaan dari pihak kepolisian. Jaksa juga terlihat sibuk menyiapkan berkasberkas. Wartawan tidak boleh masuk dan mendekat ke pintu 4 alias pintu terakhir sebelum sel. Wartawan hanya diperbolehkan sampai pintu 3.
Berdasar data yang terpampang per Jumat (16/1/2015) siang, lapas yang terletak di Jalan MGR Soegijapranata itu dihuni total 274 warga binaan. Rinciannya, 238 status narapidana dan 36 tahanan. Padahal daya tampungnya hanya 174 dengan rincian untuk pidana umum 69 orang dan 1 residivis.
Sementara pidana khusus ada 204 orang yang terdiri atas 4 kasus perdagangan manusia (trafficking ), 159 narkoba, 40 korupsi, dan 1 pencucian uang (money laundry ) . Total WNA ada 6 orang, yakni dari Vietnam, Turki, China, Filipina, Taiwan, dan Iran.
Eka Setiawan
Lewat tulisan tangan di atas secarik kertas, Bich Hanh kemarin meminta agar tak diborgol saat berada di hadapan regu tembak. Selain itu, perempuan asal Vietnam itu meminta jenazahnya dikremasi di Semarang dan abunya dibawa pulang ke negara asalnya. Permintaan itu disampaikan melakui Kepala Lapas (Kalapas) Kelas IIA Wanita (Lapas Bulu) Kota Semarang alias Lapas Bulu, Suprobowati.
“Di sini panggilannya Asien. Permintaan terakhir itu disampaikan ke saya. Asien ngobrol dengan saya dan menulis sendiri pesannya dengan tulisan tangan. Tulisannya memakai bahasa Indonesia. Sejak dipindahkan ke sini 3,1 tahun lalu, Asien memang mulai bagus bahasa Indonesianya,” ungkap Probo di Lapas Bulu kemarin.
Permintaan terakhir itu tidak disampaikan langsung ke jaksa karena Asien mengaku tidak bisa nyaman berbicara dengan jaksa. Sayang, Kalapas tidak mengizinkan KORAN SINDO memotret tulisan tangan permintaan terakhir Asien. Alasannya, harus seizin kejaksaan.
Setali tiga uang, Kepala Seksi Penerangan Hukum Kejati Jateng Eko Suwarni juga melarang wartawan memotret tulisan tangan Asien tersebut. Dalam kesehariannya sebelum keputusan eksekusi beredar, Asien masih terlihat ceria dan nyaman. Awalnya penyelundup 1,1 sabu-sabu di Bandara Adi Soemarmo, Boyolali itu ditempatkan di sel bersama beberapa terpidana warga negara asing (WNA) lainnya yang mendekam di sana.
Namun, dia kemarin sudah dipindahkan di sel isolasi. Komunikasi dengan keluarganya di Vietnam selama ini juga berjalan lancar. Bich Hanh menelepon keluarganya melalui wartelsuspas di Lapas yang diresmikan Februari 2012 silam. “Sekarang sudah sering makan masakan Indonesia. Memang dulu masih makan makanan Vietnam. Kami biasa beli di Gajahmada Semarang untuk dia,” papar Probo.
Asien juga aktif membuat kerajinan tangan, termasuk menjahit payet. Hobinya yang lain main gitar sambil bernyanyi. Di ujung eksekusi, saat mendekam di sel isolasi, Asien meminta rokok. Sebetulnya itu dilarang. Namun karena ini permintaan menjelang eksekusi akhirnya dikabulkan. “Tadi pagi dia masih main gitar sambil merokok. Terlihat tenang sekali, tidak ada beban,” ujar Probo.
Kepala Pengamanan LP Bulu, Putranti menambahkan, Asien memang meminta untuk dikremasi. “Nanti dikremasi di Kedungmundu (krematorium) dan abunya di bawa pulang ke Vietnam. Memang tidak ada permintaan, ingin keluarganya (Vietnam) ke sini,” ungkapnya.
Rohaniwan dari GBT Firman Kudus Semarang Luis Immanuel mengaku sering memberikan pendampingan dengan siraman-siraman rohani kepada Asien. “Mengatakan kepada saya, ingin abunya dikremasi. Awalnya mau dilarung di laut saja, tapi akhirnya ingin dibawa ke Vietnam,” kata dia.
Pantauan di Lapas Bulu Semarang kemarin terlihat penjagaan dari pihak kepolisian. Jaksa juga terlihat sibuk menyiapkan berkasberkas. Wartawan tidak boleh masuk dan mendekat ke pintu 4 alias pintu terakhir sebelum sel. Wartawan hanya diperbolehkan sampai pintu 3.
Berdasar data yang terpampang per Jumat (16/1/2015) siang, lapas yang terletak di Jalan MGR Soegijapranata itu dihuni total 274 warga binaan. Rinciannya, 238 status narapidana dan 36 tahanan. Padahal daya tampungnya hanya 174 dengan rincian untuk pidana umum 69 orang dan 1 residivis.
Sementara pidana khusus ada 204 orang yang terdiri atas 4 kasus perdagangan manusia (trafficking ), 159 narkoba, 40 korupsi, dan 1 pencucian uang (money laundry ) . Total WNA ada 6 orang, yakni dari Vietnam, Turki, China, Filipina, Taiwan, dan Iran.
Eka Setiawan
(ftr)