Bripda Taufiq Tinggal di Bekas Kandang Sapi

Kamis, 15 Januari 2015 - 12:38 WIB
Bripda Taufiq Tinggal di Bekas Kandang Sapi
Bripda Taufiq Tinggal di Bekas Kandang Sapi
A A A
SLEMAN - Dibalik seragam yang dikenakan, tidak semua anggota polisi hidup berkecukupan. Salah satunya yang dialami Bripda Muhammad Taufiq Hidayat, seorang anggota Sabhara Polda DIY.

Atasan dan rekan-rekan Taufiq juga tak ada yang menyangka akan mirisnya kehidupan anggota Polri yang masuk tahun 2014 itu. Dalam kesehariannya, dia bersama keluarga tinggal di bangunan bekas kandang sapi. Taufiq yang lahir pada 25 Maret 1995 ini merupakan anak sulung dari empat bersaudara.

Setelah mengikuti pendidikan Sekolah Polisi Nasional (SPN) Selopamioro, Imogiri, Bantul, akhir Desember 2014, Taufiq menjalani karier pertamanya di Direktorat Sabhara Polda DIY. Dalam kondisi perekonomian sangat pas-pasan, karena tak memiliki motor setiap hari dia berangkat dinas menggunakan anggutan umum.

Bila tak memiliki uang terlebih saat Taufiq belum mendapatkan gaji pertamanya, tak jarang dia harus jalan kaki dari rumahnya di Dusun Jongke Tengah RT 04/23, Sendangadi, Mlati, Sleman. Bila beruntung, Tuaufiq membonceng temannya yang kebetulan melintas.

Meski dalam kondisi serba susah, dia tak pernah mengeluh. Taufiq terus menjalani kariernya di kepolisian dengan bangga. Seiring berjalannya waktu kehidupan keseharian Taufiq terkuak. Itu berawal dari kejadian Taufiq yang terlambat masuk dinas. Keterlambatan itu dilaporkan ke atasannya.

Setelah mendengar alasan Taufiq terlambat, maka untuk membuktikannya ada anggota polisi ditugaskan mengecek tempat tinggalnya. Begitu tahu kondisi kehidupan Taufiq sebenarnya, sontak semua menjadi prihatin. Tak ada satu pun yang menyangka.

Guna mengetahui kondisi tempat tinggal Taufiq, Rabu (14/1) kemarin, Direktur Sabhara Polda DIY Kombes Pol Zulsa Sulaiman bersama Kabid Humas AKBP Anny Pudjiastuti dan beberapa anggota Sabhara lain berkunjung ke rumahnya. Bangunan yang ditempati keluarga Taufiq terlihat sangat kecil dan kumuh dengan ukuran antara 2,5 X 5 m.

Itu juga hanya bisa digunakan separuh sehingga di dalam hanya ada satu tempat tidur dan lemari baju. Sementara tempat memasak di luar rumah. Sekeliling bangunan yang ditempati adalah kandang sapi yang dikelola kelompok masyarakat setempat.

Sementara di jalan masuk ke rumah terdapat satu mobil bak terbuka yang biasa digunakan bapak Taufiq untuk bekerja bila ada warga meminta jasa mengantar barang. “Bangunan (yang digunakan untuk tempat tinggal) ini dulunya kandang sapi juga. Terus disewa setahun Rp170.000 untuk isi kas kelompok,” ucap Taufiq saat diminta menunjukkan tempat tinggalnya kemarin.

Taufiq sendiri bersama anggota polisi satu angkatannya, dalam beberapa hari terakhir, menempati aula di Gedung Direktorat Sabhara Polda DIY sebelum mendapat kepastian penempatan tugas baru. Bangunan bekas kandang sapi yang menjadi rumah singgahnya hanya ditempati bapak dan kedua adiknya yang masih duduk di bangku SD.

Bahkan, karena keterbatasan tempat, satu saudaranya diikutkan tinggal di rumah kerabatnya. “Adik saya yang nomor dua tinggal di rumah si mbah,” kata Taufiq. Dia menceritakan secara terbuka kehidupannya. Taufiq beserta adik dan bapaknya sudah dua tahun menempati bangunan bekas kandang sapi itu. Itu dimulai sejak orang tuanya bercerai dan rumah yang dimiliki dijual ibunya.

Sejak perceraian itu, Taufiq dan ketiga adiknya lebih memilih ikut bapaknya. Meski berat, mereka tetap tegar. Berasal dari keluarga sederhana, Taufiq yang merupakan lulusan SMK Negeri 1 Seyegan, Sleman, mengaku memiliki cita-cita menjadi polisi. Sejak sekolah, dia sudah mengikuti ekstra Saka Bhayangkara, ketika dia mendapatkan ilmu kedisiplinan.

Begitu lulus pada 2013, di sekolahnya Taufiq diangkat menjadi pegawai tidak tetap untuk staf perpustakaan. Menjelang pendaftaran anggota Polri 2014, oleh temannya, dia didukung mendaftar. “Pas daftar itu saya jalan kaki, bapak tidak tahu,” katanya.

Setelah mengikuti berbagai tes dan diumumkan diterima dalam sidang terbuka penerimaan brigadir, Taufiq mulai mengajak bapaknya ikut. Saat itu, menurut dia, bapaknya masih belum yakin dan penasaran apa benar anaknya diterima jadi polisi. Kalaupun diterima dari mana anaknya mendapat uang untuk membayar.

Setelah diyakinkan Taufiq, mereka berangkat ke Polda DIY dengan meminjam motor dari bengkel. “Kebetulan daftar sekali langsung diterima dan itu benar-benar gratis. Saya bangga jadi polisi, mudah-mudahan bisa menjadi motivasi bagi adikadik saya, dengan kondisi terpuruk sekalipun kita harus berani bangkit jangan sampai justru semakin terpuruk,” ucapnya.

Direktur Sabhara Polda DIY Kombes Pol Zulsa Sulaiman mendengar cerita Taufiq menyampaikan kebanggaan terhadap anggotanya itu. Dengan dedikasinya, Taufiq dapat menjadi motivator bagi orang lain terutama teman-teman satu angkatannya. Itu sangat penting karena polisi kadang memiliki perasaan layaknya orang lain, yakni jenuh dengan situasi yang dihadapi.

“Saya bangga dengan Taufiq. Saya berharap Taufiq ke depannya tetap lebih baik, jenjang kariernya lebih baik ke depan,” katanya. Selama tinggal di Aula Direktorat Sabhara Polda DIY, anggota baru seminggu sekali tetap diberi kesempatan pesiar atau pulang ke rumah. Untuk pembinaan, polisi tetap profesional dan tidak membedabedakan Taufiq dengan anggota lain.

Namun supaya tidak terlambat, Taufiq diakui tinggal di rumah Wadirsabhara Polda DIY AKBP Prihartono. “Dia disuruh memakai motor milik Wadirsabhara,” katanya.

Muji Barnugroho
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6597 seconds (0.1#10.140)