Alamiah Berlidah Perak
A
A
A
BERPARAS cantik, berpostur tinggi, dan lihai melobi merupakan deskripsi singkat dari sosok bernama lengkap Tita Witenry. Perempuan kelahiran Cimahi 39 tahun silam itu dikenal aktif di bidang broadcast dan marketing.
Meski memiliki ‘lidah perak’ karena jago meyakinkan kliennya. Tapi, siapa sangka jika Tita sebenarnya tak memiliki bekal teori maupun latar belakang di bidang penyiaran dan marketing saat masih duduk di bangku kuliah, semuanya berjalan alamiah.
Bagi Tita broadcast dan marketing, merupakan dua dunia tapi pada dasarnya memiliki kesamaan, bahkan salit terkait. Sama-sama butuh keahlian verbal dan kerap menjadi ujung tombak di sebuah perusahaan media, termasuk radio. Tita yang kini menjabat sebagai Marketing Manager MNC Radio Network Bandung Area mengatakan, jalan hidupnya memang tergolong unik, seunik kariernya yang ibarat kutu loncat karena sering pindah tempat kerja maupun profesi.
Garis dan jalan hidup membuatnya sangat menikmati rutinitas sebagai seorang marketing dengan pencapaian yang tergolong fantastis. Ibu empat orang anak ini mengaku, awalnya terjun ke dunia broadcast sebagai penyiar radio. Kesibukannya di ruang siaran dilakoni lumayan lama dari 1996 hingga 2002. Bahkan, Tita mengatakan hingga kini masih sangat mencintai dunia penyiaran.
Baginya, dunia penyiaran bukan sekadar tempat bekerja, juga jadi ruang menambah ilmu dan menumbuhkan banyak kenangan tak terlupakan. “Sejak SMP saya seorang pendengar radio, terutama musik bergenre rock. Makanya saya suka sekali lagu-lagu rock. Saya sempat mengalami yang namanya request direkam dulu baru diputar, lalu sempat juga kirim requestpakai kertas yang dimasukan ke loker tempat studio radio, bahkan zamannya balasbalasan puisi cinta lewat radio pun saya pernah mengalaminya,” kenangnya semringah.
Dengan latar belakang pendidikan di bidang administrasi pertanahan, tak tersirat dalam pikiran Tita terjun di dunia penyiaran. Namun, rupanya pengalaman kerja part time alias sambilan, tanpa disadari membuatnya tangguh ketika dihadapkan pada sebuah tantangan. “Dulu saya pernah jadi SPG rokok, ya buat nambah-nambah uang jajan. Tapi dari situ saya dapat pengalaman berinteraksi dengan berbagai macam karakter orang,” ujarnya.
Dia mengaku, pernah beberapa kali sempat ditawari jadi model oleh agency. Namun, akhirnya Tita lebih jatuh cinta terhadap dunia penyiaran radio ketimbang bergaya di depan kamera atau berjalan di atas catwalk. “Sejak dulu memang tertarik sama radio. Entah kenapa. Yanamanya juga zaman anak-anak dan remaja, radio itu masih terbilang unik, berbeda dengan sekarang,” katanya.
Menurutnya, hal yang tak pernah dilupakan selama menjadi penyiar radio adalah saat pertama kali mengudara. Meski sudah berlatih maksimal, saat siar an pertama seluruh tubuhnya men - dadak dingin, bahkan untuk menyetel mixersaja sempat tertegun dulu.
“Waktu itu saya sampai disentil tangan sama senior, karena hanya tertegun bukanya setel mixer,” paparnya sambil tertawa. Pengalaman lain, yang menurutnya memalukan pernah dialami Tita. Saat itu usai menyetel azan magrib, Tita malah memutas lagu rock Sympati For The Devilversi Guns n Roses.
“Wahsaat itu saya langsung dimarahinsenior. Karena selain konten lagu dan beat-nya yang terlalu naik, itu gakcocok diputar setelah azan. Dari situ saya belajar, bahwa jadi penyiar itu ternyata gakmudah, harus bisa mengatur tempo pendengarnya. Selain lagu, soal keahlian suara saat siaran seperti artikulasi, powersuara dan lainya, itu benar-benar harus belajar,” pungkasnya.
Anne rufaidah
Meski memiliki ‘lidah perak’ karena jago meyakinkan kliennya. Tapi, siapa sangka jika Tita sebenarnya tak memiliki bekal teori maupun latar belakang di bidang penyiaran dan marketing saat masih duduk di bangku kuliah, semuanya berjalan alamiah.
Bagi Tita broadcast dan marketing, merupakan dua dunia tapi pada dasarnya memiliki kesamaan, bahkan salit terkait. Sama-sama butuh keahlian verbal dan kerap menjadi ujung tombak di sebuah perusahaan media, termasuk radio. Tita yang kini menjabat sebagai Marketing Manager MNC Radio Network Bandung Area mengatakan, jalan hidupnya memang tergolong unik, seunik kariernya yang ibarat kutu loncat karena sering pindah tempat kerja maupun profesi.
Garis dan jalan hidup membuatnya sangat menikmati rutinitas sebagai seorang marketing dengan pencapaian yang tergolong fantastis. Ibu empat orang anak ini mengaku, awalnya terjun ke dunia broadcast sebagai penyiar radio. Kesibukannya di ruang siaran dilakoni lumayan lama dari 1996 hingga 2002. Bahkan, Tita mengatakan hingga kini masih sangat mencintai dunia penyiaran.
Baginya, dunia penyiaran bukan sekadar tempat bekerja, juga jadi ruang menambah ilmu dan menumbuhkan banyak kenangan tak terlupakan. “Sejak SMP saya seorang pendengar radio, terutama musik bergenre rock. Makanya saya suka sekali lagu-lagu rock. Saya sempat mengalami yang namanya request direkam dulu baru diputar, lalu sempat juga kirim requestpakai kertas yang dimasukan ke loker tempat studio radio, bahkan zamannya balasbalasan puisi cinta lewat radio pun saya pernah mengalaminya,” kenangnya semringah.
Dengan latar belakang pendidikan di bidang administrasi pertanahan, tak tersirat dalam pikiran Tita terjun di dunia penyiaran. Namun, rupanya pengalaman kerja part time alias sambilan, tanpa disadari membuatnya tangguh ketika dihadapkan pada sebuah tantangan. “Dulu saya pernah jadi SPG rokok, ya buat nambah-nambah uang jajan. Tapi dari situ saya dapat pengalaman berinteraksi dengan berbagai macam karakter orang,” ujarnya.
Dia mengaku, pernah beberapa kali sempat ditawari jadi model oleh agency. Namun, akhirnya Tita lebih jatuh cinta terhadap dunia penyiaran radio ketimbang bergaya di depan kamera atau berjalan di atas catwalk. “Sejak dulu memang tertarik sama radio. Entah kenapa. Yanamanya juga zaman anak-anak dan remaja, radio itu masih terbilang unik, berbeda dengan sekarang,” katanya.
Menurutnya, hal yang tak pernah dilupakan selama menjadi penyiar radio adalah saat pertama kali mengudara. Meski sudah berlatih maksimal, saat siar an pertama seluruh tubuhnya men - dadak dingin, bahkan untuk menyetel mixersaja sempat tertegun dulu.
“Waktu itu saya sampai disentil tangan sama senior, karena hanya tertegun bukanya setel mixer,” paparnya sambil tertawa. Pengalaman lain, yang menurutnya memalukan pernah dialami Tita. Saat itu usai menyetel azan magrib, Tita malah memutas lagu rock Sympati For The Devilversi Guns n Roses.
“Wahsaat itu saya langsung dimarahinsenior. Karena selain konten lagu dan beat-nya yang terlalu naik, itu gakcocok diputar setelah azan. Dari situ saya belajar, bahwa jadi penyiar itu ternyata gakmudah, harus bisa mengatur tempo pendengarnya. Selain lagu, soal keahlian suara saat siaran seperti artikulasi, powersuara dan lainya, itu benar-benar harus belajar,” pungkasnya.
Anne rufaidah
(ars)