41 Rumah di Rawabogo Terancam Longsor
A
A
A
BANDUNG - Sebanyak 41 rumah yang berada di Kampung Legokkiara, Desa Rawabogo, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, terancam bencana tanah longsor.
Di lokasi tersebut bahkan kini mulai terjadi pergeseran tanah setiap harinya sehingga memaksa ratusan warga diungsikan ke tempat yang aman. Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Marlan menuturkan, dari hasil assement terdapat 41 rumah yang terancam bencana longsor di lokasi itu.
Sebanyak 58 KK dengan jumlah 130 jiwa diungksikan mengantisipasi adanya korban jiwa. “Dari hasil pe metaan retakan sudah berbentuk tapal kuda. Pergeseran bahkan berlangsung perlahan dan terjadi setiap hari sekitar 2 sentimeter,” ujar Marlan usai meninjau lokasi pergeseran tanah, kemarin.
Kondisi tanah yang labil, lanjut dia, bisa memicu terjadinya longosoran jika curah hujan tinggi. Oleh karenannya, BPBD kini berupaya mengevakuasi warga ke tempat yang lebih aman. Meski begitu, pihaknya masih mengizinkan warga ke lokasi pergeseran hanya untuk aktivitas sehari-hari. Sesuai dengan data yang dimiliki, akibat pergeseran tanah satu unit rumah roboh dan enam lainnya rusak parah.
“Pergeseran tanah ini juga terjadi akibat adanya situ purba Sangiang yang berada di bawah pemukiman warga,”katanya. Dia menjelaskan, kedalaman retakan tanah di lokasi tersebut antara 2,4 sampai 3 meter. Panjang retakan 100 sampai 300 meter. Sementara, lokasi rumah berada di kemiringan 30 sampai 40 derajat. Pergeseran tanah, lanjut dia, ikut pula mengancam warga yang berada di Kampung Babakan.
Untuk merelokasi warga petugas masih menunggu hasil kajian dari Badan Geologi. Jika sudah ada rekomendasi maka warga akan segera direlokasi. Di tempat yang sama, seorang warga Nanang, 48, menuturkan, kejadian pergeseran tanah terjadi dua minggu lalu. Tanah di halaman rumahnya telah ambles sekitar 30 sentimeter. Menurut dia, rumah miliknya sudah tidak bisa ditempati.
“Waktu kejadian kaca di rumah pecah semua. Halaman rumah yang asalnya rata sekarang malah ambles begitu cuaca buruk melanda beberapa waktu lalu hingga sekarang,” katanya. Nanang bersama istri dan dua orang anaknya harus mengungsi di tenda yang telah disediakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Nanang mengaku sudah tak ingin kembali ke rumah karena takut terjadi longsoran.
Dirinya juga berharap pemerintah segera melakukan langkah antisipasi dan upaya lainnya guna meminimalisasi kemungkinan terburuk. “Kami inginnya dipindahkan saja. Soalnya sudah merasa tidak aman. Takut longsor kalau diam di sini,” ujarnya.
Dila Nashear
Di lokasi tersebut bahkan kini mulai terjadi pergeseran tanah setiap harinya sehingga memaksa ratusan warga diungsikan ke tempat yang aman. Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Marlan menuturkan, dari hasil assement terdapat 41 rumah yang terancam bencana longsor di lokasi itu.
Sebanyak 58 KK dengan jumlah 130 jiwa diungksikan mengantisipasi adanya korban jiwa. “Dari hasil pe metaan retakan sudah berbentuk tapal kuda. Pergeseran bahkan berlangsung perlahan dan terjadi setiap hari sekitar 2 sentimeter,” ujar Marlan usai meninjau lokasi pergeseran tanah, kemarin.
Kondisi tanah yang labil, lanjut dia, bisa memicu terjadinya longosoran jika curah hujan tinggi. Oleh karenannya, BPBD kini berupaya mengevakuasi warga ke tempat yang lebih aman. Meski begitu, pihaknya masih mengizinkan warga ke lokasi pergeseran hanya untuk aktivitas sehari-hari. Sesuai dengan data yang dimiliki, akibat pergeseran tanah satu unit rumah roboh dan enam lainnya rusak parah.
“Pergeseran tanah ini juga terjadi akibat adanya situ purba Sangiang yang berada di bawah pemukiman warga,”katanya. Dia menjelaskan, kedalaman retakan tanah di lokasi tersebut antara 2,4 sampai 3 meter. Panjang retakan 100 sampai 300 meter. Sementara, lokasi rumah berada di kemiringan 30 sampai 40 derajat. Pergeseran tanah, lanjut dia, ikut pula mengancam warga yang berada di Kampung Babakan.
Untuk merelokasi warga petugas masih menunggu hasil kajian dari Badan Geologi. Jika sudah ada rekomendasi maka warga akan segera direlokasi. Di tempat yang sama, seorang warga Nanang, 48, menuturkan, kejadian pergeseran tanah terjadi dua minggu lalu. Tanah di halaman rumahnya telah ambles sekitar 30 sentimeter. Menurut dia, rumah miliknya sudah tidak bisa ditempati.
“Waktu kejadian kaca di rumah pecah semua. Halaman rumah yang asalnya rata sekarang malah ambles begitu cuaca buruk melanda beberapa waktu lalu hingga sekarang,” katanya. Nanang bersama istri dan dua orang anaknya harus mengungsi di tenda yang telah disediakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Nanang mengaku sudah tak ingin kembali ke rumah karena takut terjadi longsoran.
Dirinya juga berharap pemerintah segera melakukan langkah antisipasi dan upaya lainnya guna meminimalisasi kemungkinan terburuk. “Kami inginnya dipindahkan saja. Soalnya sudah merasa tidak aman. Takut longsor kalau diam di sini,” ujarnya.
Dila Nashear
(ftr)