Kisah Pilu Bayi Prematur Berakhir di Tangan Bupati
A
A
A
PURWAKARTA - Sudut Kampung/Desa Mergasari, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, menyembunyikan kisah pilu keluarga Mak Julaeha.
Keluarga buruh tani ini dirundung kebingungan karena tidak tau harus darimana mendapatkan uang Rp14 juta untuk biaya pengobatan cucunya yang sudah 12 hari ini dirawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak Asri. Cucunya yang lahir prematur 16 hari lalu dari anak keduanya itu kondisinya lemah sehingga harus mendapatkan perawatan medis di salah satu rumah sakit swasta yang ada di Purwakarta tersebut.
Biaya pengobatan ini semakin membengkak setiap harinya, karena pihak rumah sakit tidak mengizinkan cucunya dibawa pulang sebelum biaya pengobatan dan perawatan dilunasi. Kegelisahan keluarga buruh tani ini lantas terdengar Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Akhirnya malam kemarin nenek berusia 57 tahun itu dipanggil untuk datang ke rumah dinas orang nomor satu di Kabupaten Purwakarta itu.
Dedi menanyainya kenapa bisa biaya cucunya di rawat di rumah sakit itu, bahkan harus mengeluarkan biaya sebesar itu untuk pengobatan. Padahal, Pemkab Purwakarta sudah menggarkan Rp30 miliar untuk membantu biaya kesehatan warga kurang mampu, bahkan pemkab pun telah menggulirkan program Jaminan Purwakarta Istimewa (Jampi) yang berkerjasama dengan 11 rumah sakit di Jawa Barat.
“Ayo Mak, kita bawa pulang cucunya sekarang,” ajak Bupati Dedi yang baru saja sampai ke rumah dinasnya. Dedi tak sempat masuk ke rumah karena langsung bertemu dengan Mak Julaeha. Dia bergegas naik mobilnya dan me ngajaknya menuju rumah sakit dimana cucu Mak Julaeha dirawat.
Setiba di rumah sakit, Bupati Dedi langsung mendatangi loket kasir. Dedi menanyakan berapa biaya per salinan cucu warganya itu ke petugas kasir. Dedi langsung merogoh koceknya sendiri dan melunasi biaya perawatan cucu warganya tersebut. “Sudah dilunasi Mak. Sekarang Mak tenang ya,” ucap Dedi menenangkan Mak Julaeha yang terus menyucurkan air mata.
Menurut Dedi, tak dilayaninya Mak Julaeha oleh pelayanan kesehatan gratis Jampi karena si ibu bayi saat mendaftarkan diri ber-KTP Pekalongan, Jawa Tengah. “Ayah dan Ibu cucu Mak Julaeha ini bukan warga Purwakarta. Tapi mereka melahirkan anaknya di Purwakarta,” sambung Dedi.
Sementara itu, Mak Julaeha menceritakan, cucunya itu lahir secara prematur diusia kandungan tujuh bulan. Kelahiran cucunya 16 hari lalu di la kukan di rumahnya dengan di bantu bidan desa. Karena pre matur bidan menyarankan agar dirawat dulu di rumah sakit. Masalah muncul, ketika orang tua si bayi (menantu dan anak Julaeha) menelantarkan bayinya saat perawatan memasuki hari ke empat.
Berdalih mencari uang untuk membayar biaya perawatan, hingga detik ini kedua orang tua bayi itu tak ada kabarnya lagi. “Bilangnya sih mau cari duit ke Pekalongan daerah asal menantu saya. Tapi ditelpon enggak nyambung. Sementara kian hari tagihan membengkak,” tuturnya.
Secara terpisah, Humas Rumah Sakit Ibu dan Anak Asri Purwakarta, Dian Novi Setiawan, membantah menahan bayi malang itu. Akan tetapi, karena bayi tersebut secara medis belum diperbolehkan pulang makanya, hingga hari ke-16 ini, si bayi itu masih berada di ruang perawatan.
Didin Jalaludin
Keluarga buruh tani ini dirundung kebingungan karena tidak tau harus darimana mendapatkan uang Rp14 juta untuk biaya pengobatan cucunya yang sudah 12 hari ini dirawat di Rumah Sakit Ibu dan Anak Asri. Cucunya yang lahir prematur 16 hari lalu dari anak keduanya itu kondisinya lemah sehingga harus mendapatkan perawatan medis di salah satu rumah sakit swasta yang ada di Purwakarta tersebut.
Biaya pengobatan ini semakin membengkak setiap harinya, karena pihak rumah sakit tidak mengizinkan cucunya dibawa pulang sebelum biaya pengobatan dan perawatan dilunasi. Kegelisahan keluarga buruh tani ini lantas terdengar Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Akhirnya malam kemarin nenek berusia 57 tahun itu dipanggil untuk datang ke rumah dinas orang nomor satu di Kabupaten Purwakarta itu.
Dedi menanyainya kenapa bisa biaya cucunya di rawat di rumah sakit itu, bahkan harus mengeluarkan biaya sebesar itu untuk pengobatan. Padahal, Pemkab Purwakarta sudah menggarkan Rp30 miliar untuk membantu biaya kesehatan warga kurang mampu, bahkan pemkab pun telah menggulirkan program Jaminan Purwakarta Istimewa (Jampi) yang berkerjasama dengan 11 rumah sakit di Jawa Barat.
“Ayo Mak, kita bawa pulang cucunya sekarang,” ajak Bupati Dedi yang baru saja sampai ke rumah dinasnya. Dedi tak sempat masuk ke rumah karena langsung bertemu dengan Mak Julaeha. Dia bergegas naik mobilnya dan me ngajaknya menuju rumah sakit dimana cucu Mak Julaeha dirawat.
Setiba di rumah sakit, Bupati Dedi langsung mendatangi loket kasir. Dedi menanyakan berapa biaya per salinan cucu warganya itu ke petugas kasir. Dedi langsung merogoh koceknya sendiri dan melunasi biaya perawatan cucu warganya tersebut. “Sudah dilunasi Mak. Sekarang Mak tenang ya,” ucap Dedi menenangkan Mak Julaeha yang terus menyucurkan air mata.
Menurut Dedi, tak dilayaninya Mak Julaeha oleh pelayanan kesehatan gratis Jampi karena si ibu bayi saat mendaftarkan diri ber-KTP Pekalongan, Jawa Tengah. “Ayah dan Ibu cucu Mak Julaeha ini bukan warga Purwakarta. Tapi mereka melahirkan anaknya di Purwakarta,” sambung Dedi.
Sementara itu, Mak Julaeha menceritakan, cucunya itu lahir secara prematur diusia kandungan tujuh bulan. Kelahiran cucunya 16 hari lalu di la kukan di rumahnya dengan di bantu bidan desa. Karena pre matur bidan menyarankan agar dirawat dulu di rumah sakit. Masalah muncul, ketika orang tua si bayi (menantu dan anak Julaeha) menelantarkan bayinya saat perawatan memasuki hari ke empat.
Berdalih mencari uang untuk membayar biaya perawatan, hingga detik ini kedua orang tua bayi itu tak ada kabarnya lagi. “Bilangnya sih mau cari duit ke Pekalongan daerah asal menantu saya. Tapi ditelpon enggak nyambung. Sementara kian hari tagihan membengkak,” tuturnya.
Secara terpisah, Humas Rumah Sakit Ibu dan Anak Asri Purwakarta, Dian Novi Setiawan, membantah menahan bayi malang itu. Akan tetapi, karena bayi tersebut secara medis belum diperbolehkan pulang makanya, hingga hari ke-16 ini, si bayi itu masih berada di ruang perawatan.
Didin Jalaludin
(ftr)