Kebakaran Terbanyak Terjadi di Helvetia
A
A
A
MEDAN - Sepanjang 2014, kebakaran di Kota Medan tercatat sebanyak 230 kasus. Jumlah ini meningkat signifikan dibanding 2013 yang hanya tercatat 196 kasus.
Dari peristiwa kebakaran yang terjadi selama dua tahun terakhir, penyebab utama masih tetap berasal dari arus pendek. “Kalau dilihat dari segi kerugian materialnya dari tahun 2013, meskipun hanya 196 kali, kerugiannya sampai Rp30 miliar. Sementara pada 2014 dengan jumlah kasus kebakaran 230 kali, jumlah kerugian materialnya juga berkisar Rp30,8 miliar,” ujar Kepala Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran (P2K) Kota Medan, Marihot Tampubolon, kemarin.
Untuk korban meninggal akibat kebakaran memang lebih banyak pada 2014 yakni sembilan orang, sedangkan pada 2013 hanya lima orang. Sedangkan korban luka-luka, pada 2014 tercatat 18 orang, dan pada 2013 sebanyak 22 orang. “Kecamatan yang paling banyak terjadi kebakaran pada 2014 yakni Kecamatan Medan Helvetia sebanyak 21 kali. Kemudian Medan Belawan 20 kali, dan Medan Labuhan sebanyak 17 kali,” ucap Marihot.
Marihot mengatakan, dalam dua tahun terakhir ini penyebab kebakaran terbesar masih tetap dikarenakan korsleting listrik. Dari 230 kasus kebakaran sepanjang 2014, sebanyak 109 kasus disebabkan korsleting listrik, disusul penyebab lain-lain yang masih diselidiki polisi sebanyak 125 kali, dipicu kompor dan gas meledak 14 kali, lilin dan lampu minyak (semprong) enam kali, dan karena puntung rokok sebanyak tiga kali.
Untuk mengantisipasi kebakaran pada tahun ini, kata Marihot, terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan perusahaan-perusahaan, terutama melalui sekolah, sehingga masyarakat mengetahui apa yang perlu dilakukan jika terjadi kebakaran.
“Dari sosialisasi yang selama ini kami lakukan kepada masyarakat, misalnya masyarakat harus mengetahui bagaimana mengatasi kompor meledak dengan cukup menutup kompor tersebut dengan selimut ataupun goni basah. Dengan begitu, memang sekarang ini dari peristiwa kebakaran yang terjadi, terutama kebakaran yang kecil-kecil, masyarakat sudah dapat mengantisipasinya sendiri. Terkadang kami sampai di tempat api sudah padam,” ungkap Marihot.
Begitu pun, Marihot tetap mengimbau kepada masyarakat tetap mewaspadai dan senantiasa memeriksa arus listrik, terutama jika ada kabel listrik yang sudah terkelupas sebaiknya segera diganti. “Kalau menggunakan lilin sebaiknya jangan langsung diletakkan di lantai atau di meja, tapi letakkan dulu di sebuah wadah yang sudah berisi air. Jadi, kalau lilin terjatuh tidak langsung menyambar karena akan terjatuh di dalam wadah yang berisi air,” papar Marihot.
Sementara itu, Camat Medan Helvetia, Edi Mulia Matondang, mengakui tahun lalu wilayahnya memang banyak terjadi kasus kebakaran. Untuk mengantisipasi kejadian serupa, dia terus berkoordinasi dengan pihak muspika guna memberikan masukan kepada warga agar lebih berhati-hati. Terutama saat ini cuaca terbilang ekstrem.
“Kami terus menyampaikan kepada warga tentang bahaya kebakaran dalam setiap kali kegiatan bertemu langsung dengan warga. Kami memang harus betul-betul memperhatikan kondisi listrik di rumah masing-masing,” ujar Edi. Edi juga terus mengawasi masyarakat jangan ada yang mencuri arus listrik, karena selain merugikan negara juga berbahaya bisa menyebabkan kebakaran.
“Kami terus mengimbau masyarakat. Kami sampaikan melalui lurah dan kepling juga melalui pengajian, bahkan kami juga membuat surat edaran agar masyarakat lebih mewaspadai potensi kebakaran, sehingga ke depannya tidak ada lagi celah kebakaran,” ujar Edi.
Lia Anggia Nasution
Dari peristiwa kebakaran yang terjadi selama dua tahun terakhir, penyebab utama masih tetap berasal dari arus pendek. “Kalau dilihat dari segi kerugian materialnya dari tahun 2013, meskipun hanya 196 kali, kerugiannya sampai Rp30 miliar. Sementara pada 2014 dengan jumlah kasus kebakaran 230 kali, jumlah kerugian materialnya juga berkisar Rp30,8 miliar,” ujar Kepala Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran (P2K) Kota Medan, Marihot Tampubolon, kemarin.
Untuk korban meninggal akibat kebakaran memang lebih banyak pada 2014 yakni sembilan orang, sedangkan pada 2013 hanya lima orang. Sedangkan korban luka-luka, pada 2014 tercatat 18 orang, dan pada 2013 sebanyak 22 orang. “Kecamatan yang paling banyak terjadi kebakaran pada 2014 yakni Kecamatan Medan Helvetia sebanyak 21 kali. Kemudian Medan Belawan 20 kali, dan Medan Labuhan sebanyak 17 kali,” ucap Marihot.
Marihot mengatakan, dalam dua tahun terakhir ini penyebab kebakaran terbesar masih tetap dikarenakan korsleting listrik. Dari 230 kasus kebakaran sepanjang 2014, sebanyak 109 kasus disebabkan korsleting listrik, disusul penyebab lain-lain yang masih diselidiki polisi sebanyak 125 kali, dipicu kompor dan gas meledak 14 kali, lilin dan lampu minyak (semprong) enam kali, dan karena puntung rokok sebanyak tiga kali.
Untuk mengantisipasi kebakaran pada tahun ini, kata Marihot, terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan perusahaan-perusahaan, terutama melalui sekolah, sehingga masyarakat mengetahui apa yang perlu dilakukan jika terjadi kebakaran.
“Dari sosialisasi yang selama ini kami lakukan kepada masyarakat, misalnya masyarakat harus mengetahui bagaimana mengatasi kompor meledak dengan cukup menutup kompor tersebut dengan selimut ataupun goni basah. Dengan begitu, memang sekarang ini dari peristiwa kebakaran yang terjadi, terutama kebakaran yang kecil-kecil, masyarakat sudah dapat mengantisipasinya sendiri. Terkadang kami sampai di tempat api sudah padam,” ungkap Marihot.
Begitu pun, Marihot tetap mengimbau kepada masyarakat tetap mewaspadai dan senantiasa memeriksa arus listrik, terutama jika ada kabel listrik yang sudah terkelupas sebaiknya segera diganti. “Kalau menggunakan lilin sebaiknya jangan langsung diletakkan di lantai atau di meja, tapi letakkan dulu di sebuah wadah yang sudah berisi air. Jadi, kalau lilin terjatuh tidak langsung menyambar karena akan terjatuh di dalam wadah yang berisi air,” papar Marihot.
Sementara itu, Camat Medan Helvetia, Edi Mulia Matondang, mengakui tahun lalu wilayahnya memang banyak terjadi kasus kebakaran. Untuk mengantisipasi kejadian serupa, dia terus berkoordinasi dengan pihak muspika guna memberikan masukan kepada warga agar lebih berhati-hati. Terutama saat ini cuaca terbilang ekstrem.
“Kami terus menyampaikan kepada warga tentang bahaya kebakaran dalam setiap kali kegiatan bertemu langsung dengan warga. Kami memang harus betul-betul memperhatikan kondisi listrik di rumah masing-masing,” ujar Edi. Edi juga terus mengawasi masyarakat jangan ada yang mencuri arus listrik, karena selain merugikan negara juga berbahaya bisa menyebabkan kebakaran.
“Kami terus mengimbau masyarakat. Kami sampaikan melalui lurah dan kepling juga melalui pengajian, bahkan kami juga membuat surat edaran agar masyarakat lebih mewaspadai potensi kebakaran, sehingga ke depannya tidak ada lagi celah kebakaran,” ujar Edi.
Lia Anggia Nasution
(ftr)