Dinas Duga Unggas Terserang Flu Burung

Rabu, 07 Januari 2015 - 09:17 WIB
Dinas Duga Unggas Terserang Flu Burung
Dinas Duga Unggas Terserang Flu Burung
A A A
KULONPROGO - Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan (Kepenak) Kulonprogo belum bisa memastikan penyebab matinya ribuan unggas di Sedan, Sidorejo, Lendah.

Meski hasil rapid test negatif, namun dinas menduga unggas ini terserang virus Avian influenze (AI) atau yang dikenal dengan flu burung. Sampel bangkai unggas dikirim ke Balai Besar Veteriner (BBVET). “Kami sudah uji sampel menggunakan rapid test tetapi hasilnya negatif,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Diskepenak Kulonprogo, Drajad Purbadi.

Menurutnya, setelah menerima informasi ribuan unggas mati, pihaknya sudah mengirimkan petugas participatory disease surveillance response (PDSR) ke lokasi. Mereka ini langsung melakukan penelitian termasuk menguji dengan rapid test.Dinas juga membawa beberapa sampel unggas untuk dibawa ke BBVET agar ada pemeriksaan lebih tepat melalui Polymerase Chain Reaction.

Melihat jenis unggas yang bervariasi, dinas menengarai diakibatkan virus Avian influenza (AI). Sebab penyakit New Castle Disease, hanya bisa menyerang puyuh saja. Kenyataannya, ada mentok ataupun ayam yang juga ikut mati. “Kalau New Castle hanya menyerang puyuh, tidak bisa yang lain,” ucapnya.

Dinas masih akan menunggu hasil pemeriksaan oleh BBVET. Jika nanti terbukti terinfeksi flu burung maka akan dilakukan pengawasan lalu lintas unggas. Ini penting agar flu burung tidak mewabah ke luar daerah. Di lokasi kandang, petugas juga telah melakukan penyemprotan menggunakan desinfektan. Bangkai unggas dibakar dan dikubur di dalam tanah agar tidak menyebar.

Warga yang melakukan kontak dengan unggas yang mati juga harus mencuci dengan air sabun. “Kami sudah koordinasi dengan puskesmas untuk mengamati kesehatan penduduk,” katanya. Pemilik peternakan puyuh, Ponijo mengaku, akibat kematian unggas ini dirinya mengalami kerugian hingga mencapai puluhan juta.

Setidaknya sudah ada 3.600 puyuh miliknya yang mati dalam kurun waktu tiga hari. Bahkan sisa puyuh yang masih hidup, banyak yang ikutan mati meskipun sudah dilakukan penyemprotan. “Sesuai imbauan dinas, bangkainya kami bakar,” ujarnya.

Matinya unggas di wilayah Sedan ini menjadi kasus kematian unggas pertama di 2015 dalam jumlah besar. Sebelumnya pada 2014, diwilayah Kecamatan Galur juga sempat terjadi kasus serupa. hanya saja unggas yang mati seperti bebek dan mentok.

Kuntadi
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8608 seconds (0.1#10.140)