GKR Hemas Elus Dada Lihat Malioboro dan Alun-alun

Selasa, 06 Januari 2015 - 11:02 WIB
GKR Hemas Elus Dada Lihat Malioboro dan Alun-alun
GKR Hemas Elus Dada Lihat Malioboro dan Alun-alun
A A A
YOGYAKARTA - Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas mengaku tidak merasa nyaman melihat perkembangan Malioboro termasuk Alun-alun Utara saat ini.

Malioboro yang kian padat dan kumuh serta halaman depan Keraton Yogyakarta tertutup kios-kios pedagang kaki lima (PKL) di Alun-alun Utara. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) ini mengaku kondisi Malioboro dan Alunalun Utara yang semrawut tidak hanya merugikan wisatawan saja. “Lewat Malioboro gilo tenan, karena masuk gabisa jalan, harus mlipir,” katanya saat berdialog dengan Forum Komunitas Alun-alun Utara di Keraton Kilen, Keraton Yogyakarta, kemarin.

Gusti Ratu juga mengeluhkan halaman depan Keraton Yogyakarta yang tidak terlihat dari kejauhan. Kios-kios PKL dengan tenda tidak beraturan yang membuat view Keraton tidak terlihat. “Saya pulang dan pergi itu ngelusdada. Ada tenda biru di depan Alun-alun (Utara) sampai Keraton nggak kelihatan,” ucapnya.

Secara umum, Permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X ini mengungkapkan, kemacetan di Kota Yogyakarta harus segera ditangani. Menurut dia, penataan kota sangat penting demi kenyamanan bersama.” Kalau mau ngeluh, saya juga dirugikan. Mau keluar rumah nggak bisa. Keluar dari sini (Keraton) ke Jalan Magelang lamanya 1,5 jam, njagong telat. (Karena) ada pedagang di Ngabean, stuck di situ (Ngabean),” paparnya.

Menurut Gusti Ratu, penataan Malioboro dan sekitarnya itu penting. Namun, di sisi lain, penataan harus tidak mengorbankan pihak lain yang mencari sumber penghasilan untuk keluarganya. “Penataan itu penting. Tapi kami tidak mau penggusuran seperti yang terjadi di Surabaya atau Tanah Abang. Kami tetap harus memikirkan bagaimana nasib mereka (pedagang),” ungkapnya.

GKR Hemas mengungkapkan, area Keraton dan Malioboro seharusnya lebih tertata rapi karena sebagai kawasan heritageatau cagar budaya. “Kenyamanan di sekitar area itu (cagar budaya) agar semua pihaknyaman,” katanya.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Energi Sumber Daya Mineral (DPUPESDM) DIY Rani Sjamsinarsi menambahkan, untuk saat ini di DIY ada enam kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan heritage. Keenam kawasan tersebut adalah Keraton, Pakulaman, Malioboro, Kotagede, Kotabaru, dan Imogiri. “Itu (area di sekitar kawasan heritage) harus ditata,” katanya.

Rani mengungkapkan, dalam penataan tersebut juga seminimal mungkin mengorbankan pihak lain. “Saya dipesan Ngarso Dalem (Gubernur dan Raja Yogyakarta Sri Sultan HB X) bahwa Keraton ada untuk kesejahteraan masyarakat. Lingkungan Keraton agar bisa dinikmati orang maka harus bersih dan tidak kumuh,” ucapnya.

Dia mengungkapkan, DPUPESDM membutuhkan waktu untuk penataan kawasan, khususnya Keraton dan Malioboro. Banyak pekerjaan yang harus dilakukan agar area Keraton dan Malioboro, termasuk Alun-alun Utara lebih nyaman bagi semua pihak. “Kami memang perlu waktu. Alun-alun (utara) harus ada listrik, sampai saat ini nggak cukup. Saat inisampahjugatidak tertangani dengan baik. Drainase, air bersih kurang, dan lainnya,” paparnya.

Menurut dia, dalam penataan Alun-alun Utara pada 2015 ini ada beberapa proyek yang akan dilakukan. Sebelah timur dan barat ada toilet underground. Proyek tersebut akan dilanjutkan pada 2015 ini.

Untuk penopang proyeksi kota hijau, akan dikembangkan penampang tenaga surya agar bisa digunakan untuk pedagang malam hari. “Agar tidak semrawut, nanti ada pengadaan tempat sampah yang ada rodanya, tenda yang ada rodanya, agar mobil gampang. Tidak menetap seperti sekarang,” ungkapnya.

Pada kesempatan itu, perwakilan PKL Alun-alun Utara, Supriyanto mengungkapkan, konsep penataan di area Keraton dan Malioboro cukup bagus. Namun, dia berharap tetap bisa mengadu nasib di sekitar Keraton Yogyakarta. “Kami berharap banyak wisatawan ke tempat pedagang, agar jualannya tetap laku,” ujarnya.

Dia mengusulkan agar wisatawan tetap membeli dagangan dari pedagang di sekitar Keraton, Alun-alun Utara dijadikan kantong parkir. Hal itu juga memudahkan wisatawan tidak terlalu jauh berjalan menuju Keraton. “Kenapa alun-alun nggak dijadikan kantong parkir saja? Kan wisatawan nggak terlalu jauh (ke Keraton maupun Malioboro),” ujarnya.

Usulan pedagang soal Alunalun Utara dijadikan kantong parkir berseberangan dengan rencana Pemda DIY maupun Keraton Yogyakarta. Pemda DIY sudah membangun parkir portabel dua tingkat di Ngabean. Parkir Ngabean tersebut difungsikan untuk menampung bus-bus pariwisata. Tujuannya agar view Keraton Yogyakarta tetap terlihat dari depan.

Ridwan Anshori
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5246 seconds (0.1#10.140)