Muludan Sisakan Sampah
A
A
A
CIREBON - Pascagelaran muludan (peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW) selama satu bulan, Keraton Kasepuhan Cirebon dan sekitarnya dipenuhi sampah.
Diperkirakan sampah beraneka jenis tersebut mencapai 50 ton. Selama sebulan menjelang dan hingga Maulid Nabi Muhammad SAW, di sekitar Keraton Kasepuhan digelar muludan berupa pasar rakyat. Sekitar 100.000 orang dari berbagai daerah, baik sewilayah Cirebon hingga Jakarta maupun Tegal, Jawa Tengah, memadati pasar muludan tersebut. Puncak muludan sendiri telah digelar Sabtu (3/1) lalu.
Kemarin, para pedagang yang sebelumnya memenuhi sudutsudut kawasan Keraton Kasepuhan hingga Alun-alun Kasepuhan, mulai membongkar kios masing-masing. Bersamaan dengan itu, sampah-sampah pun bermunculan dan berserakan sepanjang jalan masuk menuju keraton. Sebagian sampah bertumpuk di sejumlah sudut jalan, lainnya bertebaran memenuhi permukaan jalan dan sekumpulan lalat beterbangan di atasnya.
“Memang, setelah muludan pasti ‘terbit’ kotor. Mulai hari ini dibersihkan selama tiga hari ke depan,” kata Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat, kemarin. Menurut dia, pembersihan sampah-sampah tersebut sebenarnya menjadi tanggung jawab pedagang dan pihak keraton. Namun, dia menyayangkan banyak pedagang yang meninggalkan sampah dan membuangnya sembarangan.
Dia memerkirakan sampah yang dihasilkan selama aktivitas pasar muludan mencapai 50 ton. Hal itu dengan asumsi, jika satu orang menghasilkan setengah kilogram sampah, dengan 100.000 pengunjung selama satu bulan maka sampah yang dihasilkan sekitar 50.000 kilogram atau 50 ton. Sebenarnya, lanjut dia, sudah ada tempat sampah di areal keraton maupun sekitar alunalun dan Masjid Sang Cipta Rasa di luar gerbang keraton.
Begitu pun setiap pedagang juga diharuskan menyiapkan tempat sampah. Namun, dalam kegiatan muludan tempat sampah dipastikan tak sanggup menampung sampah-sampah yang dihasilkan. “Karena itu, biasanya kami minta bantuan dinas kebersihan dan pertamanan (DKP) setiap tahunnya. Kami beri kontribusi juga atas bantuan DKP tersebut,” beber dia.
Namun siang kemarin belum tampak petugas DKP memungut sampah-sampah yang bertebaran. Hanya beberapa pemulung hilir mudik memungut sampah-sampah tertentu yang bisa dijual. Para pemilik kios yang tengah mem bongkar perlengkapan dagang dan stan masing-masing pun terlihat tak peduli dengan keberadaan sampah di sekitar mereka.
Erika Lia
Diperkirakan sampah beraneka jenis tersebut mencapai 50 ton. Selama sebulan menjelang dan hingga Maulid Nabi Muhammad SAW, di sekitar Keraton Kasepuhan digelar muludan berupa pasar rakyat. Sekitar 100.000 orang dari berbagai daerah, baik sewilayah Cirebon hingga Jakarta maupun Tegal, Jawa Tengah, memadati pasar muludan tersebut. Puncak muludan sendiri telah digelar Sabtu (3/1) lalu.
Kemarin, para pedagang yang sebelumnya memenuhi sudutsudut kawasan Keraton Kasepuhan hingga Alun-alun Kasepuhan, mulai membongkar kios masing-masing. Bersamaan dengan itu, sampah-sampah pun bermunculan dan berserakan sepanjang jalan masuk menuju keraton. Sebagian sampah bertumpuk di sejumlah sudut jalan, lainnya bertebaran memenuhi permukaan jalan dan sekumpulan lalat beterbangan di atasnya.
“Memang, setelah muludan pasti ‘terbit’ kotor. Mulai hari ini dibersihkan selama tiga hari ke depan,” kata Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat, kemarin. Menurut dia, pembersihan sampah-sampah tersebut sebenarnya menjadi tanggung jawab pedagang dan pihak keraton. Namun, dia menyayangkan banyak pedagang yang meninggalkan sampah dan membuangnya sembarangan.
Dia memerkirakan sampah yang dihasilkan selama aktivitas pasar muludan mencapai 50 ton. Hal itu dengan asumsi, jika satu orang menghasilkan setengah kilogram sampah, dengan 100.000 pengunjung selama satu bulan maka sampah yang dihasilkan sekitar 50.000 kilogram atau 50 ton. Sebenarnya, lanjut dia, sudah ada tempat sampah di areal keraton maupun sekitar alunalun dan Masjid Sang Cipta Rasa di luar gerbang keraton.
Begitu pun setiap pedagang juga diharuskan menyiapkan tempat sampah. Namun, dalam kegiatan muludan tempat sampah dipastikan tak sanggup menampung sampah-sampah yang dihasilkan. “Karena itu, biasanya kami minta bantuan dinas kebersihan dan pertamanan (DKP) setiap tahunnya. Kami beri kontribusi juga atas bantuan DKP tersebut,” beber dia.
Namun siang kemarin belum tampak petugas DKP memungut sampah-sampah yang bertebaran. Hanya beberapa pemulung hilir mudik memungut sampah-sampah tertentu yang bisa dijual. Para pemilik kios yang tengah mem bongkar perlengkapan dagang dan stan masing-masing pun terlihat tak peduli dengan keberadaan sampah di sekitar mereka.
Erika Lia
(ftr)