Lima Daerah di Wajo Diterjang Banjir
A
A
A
SENGKANG - Lima daerah di Kecamatan Sabbangparu, Kabupaten Wajo, diterjang banjir. Kelima Daerah yang diterjang banjir itu yakni, Kelurahan Walengnae, Desa Tadangpalie, Desa Bentenglompo, Desa Ujungpero, dan Desa Worongnge.
Debit air sendiri, naik sejak Sabtu malam 3 Januari pekan lalu. Hingga kemarin, debit air masih terus bertambah.
Kondisi terparah dialami di Desa tadangpalie, salah satu akses jalan terputus akibat terendam banjir.
Selain itu, ratusan rumah penduduk juga diterjang banjir, Sementara areal persawahan yang terendam mencapai 129 hektare, dan areal perkebunan 528 hektare.
"Di Desa Tadangpalie, ada jalan desa yang sudah tidak bisa dilewati," kata Camat Sabbangparu, Andi Ismirar Sentosa, Senin (5/1/2015).
Saat ini Badan Penanggulagan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wajo, mengaku sudah menetapkan status siaga bencana, karena berdasarkan prediksi BMKG, curah hujan akan tinggi pada bulan Januari hingga Februari 2015.
"Curah hujan akan tinggi pada bulan januari hingga februari mendatang, dan sekarang memang sudah harus siaga bencana," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Alamsyah.
Hal ini dikarenakan, kendati curah hujan di Wajo akan tinggi pada Januari - Februari tapi debit air Danau Tempe saat ini sudah mulai naik, karena curah hujan sudah tinggi di daerah hulu seperti di Enrekang, dan Soppeng.
"Di Danau Tempe, debit air sudah mulai naik, meski itu baru sebatas danau, namun antisipasi dini harus kami siapkan," katanya.
Dia mengatakan, untuk antisipasi awal, adalah kesiapan personil antar instansi, seperti tagana, PMI, Kesehatan, Paramuka dan lainnya.
Salah satu warga Lingkungan Canru, Kelurahan Walennae, Ride, mengatakan, banjir kiriman dari Kabupaten Soppeng membuat aktivitas warga terganggu.
Pasalnya, untuk beraktivitas harus menggunakan perahu. "Banjir kiriman ini membuat warga tidak bisa kemana-mana. Kalau mau ke kota kita harus menggunakan perahu sampai di jembatan," timpalnya.
Selain itu, tanaman jagung miliknya, seluas 2 hektare terancam gagal panen karena banjir kiriman tersebut.
"Tanaman jagung saya baru berumur satu bulan. Dan ada ratusan hektare tanaman jagung lainnya juga terancam puso bila banjir tidak surut," katanya.
Sementara itu, warga lainnya, Muhammad Saharuddin, mengatakan, dikhawatirkan, ketika curah hujan terus tingga maka tanaman warga akan rusak.
"Memang daerah ini merupakan langganan banjir, tapi ketika debit air tidak turun dalam satu dua hari ini, maka kami dipastikan merugi," tandasnya.
Debit air sendiri, naik sejak Sabtu malam 3 Januari pekan lalu. Hingga kemarin, debit air masih terus bertambah.
Kondisi terparah dialami di Desa tadangpalie, salah satu akses jalan terputus akibat terendam banjir.
Selain itu, ratusan rumah penduduk juga diterjang banjir, Sementara areal persawahan yang terendam mencapai 129 hektare, dan areal perkebunan 528 hektare.
"Di Desa Tadangpalie, ada jalan desa yang sudah tidak bisa dilewati," kata Camat Sabbangparu, Andi Ismirar Sentosa, Senin (5/1/2015).
Saat ini Badan Penanggulagan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wajo, mengaku sudah menetapkan status siaga bencana, karena berdasarkan prediksi BMKG, curah hujan akan tinggi pada bulan Januari hingga Februari 2015.
"Curah hujan akan tinggi pada bulan januari hingga februari mendatang, dan sekarang memang sudah harus siaga bencana," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Alamsyah.
Hal ini dikarenakan, kendati curah hujan di Wajo akan tinggi pada Januari - Februari tapi debit air Danau Tempe saat ini sudah mulai naik, karena curah hujan sudah tinggi di daerah hulu seperti di Enrekang, dan Soppeng.
"Di Danau Tempe, debit air sudah mulai naik, meski itu baru sebatas danau, namun antisipasi dini harus kami siapkan," katanya.
Dia mengatakan, untuk antisipasi awal, adalah kesiapan personil antar instansi, seperti tagana, PMI, Kesehatan, Paramuka dan lainnya.
Salah satu warga Lingkungan Canru, Kelurahan Walennae, Ride, mengatakan, banjir kiriman dari Kabupaten Soppeng membuat aktivitas warga terganggu.
Pasalnya, untuk beraktivitas harus menggunakan perahu. "Banjir kiriman ini membuat warga tidak bisa kemana-mana. Kalau mau ke kota kita harus menggunakan perahu sampai di jembatan," timpalnya.
Selain itu, tanaman jagung miliknya, seluas 2 hektare terancam gagal panen karena banjir kiriman tersebut.
"Tanaman jagung saya baru berumur satu bulan. Dan ada ratusan hektare tanaman jagung lainnya juga terancam puso bila banjir tidak surut," katanya.
Sementara itu, warga lainnya, Muhammad Saharuddin, mengatakan, dikhawatirkan, ketika curah hujan terus tingga maka tanaman warga akan rusak.
"Memang daerah ini merupakan langganan banjir, tapi ketika debit air tidak turun dalam satu dua hari ini, maka kami dipastikan merugi," tandasnya.
(sms)