Warga Dikhawatirkan Beralih ke Tabung 3 Kg
A
A
A
MEDAN - Kenaikan harga elpiji 12 kg hingga 17% dari Rp114.900 menjadi Rp134.700 per tabung oleh PT Pertamina (Persero), Jumat (2/1) lalu, dikhawatirkan akan mendorong warga beramai-ramai beralih menggunakan elpiji bersubsidi 3 kg. Sebab, harganya lebih murah.
Pengecer elpiji di kawasan Medan Mandala, Laura, 35, mengatakan, pascakenaikan harga elpiji 12 kg yang ditetapkan Pertamina, dia memberlakukan harga baru untuk penjualan eceran kepada konsumen mulai Sabtu (3/1). “Mulai hari inilah harga gas elpiji 12 kg kami naikkan dari Rp125.000 per tabung menjadi Rp145.000, naik Rp20.000 per tabung,” ujar Laura di Medan, kemarin.
Hingga kemarin, pembelian elpiji 12 kg memang masih minim. Dia sendiri baru menjual dua tabung kemarin. Dia menduga, banyak masyarakat terkejut dengan kenaikan harganya sehingga menunda pembelian. “Tadi ada juga yang mau beli konsumen, tapi ketika diketahui harganya naik, malah mengurungkan niatnya membeli. Masyarakat rupanya banyak yang belum tahu kalau harga elpiji 12 kg naik,” ujarnya.
Laura memperkirakan kenaikan elpiji 12 kg akan membuat pelanggan beralih menggunakan elpiji 3 kg, meskipun hingga kemarin hal itu belum terlihat. “Kami mulai menaikkan harga hari ini. Jadi belum kelihatan lah peralihannya. Pembelian elpiji 3 kg juga masih biasa. Mungkin kalau besokbesok sudah mulai kelihatan,” ujarnya.
Senada disampaikan pengecer elpiji di Jalan Sei Mencirim, Medan. Pria yang enggan menyebutkan namanya itu mengatakan, karena harga elpiji 12 kg naik, maka dia pun menaikkan harga kepada pelanggannya. “Kalau sekarang harga gas sudah naik ya, otomatis naik lagi. Kalau di surat kabar, kenaikannya jadi Rp134.700 dari Rp114.000.”
“Tapi, karena ada yang kualitasnya lebih bagus, kami bisa menjual dari Rp145.000 dan kalau mau diantar Rp150.000,” paparnya. Dia menyebutkan, sejak harga elpiji 12 kg terus mengalami kenaikan, hampir 50% warga yang berlangganan dengannya sudah beralih menggunakan elpiji 3 kg. Sebagian pelanggannya yang biasa membeli elpiji 12 kg dalam jumlah banyak juga mulai menguranginya.
“Ada pelanggan saya yang awalnya selalu beli empat tabung, tadi pagi hanya membeli dua tabung karena harganya naik,” ujarnya. Direktur Lembaga Advokasi Perlindungan Konsumen (LAPK), Farid Wajdi mengungkapkan, kenaikan harga elpiji 12 kg ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak konsisten.
Di satu sisi, menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), namun di sisi lain harga kebutuhan komoditas yang lain tetap naik, termasuk kenaikan harga elpiji 12 kg. “Dengan kenaikan harga ini, peluang masyarakat beralih menggunakan elpiji 3 kg sangat besar. Apalagi, perbedaan harganya sangat jauh. Padahal, saat ini elpiji 3 kg juga sudah langka. Tidak menutup kemungkinan, peralihan pengguna elpiji 12 kg ke 3 kg akan membuat elpiji 3 kg semakin langka,” paparnya.
Pemerintah harus memiliki jaringan pengamanan yang kuat untuk memastikan pengawasan terhadap keberadaan elpiji. Selain itu, mengedukasi masyarakat agar jangan sampai beralih menggunakan elpiji 3 kg. “Kan, tidak mungkin semua warga menggunakan elpiji 3 kg karena itu pada dasarnya digunakan oleh warga kelas menengah kebawah. Jadi, pemerintahharus mengefektifkan pengawasan, sosialisasi, dan mengedukasi masyarakat. Kita khawatir ada pengoplosan dan harga elpiji 3 kg akan lebih mahal,” pungkasnya.
Sementara pengamat ekonomi dari Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, kenaikan harga epiji di kala harga energi gas dan minyak dunia turun merupakan suatu hal yang kontradiktif. Seharusnya harga gas turun, bukannya malah naik. Apalagi, pemerintah juga sudah menurunkan harga BBM.
“Kalau perkiraan saya, harusnya harga gas itu turun menjadi Rp7.000 hingga Rp10.000 per kg karena harga gas dunia turun. Kita juga tidak tahu alasan pemerintah menaikkan harga gas 12 kg ini, seharusnya kenaikan harga gas memiliki alasan yang tepat,” tutur Gunawan. Menurut Gunawan, kemungkinan pemerintah menaikkan harga elpiji 12 kg untuk menopang subsidi elpiji 3 kg yang terus merugi. Kenaikan harga elpiji 12 kg jelas akan berdampak terhadap pasar.
Pengguna elpiji 12 kg kemungkinan besar akan beralih menggunakan gas 3 kg sehingga lambat laun harga elpiji itu juga akan naik karena permintaan meningkat. “Tidak menutup kemungkinan elpiji 3 kg langka di pasaran karena besarnya ketimpangan disparitas harga elpiji bersubsidi dengan elpiji 12 kg,” ujar Gunawan.
Dampak lainnya, akan semakin banyak penjual gas oplosan, terutama untuk tabung 12 kg. Karena itu, masyarakat juga diingatkan agar lebih berhati-hati. Pemerintah juga harus memperketat pengawasan distribusi elpiji 3 kg.
Stok Aman
Sementara itu, PT Pertamina Regional I Sumut memastikan stok gas elpiji aman dan tidak akan kekurangan. Eksternal Relation PT Pertamina Marketing Operation Regional I Sumatera Utara, Zainal Abidin mengatakan, kebijakan penyesuaian harga elpiji 12 kg merupakan pelaksanaan roadmap secara berkala untuk menuju harga keekonomian sesuai dengan kaidah bisnis korporasi.
“Sebelumnya, Pertamina mematok harga nett Rp9.575 per kg. Apabila ditambahkan dengan komponen biaya lain untuk transportasi, pengisian di SPPBE, margin agen, PPN, maka harga jual di agen jadi Rp11.225 atau Rp134.700 per tabung dari sebelumnya hanya Rp114.900 per tabung. Penyesuaian harga kali ini membuat harga elpiji 12 kg mencapai harga keekonomian,” paparnya
Menurut dia, harga elpiji akan mengalami penyesuaian secara berkala setiap tiga bulan sekali, sesuai dengan harga pasar dunia elpiji. Dengan demikian, secara otomatis harga elpiji 12 kg akan berfluktuasi. Namun, Pertamina memastikan pasokan untuk konsumen akan tersedia sesuai kebutuhan masyarakat.
Setiap hari, Pertamina menyalurkan rata-rata 270.000 tabung elpiji 3 kg, namun untuk elpiji 12 kg tidak ada kuotanya.
Eko agustyo fb/ Lia anggia nasution
Pengecer elpiji di kawasan Medan Mandala, Laura, 35, mengatakan, pascakenaikan harga elpiji 12 kg yang ditetapkan Pertamina, dia memberlakukan harga baru untuk penjualan eceran kepada konsumen mulai Sabtu (3/1). “Mulai hari inilah harga gas elpiji 12 kg kami naikkan dari Rp125.000 per tabung menjadi Rp145.000, naik Rp20.000 per tabung,” ujar Laura di Medan, kemarin.
Hingga kemarin, pembelian elpiji 12 kg memang masih minim. Dia sendiri baru menjual dua tabung kemarin. Dia menduga, banyak masyarakat terkejut dengan kenaikan harganya sehingga menunda pembelian. “Tadi ada juga yang mau beli konsumen, tapi ketika diketahui harganya naik, malah mengurungkan niatnya membeli. Masyarakat rupanya banyak yang belum tahu kalau harga elpiji 12 kg naik,” ujarnya.
Laura memperkirakan kenaikan elpiji 12 kg akan membuat pelanggan beralih menggunakan elpiji 3 kg, meskipun hingga kemarin hal itu belum terlihat. “Kami mulai menaikkan harga hari ini. Jadi belum kelihatan lah peralihannya. Pembelian elpiji 3 kg juga masih biasa. Mungkin kalau besokbesok sudah mulai kelihatan,” ujarnya.
Senada disampaikan pengecer elpiji di Jalan Sei Mencirim, Medan. Pria yang enggan menyebutkan namanya itu mengatakan, karena harga elpiji 12 kg naik, maka dia pun menaikkan harga kepada pelanggannya. “Kalau sekarang harga gas sudah naik ya, otomatis naik lagi. Kalau di surat kabar, kenaikannya jadi Rp134.700 dari Rp114.000.”
“Tapi, karena ada yang kualitasnya lebih bagus, kami bisa menjual dari Rp145.000 dan kalau mau diantar Rp150.000,” paparnya. Dia menyebutkan, sejak harga elpiji 12 kg terus mengalami kenaikan, hampir 50% warga yang berlangganan dengannya sudah beralih menggunakan elpiji 3 kg. Sebagian pelanggannya yang biasa membeli elpiji 12 kg dalam jumlah banyak juga mulai menguranginya.
“Ada pelanggan saya yang awalnya selalu beli empat tabung, tadi pagi hanya membeli dua tabung karena harganya naik,” ujarnya. Direktur Lembaga Advokasi Perlindungan Konsumen (LAPK), Farid Wajdi mengungkapkan, kenaikan harga elpiji 12 kg ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak konsisten.
Di satu sisi, menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM), namun di sisi lain harga kebutuhan komoditas yang lain tetap naik, termasuk kenaikan harga elpiji 12 kg. “Dengan kenaikan harga ini, peluang masyarakat beralih menggunakan elpiji 3 kg sangat besar. Apalagi, perbedaan harganya sangat jauh. Padahal, saat ini elpiji 3 kg juga sudah langka. Tidak menutup kemungkinan, peralihan pengguna elpiji 12 kg ke 3 kg akan membuat elpiji 3 kg semakin langka,” paparnya.
Pemerintah harus memiliki jaringan pengamanan yang kuat untuk memastikan pengawasan terhadap keberadaan elpiji. Selain itu, mengedukasi masyarakat agar jangan sampai beralih menggunakan elpiji 3 kg. “Kan, tidak mungkin semua warga menggunakan elpiji 3 kg karena itu pada dasarnya digunakan oleh warga kelas menengah kebawah. Jadi, pemerintahharus mengefektifkan pengawasan, sosialisasi, dan mengedukasi masyarakat. Kita khawatir ada pengoplosan dan harga elpiji 3 kg akan lebih mahal,” pungkasnya.
Sementara pengamat ekonomi dari Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, kenaikan harga epiji di kala harga energi gas dan minyak dunia turun merupakan suatu hal yang kontradiktif. Seharusnya harga gas turun, bukannya malah naik. Apalagi, pemerintah juga sudah menurunkan harga BBM.
“Kalau perkiraan saya, harusnya harga gas itu turun menjadi Rp7.000 hingga Rp10.000 per kg karena harga gas dunia turun. Kita juga tidak tahu alasan pemerintah menaikkan harga gas 12 kg ini, seharusnya kenaikan harga gas memiliki alasan yang tepat,” tutur Gunawan. Menurut Gunawan, kemungkinan pemerintah menaikkan harga elpiji 12 kg untuk menopang subsidi elpiji 3 kg yang terus merugi. Kenaikan harga elpiji 12 kg jelas akan berdampak terhadap pasar.
Pengguna elpiji 12 kg kemungkinan besar akan beralih menggunakan gas 3 kg sehingga lambat laun harga elpiji itu juga akan naik karena permintaan meningkat. “Tidak menutup kemungkinan elpiji 3 kg langka di pasaran karena besarnya ketimpangan disparitas harga elpiji bersubsidi dengan elpiji 12 kg,” ujar Gunawan.
Dampak lainnya, akan semakin banyak penjual gas oplosan, terutama untuk tabung 12 kg. Karena itu, masyarakat juga diingatkan agar lebih berhati-hati. Pemerintah juga harus memperketat pengawasan distribusi elpiji 3 kg.
Stok Aman
Sementara itu, PT Pertamina Regional I Sumut memastikan stok gas elpiji aman dan tidak akan kekurangan. Eksternal Relation PT Pertamina Marketing Operation Regional I Sumatera Utara, Zainal Abidin mengatakan, kebijakan penyesuaian harga elpiji 12 kg merupakan pelaksanaan roadmap secara berkala untuk menuju harga keekonomian sesuai dengan kaidah bisnis korporasi.
“Sebelumnya, Pertamina mematok harga nett Rp9.575 per kg. Apabila ditambahkan dengan komponen biaya lain untuk transportasi, pengisian di SPPBE, margin agen, PPN, maka harga jual di agen jadi Rp11.225 atau Rp134.700 per tabung dari sebelumnya hanya Rp114.900 per tabung. Penyesuaian harga kali ini membuat harga elpiji 12 kg mencapai harga keekonomian,” paparnya
Menurut dia, harga elpiji akan mengalami penyesuaian secara berkala setiap tiga bulan sekali, sesuai dengan harga pasar dunia elpiji. Dengan demikian, secara otomatis harga elpiji 12 kg akan berfluktuasi. Namun, Pertamina memastikan pasokan untuk konsumen akan tersedia sesuai kebutuhan masyarakat.
Setiap hari, Pertamina menyalurkan rata-rata 270.000 tabung elpiji 3 kg, namun untuk elpiji 12 kg tidak ada kuotanya.
Eko agustyo fb/ Lia anggia nasution
(ars)