Nelayan Waspadai Gelombang Tinggi
A
A
A
INDRAMAYU - Nelayan diimbau mewaspadai gelombang tinggi yang terjadi di perairan Indramayu. Kantor Pelabuhan Kabupaten Indramayu telah mem berlakukan status waspada bagi nelayan yang akan melaut di perairan laut utara Jawa.
Wilayah yang berstatus was pada mulai tanjung Indramayu hing ga Kalimantan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberlakuan status tersebut menyusul bu ruknya cuaca dan adanya ge - lombang ekstrem. Akibat cuaca buruk, perahu nelayan di bawah 10 gross ton (GT) sejak satu minggu terakhir tidak berani melaut.
Komandan Kesatuan Pengawas an Laut dan Pantai (KPLP) Kan tor Pelabuhan Kabupaten Indramayu Koko Sudeswara mengatakan, pihaknya telah menyampaikan edaran pe ringat an was pada untuk setiap ka pal nelayan yang berlabuh di pe rairan Indramayu. Pasalnya, ber dasarkan hasil pengamatan, gelombang, dan tiupan angin di perairan laut utara Jawa saat ini sulit ditebak.
Di beberapa lokasi, bahkan cen derung muncul badai ekstrem disertai gelombang setinggi 3 meter atau lebih. Kondisi tersebut dinilai mem bahayakan keselamatan pelayaran baik pe rahu nelayan berbobot mati kecil atau pun besar. “Cuaca sulit diprediksi sehingga berbahaya bagi keselamatan awak perahu. Hindari per airan yang cenderung muncul badai ekstrem seperti gugus Kepulauan Cendikian hingga ke Kalimantan. Diprediksi musim baratan akan terus terjadi hing ga awal Februari mendatang,” ung kapnya.
Koko menambahkan, tiupan angin juga berpotensi menimbulkan bahaya karena kecepatannya saat ini berada dalam rata-rata 80 knot. Secara tek nis, kecepatan angin yang ter bilang ekstrem itu pun ikut mem perburuk keadaan di Tanjung Indramayu. Sehingga, kapal-kapal kecil dibawah 30 GT akan mudah tersapu tiupan angin kencang serta gelombang laut tingginya bisa mencapai 3 meter atau lebih.
“Keadaan itu membuat kami se tiap hari harus memberikan in formasi akurat kepada ne layan mengenai kondisi cuaca,” kata dia. Buruknya cuaca di perairan laut utara Jawa, juga di be narkan oleh sejumlah nelayan.
Salah seorang nelayan Sirman, 39, warga Desa Singaraja Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu mengatakan, sejak mun culnya badai dan ge lombang tinggi, nelayan dengan kapal kecil tidak berani melaut. Ka laupun memaksakan diri me laut, mereka hanya berani men cari ikan di wilayah tangkapan sekitar Tanjung Indramayu yang berjarak tidak lebih 1 mil dari garis pantai.
Damp aknya, penghasilan nelayan berkurang hingga 75%. “Penghasilan kami me nurun drastis. Biasanya sehari bisa memperoleh Rp200.000, te tapi sekarang hanya Rp40.000 saja,” sebutnya. Akibat musim baratan, transaksi ikan di sejumlah tempat pelelangan ikan juga mengalami kelesuan.
Tomi indra
Wilayah yang berstatus was pada mulai tanjung Indramayu hing ga Kalimantan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberlakuan status tersebut menyusul bu ruknya cuaca dan adanya ge - lombang ekstrem. Akibat cuaca buruk, perahu nelayan di bawah 10 gross ton (GT) sejak satu minggu terakhir tidak berani melaut.
Komandan Kesatuan Pengawas an Laut dan Pantai (KPLP) Kan tor Pelabuhan Kabupaten Indramayu Koko Sudeswara mengatakan, pihaknya telah menyampaikan edaran pe ringat an was pada untuk setiap ka pal nelayan yang berlabuh di pe rairan Indramayu. Pasalnya, ber dasarkan hasil pengamatan, gelombang, dan tiupan angin di perairan laut utara Jawa saat ini sulit ditebak.
Di beberapa lokasi, bahkan cen derung muncul badai ekstrem disertai gelombang setinggi 3 meter atau lebih. Kondisi tersebut dinilai mem bahayakan keselamatan pelayaran baik pe rahu nelayan berbobot mati kecil atau pun besar. “Cuaca sulit diprediksi sehingga berbahaya bagi keselamatan awak perahu. Hindari per airan yang cenderung muncul badai ekstrem seperti gugus Kepulauan Cendikian hingga ke Kalimantan. Diprediksi musim baratan akan terus terjadi hing ga awal Februari mendatang,” ung kapnya.
Koko menambahkan, tiupan angin juga berpotensi menimbulkan bahaya karena kecepatannya saat ini berada dalam rata-rata 80 knot. Secara tek nis, kecepatan angin yang ter bilang ekstrem itu pun ikut mem perburuk keadaan di Tanjung Indramayu. Sehingga, kapal-kapal kecil dibawah 30 GT akan mudah tersapu tiupan angin kencang serta gelombang laut tingginya bisa mencapai 3 meter atau lebih.
“Keadaan itu membuat kami se tiap hari harus memberikan in formasi akurat kepada ne layan mengenai kondisi cuaca,” kata dia. Buruknya cuaca di perairan laut utara Jawa, juga di be narkan oleh sejumlah nelayan.
Salah seorang nelayan Sirman, 39, warga Desa Singaraja Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu mengatakan, sejak mun culnya badai dan ge lombang tinggi, nelayan dengan kapal kecil tidak berani melaut. Ka laupun memaksakan diri me laut, mereka hanya berani men cari ikan di wilayah tangkapan sekitar Tanjung Indramayu yang berjarak tidak lebih 1 mil dari garis pantai.
Damp aknya, penghasilan nelayan berkurang hingga 75%. “Penghasilan kami me nurun drastis. Biasanya sehari bisa memperoleh Rp200.000, te tapi sekarang hanya Rp40.000 saja,” sebutnya. Akibat musim baratan, transaksi ikan di sejumlah tempat pelelangan ikan juga mengalami kelesuan.
Tomi indra
(ars)