Januari, Harga Karet Masih Rendah
A
A
A
MEDAN - Harga karet untuk pengiriman Januari 2015 masih bertahan rendah. Pada bursa perdagangan karet di Singapura, harga tercatat sebesar USD1,52 per kilogram (kg).
Posisi ini tidak bergerak tinggi dibandingkan 2014 dengan harga terendah USD1,37 per kg. Sekretaris Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah mengatakan, harga karet belum menunjukkan penguatan, bahkan pada pengapalan 2015. Pengusaha dan petani belum juga bisa memperoleh keuntungan akibat kondisi ini.
“Ya harga karet mendekati pertengahan tahun belum juga membaik. Kami tidak tahu akan berlangsung sampai kapan. Yang pasti pengusaha dan petani masih rugi,” katanya di Medan, Jumat (2/1).
Meski begitu, pihaknya masih terus berupaya melalui International Trade Rubber Council (ITRC) seperti dalam bentuk menahan ekspor jika harga yang ditawarkan sangat rendah. Sejauh ini, kebijakan itu tampaknya belum membuahkan hasil. “Pada 2014, pengusaha sudah sepakat menahan ekspor, tapi nyatanya sampai sekarang masih rendah,” ujarnya.
Gapkindo belum bisa memastikan sampai kapan kondisi itu akan berlangsung. Jika harga minyak mentah dunia masih bertahan rendah, akan sulit mendongkrak harga karet lebih tinggi dari tahun ini. “Beberapa hal yang menjadi pendorong peningkatan harga karet masih sama dengan tahun ini, seperti harga minyak mentah dunia,” ucapnya.
Kepala Seksi Hasil Pertanian dan Pertambangan Subdinas Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumatera Utara (Sumut), Fitra Kurnia mengatakan, sepanjang 2014 permintaan karet hanya berasal dari Amerika Serikat, China, Jerman, India, dan Belanda. Jika tahun lalu ada permintaan dari Korea Selatan dan Turki, tahun ini tidak ada.
“Diharapkan ada peningkatan permintaan karena selain harga turun, berkurangnya impor dari negara-negara buyer juga menjadi penyebab masih melemahnya harga karet hingga saat ini,” katanya.
Jelia Amelida
Posisi ini tidak bergerak tinggi dibandingkan 2014 dengan harga terendah USD1,37 per kg. Sekretaris Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah mengatakan, harga karet belum menunjukkan penguatan, bahkan pada pengapalan 2015. Pengusaha dan petani belum juga bisa memperoleh keuntungan akibat kondisi ini.
“Ya harga karet mendekati pertengahan tahun belum juga membaik. Kami tidak tahu akan berlangsung sampai kapan. Yang pasti pengusaha dan petani masih rugi,” katanya di Medan, Jumat (2/1).
Meski begitu, pihaknya masih terus berupaya melalui International Trade Rubber Council (ITRC) seperti dalam bentuk menahan ekspor jika harga yang ditawarkan sangat rendah. Sejauh ini, kebijakan itu tampaknya belum membuahkan hasil. “Pada 2014, pengusaha sudah sepakat menahan ekspor, tapi nyatanya sampai sekarang masih rendah,” ujarnya.
Gapkindo belum bisa memastikan sampai kapan kondisi itu akan berlangsung. Jika harga minyak mentah dunia masih bertahan rendah, akan sulit mendongkrak harga karet lebih tinggi dari tahun ini. “Beberapa hal yang menjadi pendorong peningkatan harga karet masih sama dengan tahun ini, seperti harga minyak mentah dunia,” ucapnya.
Kepala Seksi Hasil Pertanian dan Pertambangan Subdinas Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumatera Utara (Sumut), Fitra Kurnia mengatakan, sepanjang 2014 permintaan karet hanya berasal dari Amerika Serikat, China, Jerman, India, dan Belanda. Jika tahun lalu ada permintaan dari Korea Selatan dan Turki, tahun ini tidak ada.
“Diharapkan ada peningkatan permintaan karena selain harga turun, berkurangnya impor dari negara-negara buyer juga menjadi penyebab masih melemahnya harga karet hingga saat ini,” katanya.
Jelia Amelida
(ftr)