Polda Sisir Perairan Utara Jawa Tengah
A
A
A
SEMARANG - Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah mengerahkan kapal patroli dan helikopter lengkap dengan krunya untuk menyisir perairan utara Jawa Tengah membantu pencarian korban jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501.
Tim bersama empat wartawan termasuk KORAN SINDO menyisir perairan menggunakan kapal patroli yang berangkat dari Markas Direktorat Polisi Perairan (Dit Polair), kompleks Pelabuhan Tanjung Emas Kota Semarang. Namun penyisiran kemarin, tak berlangsung mulus karena baru sekitar 2 mil dari bibir pantai, ombak besar langsung menghantam kapal.
Cuaca di lokasi tersebut juga sangat gelap. Kepala Satuan Brigade Mobil (Brimob) Polda Jateng Kombes Pol M Badrus yang memimpin pencarian memerintahkan kembali ke pelabuhan karena cuaca membahayakan. “Kita patroli sekaligus mencari korban AirAsia yang hanyut dimungkinkan ke arah selatan menuju perairan utara Jawa (tengah),” ungkapnya.
Kapal patroli yang digunakan saat pencarian itu Tipe C-2 Nomor Lambung: IX-2007/Tugu Muda dengan panjang 11,5meter. Kapal ini buatan Australia yang diresmikan pada Rabu, 13 Desember 2013, oleh Kapolda Jateng Irjen Pol Dwi Priyatno.
Selain dengan kapal, penyisiran juga dilakukan melalui jalur udara menggunakan helikopter Polda Jawa Tengah. “Cuaca tidak memungkinkan untuk melanjutkan pencarian. Ombak di perairan utara Jawa Tengah mencapai ketinggian 2 meter,” kata Badrus.
Kepala Bagian Operasional Dit Polair Polda Jateng, AKBP Wawan Kurniawan mengatakan, pada siang jam 12 ke atas, perairan Jawa Tengah ombaknya bisa lebih besar saat ini. “Para korban bisa saja hanyut sampai ke sini karena angin musim barat hingga Februari. Patroli dan imbauan cuaca buruk ini juga antisipasi bagi para wisatawan,” ujarnya.
Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Nur Ali mengungkapkan, pihaknya mengerahkan 15 kapal patroli berbagai tipe, termasuk helikopter untuk menyisir perairan dalam membantu pencarian para korban pesawat Air- Asia QZ 8501. Sejauh ini belum ditemukan, baik jenazah maupun puing di perairan utara Jawa Tengah.
“Kami juga mengirimkan 6 anggota Disaster Victim Identification (DVI), 2 anggota ke Pangkalan Bun dan 4 ke Surabaya. Di Pangkalan Bun dipimpin Ibu Hastry (AKBP Sumy Hastry Purwanti). Tim sampai kapan bekerja, belum tahu. Nanti dari Mabes yang menentukan,” katanya.
Eka Setiawan
Tim bersama empat wartawan termasuk KORAN SINDO menyisir perairan menggunakan kapal patroli yang berangkat dari Markas Direktorat Polisi Perairan (Dit Polair), kompleks Pelabuhan Tanjung Emas Kota Semarang. Namun penyisiran kemarin, tak berlangsung mulus karena baru sekitar 2 mil dari bibir pantai, ombak besar langsung menghantam kapal.
Cuaca di lokasi tersebut juga sangat gelap. Kepala Satuan Brigade Mobil (Brimob) Polda Jateng Kombes Pol M Badrus yang memimpin pencarian memerintahkan kembali ke pelabuhan karena cuaca membahayakan. “Kita patroli sekaligus mencari korban AirAsia yang hanyut dimungkinkan ke arah selatan menuju perairan utara Jawa (tengah),” ungkapnya.
Kapal patroli yang digunakan saat pencarian itu Tipe C-2 Nomor Lambung: IX-2007/Tugu Muda dengan panjang 11,5meter. Kapal ini buatan Australia yang diresmikan pada Rabu, 13 Desember 2013, oleh Kapolda Jateng Irjen Pol Dwi Priyatno.
Selain dengan kapal, penyisiran juga dilakukan melalui jalur udara menggunakan helikopter Polda Jawa Tengah. “Cuaca tidak memungkinkan untuk melanjutkan pencarian. Ombak di perairan utara Jawa Tengah mencapai ketinggian 2 meter,” kata Badrus.
Kepala Bagian Operasional Dit Polair Polda Jateng, AKBP Wawan Kurniawan mengatakan, pada siang jam 12 ke atas, perairan Jawa Tengah ombaknya bisa lebih besar saat ini. “Para korban bisa saja hanyut sampai ke sini karena angin musim barat hingga Februari. Patroli dan imbauan cuaca buruk ini juga antisipasi bagi para wisatawan,” ujarnya.
Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Nur Ali mengungkapkan, pihaknya mengerahkan 15 kapal patroli berbagai tipe, termasuk helikopter untuk menyisir perairan dalam membantu pencarian para korban pesawat Air- Asia QZ 8501. Sejauh ini belum ditemukan, baik jenazah maupun puing di perairan utara Jawa Tengah.
“Kami juga mengirimkan 6 anggota Disaster Victim Identification (DVI), 2 anggota ke Pangkalan Bun dan 4 ke Surabaya. Di Pangkalan Bun dipimpin Ibu Hastry (AKBP Sumy Hastry Purwanti). Tim sampai kapan bekerja, belum tahu. Nanti dari Mabes yang menentukan,” katanya.
Eka Setiawan
(ftr)