Pusaka Rahasia Keraton Solo Dicuci
A
A
A
SOLO - Keluarga Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo) menggelar jamasan (pembersihan) meriam pusaka bernama Nyai Setomi, kemarin.
Ritual ini sebagai rangkaian Grebeg Maulid Nabi yang puncaknya akan dilakukan dengan kirab gunungan, Sabtu (3/1). Pengageng Sasana Wandawa Keraton Kasuananan Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puger, menyebutkan, jamasan meriam pusaka dilakukan agar pusaka itu tetap terjaga keawetannya meskipun terus digerus oleh zaman.
Meriam peninggalan masa Pemerintahan Sultan Agung itu dulunya dipakai untuk melawan penjajah ketika masih berada di Yogyakarta. Meriam itu dibawa ke Keraton Kasunanan Surakarta seiring pecahnya Kerajaan Mataram menjadi dua, yakni di Yogyakarta dan Solo.
Setelah itu untuk menjaga kebersihannya dan fungsinya, meriam tersebut selalu di-jamas tiap menjelang acara Grebeg Keraton, misalnya Grebeg Maulid Nabi Muhammad. “Setiap grebeg berlangsung, pasti selalu didahului pembersihan pusaka yang disimpan di Sitinggil ini,” ucapnya.
Sedangkan untuk prosesi jamasan sendiri dilakukan dengan adat Jawa. Ritual diawali dengan doa di dekat beberapa tumpeng hasil bumi yang diletakkan di depan ruang penyimpanan meriam. Setelah itu dilakukan pembersihan secara tertutup di dalam ruangan.
Hal itu dilakukan karena senjata tersebut dianggap sebagai rahasia yang tidak boleh diketahui orang umum supaya tidak membahayakan keselamatan negara, dalam hal ini Keraton Kasunanan Surakarta. “Ini salah satu senjata rahasia yang dimiliki keraton,” ucapnya.
Adapun dalam puncak grebeg besok, akan dikirab gunungan jaler (laki-laki) dan estri (perempuan) serta gunungan anakan dari dalam keraton menuju Masjid Agung Solo. Sementara itu, salah seorang pengunjung, Suharno, menyebutkan, rangkaian acara mulai jamasan hingga kirab itu memang menarik untuk diikuti.
Jadi, tidak salah jika dalam waktu seperti ini banyak wisatawan dari luar daerah yang datang ke kompleks keraton untuk mengikuti prosesi budaya.
Arief Setiadi
Ritual ini sebagai rangkaian Grebeg Maulid Nabi yang puncaknya akan dilakukan dengan kirab gunungan, Sabtu (3/1). Pengageng Sasana Wandawa Keraton Kasuananan Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puger, menyebutkan, jamasan meriam pusaka dilakukan agar pusaka itu tetap terjaga keawetannya meskipun terus digerus oleh zaman.
Meriam peninggalan masa Pemerintahan Sultan Agung itu dulunya dipakai untuk melawan penjajah ketika masih berada di Yogyakarta. Meriam itu dibawa ke Keraton Kasunanan Surakarta seiring pecahnya Kerajaan Mataram menjadi dua, yakni di Yogyakarta dan Solo.
Setelah itu untuk menjaga kebersihannya dan fungsinya, meriam tersebut selalu di-jamas tiap menjelang acara Grebeg Keraton, misalnya Grebeg Maulid Nabi Muhammad. “Setiap grebeg berlangsung, pasti selalu didahului pembersihan pusaka yang disimpan di Sitinggil ini,” ucapnya.
Sedangkan untuk prosesi jamasan sendiri dilakukan dengan adat Jawa. Ritual diawali dengan doa di dekat beberapa tumpeng hasil bumi yang diletakkan di depan ruang penyimpanan meriam. Setelah itu dilakukan pembersihan secara tertutup di dalam ruangan.
Hal itu dilakukan karena senjata tersebut dianggap sebagai rahasia yang tidak boleh diketahui orang umum supaya tidak membahayakan keselamatan negara, dalam hal ini Keraton Kasunanan Surakarta. “Ini salah satu senjata rahasia yang dimiliki keraton,” ucapnya.
Adapun dalam puncak grebeg besok, akan dikirab gunungan jaler (laki-laki) dan estri (perempuan) serta gunungan anakan dari dalam keraton menuju Masjid Agung Solo. Sementara itu, salah seorang pengunjung, Suharno, menyebutkan, rangkaian acara mulai jamasan hingga kirab itu memang menarik untuk diikuti.
Jadi, tidak salah jika dalam waktu seperti ini banyak wisatawan dari luar daerah yang datang ke kompleks keraton untuk mengikuti prosesi budaya.
Arief Setiadi
(ftr)