Seharusnya Libur, Mandadak Diminta Terbang

Selasa, 30 Desember 2014 - 11:20 WIB
Seharusnya Libur, Mandadak...
Seharusnya Libur, Mandadak Diminta Terbang
A A A
KLATEN - Rasa duka dirasakan keluarga pramugara AirAsia QZ 8501, Wismoyo Ari Pambudi yang tinggal di Dusun Jetak Lor, Kelurahan Bareng, Kecamatan Klaten Utara, Klaten.

Yoyok, panggilan akrab Wismoyo, menjadi salah satu penumpang pesawat dengan rute Surabaya- Singapura yang hilang kontak sejak Minggu (28/12) kemarin. Agus Riyanto, salah satu kerabat Yoyok menuturkan, seharusnya pada Minggu pagi kemarin, Yoyok tidak terbang ke Singapura. Sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh pihak AirAsia, Yoyok seharusnya mendapat jatah libur.

Akan tetapi, karena ada alasan tidak jelas, saudaranya itu berangkat terbang menjalankan tugas bersama para awak pesawat yang lain. Selain dalam masa libur, Yoyok juga tidak memiliki jadwal untuk terbang ke Singapura. Agus menceritakan, biasa Yoyok terbang ke Thailand maupun Malaysia.

“Setahu saya, dia tidak pernah terbang ke Singapura. Harusnya, dia itu tidak berangkat, mungkin karena menggantikan temannya atau ada perubahan jadwal, akhirnya berangkat,” ujarnya sedih. Pihak keluarga justru mengetahui Yoyok ikut dalam penerbangan itu dari siaran berita televisi.

Dalam berita itu beberapa kali sang penyiar menyebut nama sepupunya itu tercantum dalam manifes pesawat nahas yang hilang kontak tersebut. Dalam manifes, Yoyok tercatat sebagai flight attendant atau pramugara. Mendengar kabar mengagetkan itu, Agus lantas mencoba menghubungi telepon seluler Yoyok, namun tak tersambung.

“Terakhir kontak itu Sabtu siang, melalui pesan singkat BlackBerry Mesenger (BBM), setelah itu saya kontak lagi tidak bisa sampai saat ini,” ucapnya lirih. Dia berharap saudaranya dan para penumpang lainnya selamat sehingga bisa kembali ke keluarga masing-masing.

Selain itu, maskapai AirAsia diminta terus memberitahukan kabar terkini kepada keluarganya. Sebab sejak pesawat hilang kontak hingga kemarin siang, keluarga korban tidak pernah dihubungi oleh maskapai asal Malaysia itu. Ibunda Yoyok, Sri Sumingsri, terlihat masih syok. Dia kembali meminta kepada para keluarga dan kerabat yang datang ke rumahnya untuk berdoa demi keselamatan Yoyok dan penumpang lainnya.

Yoyok merupakan anak kedua pasangan Suharno- Sumingsri. Begitu lulus SMP, Yoyok memutuskan melanjutkan pendidikan SMAN 5 di Yogyakarta. Sementara keluarganya tetap tinggal di Klaten. “Impian Yoyok sekolah di luar Klaten tercapai. Yoyok diterima SMA di Yogyakarta,” kata Sumingsri.

Bagi Sumingsri, Yoyok adalah anak yang mandiri. Semasa SMA hingga melanjutkan pendidikan di Fakultas Komunikasi Universitas Indonesia (UI) Jakarta pada tahun 2008, Yoyok nyambi bekerja. “Kerja apa saja. Mulai jaga stan di setiap pameran di Jakarta, kerja di restoran, hingga kerja di Garuda,” ujarnya.

Sebelum wisuda, ungkap Sumingsri, putranya itu diterima bekerja di sebuah hotel di Malaysia. Keluarga sebenarnya tidak mengizinkan Yoyok mengambil pekerjaan tersebut dengan alasan tidak mampu menanggung biaya hidup awal untuk tinggal di sana. “Tapi biar kami sudah bilang tidak bisa membiayai kehidupannya di Malaysia, Yoyok tetap nekat berangkat bersama teman-temannya. Katanya sekalian cari pengalaman,” kenang Sumingsri.

Tidak lama bekerja di hotel itu, Yoyok kembali diterima bekerja di sebuah maskapai penerbangan milik Arab Saudi. Selama bekerja di sana, Sumingsri bercerita bahwa anaknya memiliki cita-cita memberangkatkan haji ibu dan ayahnya. Bekerja di maskapai Arah Saudi harus berakhir karena ketatnya aturan pendidikan. Yoyok diminta menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu.

Namun setelah lulus dari UI pada 2012, Yoyok diterima bekerja di AirAsia. “Dua tahun di AirAsia, banyak cita-cita anak saya yang belum terpenuhi,” kata guru salah satu SMP di Klaten tersebut.

Okezone.com / Arief Setiad
i
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1037 seconds (0.1#10.140)