Keluarga Penumpang AirAsia: Kapan Anakku Pulang?

Selasa, 30 Desember 2014 - 09:02 WIB
Keluarga Penumpang AirAsia:...
Keluarga Penumpang AirAsia: Kapan Anakku Pulang?
A A A
TULUNGAGUNG - Suasana batin Marini belum seutuhnya stabil. Setiap kesadaranya pulih, ibu kandung Marwin Sholeh, 46 warga Desa/Kecamatan Pucanglaban Kabupaten Tulungagung itu, sontak memekik tidak terkendali.

Perempuan berusia 80 tahun itu mengguncang-guncangkan tubuh siapa saja yang berada di dekatnya. “Dimana anakku sekarang? Sampai sekarang kok belum juga pulang, “ teriaknya.

Marini merebah di lantai ruang keluarga tempat tinggal Marwin Sholeh. Setelah mendengar berita bahwa anaknya salah satu dari 155 penumpang pesawat

AirAsia Airbus A320-200 jurusan Surabaya- Singapura yang lenyap, janda mendiang Mijan
Krusik tersebut tidak lagi menempati kamarnya.

Sejumlah kerabat yang duduk bersimpuh di dekatnya memilih mengunci mulut, tak bersuara. Tidak ada yang berani menjawab pertanyaan Marini. Namun mata mereka tidak bisa menyembunyikan kesedihan.

“Istighfar. Tidak ada apa apa. Sebentar lagi juga pulang, " kata seorang ibu tua membujuk Marini.

Marsid, kakak tertua Marwin Sholeh juga terlihat di sana. Namun sama dengan yang
lain, dia tidak sanggup menyampaikan cerita apapun kepada ibunya.

Marsid juga sempat pingsan usai menerima telepon dari Marsim, adiknya yang bekerja
di Malaysia.

“Sebab sudah tidak ada lagi yang dipercaya oleh Mbah Marini. Kami sempat bersepakat
memberi tahu kalau keadaanya baik baik saja. Namun begitu melihat televisi, Mbah Marini kembali histeris tidak percaya, " tutur Syaifuddin, kerabat yang didaulat menjadi juru bicara keluarga.

Di dalam kamar yang berjarak beberapa langkah dari tempat Marini tergolek lemas,
Winingsih, istri Marwin juga belum sepenuhnya sadar.

Dengan mata terpejam wanita tiga anak itu terus meracau memanggil manggil Marwin
soleh. “Abah. Abah. Mana abah? “ ucap perempuan berusia 28 tahun itu.

Sementara anak-anak Marwin terlihat lebih tabah. Mereka tidak henti henti membujuk ibunya untuk tegar. Ketiga anak Marwin yakni Nurul Faridatul Ikhoramah (18), M Zaenudin Purbokusumo (15) dan M Khoirudin Pandu Wiranata (8) dan istrinya memanggilnya Abah.

Behitu juga para murid Marwin. Anak bungsu tiga bersaudara pasangan Mijan dan Marini dikenal sebagai pimpinan padepokan ilmu olah kanuragan di Pucanglaban.

Caleg Partai Golkar yang juga Ketua Yayasan Pendidikan Mambaul Huda yang gagal pada
Pemilu 2014 lalu itu juga dikenal sebagai tabib pengobatan sekaligus paranormal.

Tidak hanya membuka praktik di rumahnya berlantai dua yang megah itu, dia juga
memiliki cabang pengobatan di Singapura dan Hong Kong.

“Buka cabang di Singapura sejak tahun 2007. Ke Singapura ini juga dalam rangka melihat
perkembangan cabang pengobatan, “ kata Syaifuddin.

Marwin berangkat ke Surabaya Sabtu pagi 27 Desember 2014 sekitar pukul 09.00 wib.
Rencananya pada Senin 29 Desember 2014 malam Marwin sudah pulang ke rumah.

Dia berharap malam Tahun Baru 2015 bisa berkumpul bersama keluarga.“Usai Tahun Baru rencananya akan langsung terbang ke Hong Kong. Pergi ke Hong Kong dan Singapura dua kali dalam sebulan. Namun baru kali ini naik AirAsia, “ ungkap Syaifuddin.

Menurut dia, keluarga tidak merasakan firasat aneh. Beberapa jam sebelum berangkat ke Juanda, Marwin Sholeh sempat merebahkan kepala di atas pangkuan ibunya. Sambil ngobrol meminta doa perjalanannya lancar, Marwin juga sempat meminta M Zaenudin Purbokusumo, anak keduanya untuk beberapa kali mengusap kepalanya.

“Sebab awalnya anaknya hendak diajak. Namun karena kehabisan tiket, akhirnya tidak jadi
diajak. Mungkin hanya itu firasatnya. Saat meminta kepalanya diusap, abah (Marwin)
meminta maaf, " kata Syaifuddin.

Seperti kebiasaannya, sebelum pesawat landing Marwin sempat menelepon istrinya
meminta doa. Keluarga, kata Syafuddin mulai cemas ketika nomor ponsel Marwin tidak bisa dihubungi.

Sebab saat itu sudah satu jam lebih dan harusnya pesawat telah sampai tempat tujuan.
“Sebab kalau sampai tempat tujuan biasanya langsung menghubungi keluarga. Tidak lama
setelah itu kami menerima kabar dari keluarga di Malaysia kalau pesawat AirAsia hilang, “ ungkapnya.

Pada Minggu 28 Desember 2014 sekira pukul 12.30 WIB, pihak keluarga datang ke
Bandara Juanda. Di hadapan mereka dan keluarga penumpang yang lain, pihak AirAsia menyatakan siap bertanggung jawab secara moral dan material.

“Senin ini (29 Desember 12) didampingi kepala desa dan kepolisian Pucanglaban, keluarga juga kembali ke Juanda dengan membawa dokumen terkait abah, " tandas Syaifuddin.

Marsid, kakak tertua Marwin berharap adiknya bisa ditemukan dengan kondisi selamat.Kalaupun hal yang tidak diinginkan terjadi, Marsid yang tiba tiba diberi uang Rp400 ribu oleh Marwin sebelum berangkat menganggap hal itu sebagai suratan takdir.

“Kalaupun tidak selamat, kami berdoa semoga khusnul khotimah. Mulai Minggu (28 Desember 2014) malam kami beserta warga terus melakukan doa bersama, “tuturnya sedih.

Seperti diberitakan pesawat komersial maskapai Air Asia A320-200 rute Surabaya-Singapura hilang kontak. Hingga saat ini pesawat yang mengangkut 155 penumpang tersebut belum diketahui nasibnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7956 seconds (0.1#10.140)