Pemkab Subang Siapkan Rp7 Miliar
A
A
A
SUBANG - Pemerintah Kabupaten Subang menyiapkan anggaran sebesar Rp7 miliar untuk penanggulangan bencana banjir dan longsor yang sewaktu - waktu bisa terjadi selama berlangsungnya musim hujan.
“Kami sudah alokasikan anggaran bencana dalam di APBD 2014 pada pos biaya tak terduga, besarnya sekitar Rp7 miliar. Jumlah ini beberapa kali lipat lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya, mengingat besarnya potensi bencana berdasarkan pengalaman banjir bandang yang terjadi awal 2014 lalu,” ungkap Bupati Subang, Ojang Sohandi kemarin.
Dia menyebutkan, dari hasil pemetaan yang dilakukan, sebanyak 22 dari total 30 kecamatan di Subang dinyatakan rawan mengalami ancaman banjir dan longsor. Daerah paling parah dan rawan berada di Kecamatan Pamanukan, Sukasari, Legonkulon, Pusakanagara, Pusakajaya dan Blanakan. “Ada sekitar 40 desa lebih tersebar di 14 kecamatan wilayah pantura yang sering terjadi banjir setiap musim hujan tiba. Karenanya, kami imbau semua warga di wilayah itu waspada dan selalu siaga,”tuturnya.
Adapun di wilayah selatan yang daerahnya berupa pegunungan, delapan kecamatan dinyatakan rawan longsor, yakni Tanjungsiang, Cisalak, Kaso ma lang, Ciater, Jalancagak, Saga laherang, Serangpanjang dan Cijambe. Di kecamatan-kecamatan tersebut, sedikitnya ada 16 desa yang cukup rawan.
Khusus menghadapi ancaman banjir di 14 kecamatan pantura, Ojang meminta para camat setempat bersiaga penuh dan senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah maupun menjalin komunikasi antar sesama mereka dengan unsur muspika kecamatan.
“Para camat juga harus berkoordinasi dengan petugas pengamat sungai, terutama pos pengamatan Sungai Cipunagara, untuk mengetahui perkembangan terkini dari pergerakan debit air. Dengan mengetahui debit air, antisipasi bencana banjir bisa dilakukan sejak dini,”ujar Ojang.
Kepala Seksi Bantuan Korban Bencana Dinas Sosial Kabupaten Subang Tito Purwanto me nambahkan, pemerintah juga sudah menyiapkan dapur umum dan berbagai kebutuhan logistik yang diperlukan para korban bencana, seperti beras sebanyak 100 ton, mie instan dan sarden. Termasuk tenda darurat dan selimut. Tak hanya itu, kata dia, sebanyak 40 petugas tagana (taruna siaga bencana) sudah disiagakan untuk menangani korban.
“Kami pastikan puluhan personil tagana sudah siap menjalankan tugas evakuasi dan penanganan bencana,” imbuhnya. Sementara itu, air banjir yang melanda 3 kecamatan di Kabupaten Bandung kembali naik. Hujan deras yang mengguyur kawasan Bandung Raya sejak Sabtu (27/12) malam menyebabkan debit air Sungai Citarum kembali meningkat sehingga belasan ribu rumah milik warga kembali digenangi air.
Puluhan toko yang berada dikawasan Jalan Raya Dayeuhkolot yang sempat buka pada Sabtu siang, kembali tutup untuk mengantisipasi adanya ancaman banjir susulan seiring dengan potensi hujan deras. Hingga kemarin, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat jumlah pengungsi yang berada di 30 titik meningkat menjadi 15.991 jiwa.
Kepala BPBD Kabupaten Bandung Marlan mengatakan, dari hasil pantauan memang dari kurun waktu dua hari terakhir ketinggian air dilokasi banjir cenderung pasang surut. Sabtu (27/12) pagi hingga siang misalnya ketinggian air berangsur surut namun begitu hujan deras sore dan malamnya air mulai mengalami kenaikan. ”Kami juga masih memantau kondisi terbaru di lapangan dan berharap warga tetap berada di pengungsian,” ujar Marlan, kemarin.
Menurut dia, data terakhir jumlah pengungsi naik karena be berapa warga yang sebelumnya kembali kehuniannya cukup kesulitan membersihkan sisa-sisa lumpur yang mengendap. Untuk jumlah rumah terendam, lanjut Marlan, masih ber kisar 36.000 unit di 3 kecamatan yang paling parah terdampak banjir. Beberapa akses jalan yang sempat terendam, pada Minggu siang bisa dilalui kendaraan.
Sektor Industri Rugi Belasan Miliar
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Bandung Fery Sandiana memperkirakan kerugian akibat bencana banjir yang melanda 3 kecamatan diwilayahnya untuk sektor industri mencapai belasan miliar.
Pasalnya, dampak dari salah satu bencana alam itu membuat industri tidak beroperasi hingga lebih dari satu pekan.”Tentu hal ini sangat merugikan. Apalagi kalau perusahaan yang berorientasi ekspor kan harus tepat waktu,”ungkapnya.
Usep Husaeni/ Ricky Susan/ Ade Nurjanah/ Mohamad Taufik/ Dila Nashear
“Kami sudah alokasikan anggaran bencana dalam di APBD 2014 pada pos biaya tak terduga, besarnya sekitar Rp7 miliar. Jumlah ini beberapa kali lipat lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya, mengingat besarnya potensi bencana berdasarkan pengalaman banjir bandang yang terjadi awal 2014 lalu,” ungkap Bupati Subang, Ojang Sohandi kemarin.
Dia menyebutkan, dari hasil pemetaan yang dilakukan, sebanyak 22 dari total 30 kecamatan di Subang dinyatakan rawan mengalami ancaman banjir dan longsor. Daerah paling parah dan rawan berada di Kecamatan Pamanukan, Sukasari, Legonkulon, Pusakanagara, Pusakajaya dan Blanakan. “Ada sekitar 40 desa lebih tersebar di 14 kecamatan wilayah pantura yang sering terjadi banjir setiap musim hujan tiba. Karenanya, kami imbau semua warga di wilayah itu waspada dan selalu siaga,”tuturnya.
Adapun di wilayah selatan yang daerahnya berupa pegunungan, delapan kecamatan dinyatakan rawan longsor, yakni Tanjungsiang, Cisalak, Kaso ma lang, Ciater, Jalancagak, Saga laherang, Serangpanjang dan Cijambe. Di kecamatan-kecamatan tersebut, sedikitnya ada 16 desa yang cukup rawan.
Khusus menghadapi ancaman banjir di 14 kecamatan pantura, Ojang meminta para camat setempat bersiaga penuh dan senantiasa berkoordinasi dengan pemerintah maupun menjalin komunikasi antar sesama mereka dengan unsur muspika kecamatan.
“Para camat juga harus berkoordinasi dengan petugas pengamat sungai, terutama pos pengamatan Sungai Cipunagara, untuk mengetahui perkembangan terkini dari pergerakan debit air. Dengan mengetahui debit air, antisipasi bencana banjir bisa dilakukan sejak dini,”ujar Ojang.
Kepala Seksi Bantuan Korban Bencana Dinas Sosial Kabupaten Subang Tito Purwanto me nambahkan, pemerintah juga sudah menyiapkan dapur umum dan berbagai kebutuhan logistik yang diperlukan para korban bencana, seperti beras sebanyak 100 ton, mie instan dan sarden. Termasuk tenda darurat dan selimut. Tak hanya itu, kata dia, sebanyak 40 petugas tagana (taruna siaga bencana) sudah disiagakan untuk menangani korban.
“Kami pastikan puluhan personil tagana sudah siap menjalankan tugas evakuasi dan penanganan bencana,” imbuhnya. Sementara itu, air banjir yang melanda 3 kecamatan di Kabupaten Bandung kembali naik. Hujan deras yang mengguyur kawasan Bandung Raya sejak Sabtu (27/12) malam menyebabkan debit air Sungai Citarum kembali meningkat sehingga belasan ribu rumah milik warga kembali digenangi air.
Puluhan toko yang berada dikawasan Jalan Raya Dayeuhkolot yang sempat buka pada Sabtu siang, kembali tutup untuk mengantisipasi adanya ancaman banjir susulan seiring dengan potensi hujan deras. Hingga kemarin, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat jumlah pengungsi yang berada di 30 titik meningkat menjadi 15.991 jiwa.
Kepala BPBD Kabupaten Bandung Marlan mengatakan, dari hasil pantauan memang dari kurun waktu dua hari terakhir ketinggian air dilokasi banjir cenderung pasang surut. Sabtu (27/12) pagi hingga siang misalnya ketinggian air berangsur surut namun begitu hujan deras sore dan malamnya air mulai mengalami kenaikan. ”Kami juga masih memantau kondisi terbaru di lapangan dan berharap warga tetap berada di pengungsian,” ujar Marlan, kemarin.
Menurut dia, data terakhir jumlah pengungsi naik karena be berapa warga yang sebelumnya kembali kehuniannya cukup kesulitan membersihkan sisa-sisa lumpur yang mengendap. Untuk jumlah rumah terendam, lanjut Marlan, masih ber kisar 36.000 unit di 3 kecamatan yang paling parah terdampak banjir. Beberapa akses jalan yang sempat terendam, pada Minggu siang bisa dilalui kendaraan.
Sektor Industri Rugi Belasan Miliar
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Bandung Fery Sandiana memperkirakan kerugian akibat bencana banjir yang melanda 3 kecamatan diwilayahnya untuk sektor industri mencapai belasan miliar.
Pasalnya, dampak dari salah satu bencana alam itu membuat industri tidak beroperasi hingga lebih dari satu pekan.”Tentu hal ini sangat merugikan. Apalagi kalau perusahaan yang berorientasi ekspor kan harus tepat waktu,”ungkapnya.
Usep Husaeni/ Ricky Susan/ Ade Nurjanah/ Mohamad Taufik/ Dila Nashear
(ftr)