Wings of Time dari Purwakarta
A
A
A
Pemerintah Kabupaten Purwakarta mengukir sejarah baru dengan membangun taman air mancur terbesar di Indonesia. Air Mancur ini digadang-gadang sama persis dengan wings of time di Singapura, dengan kekuatan air setinggi tujuh meter.
Destinasi wisata yang wajib diketahui keberadaannya ini diberinama ‘Taman Sri Baduga’. Dibangun di lahan seluas 2 hektare, dengan menyulap Situ Buleud (danau berbentuk bulat) menjadi lokasi eksotis di tengah kota. Lokasinya pun tidak begitu jauh, hanya berjarak 1 km dari kantor Pemkab Purwakarta. Taman air mancur yang menghabiskan anggaran Rp24 miliar dari APBD kabupaten ini sengaja dibangun dengan desain cukup megah.
Sudut-sudut danau selain dipenuhi air mancur yang bisa menari bak seorang penari, juga dilengkapi dengan laser warna warni. Begitu juga air mancur yang ada di tengah danau dilengkapi tugu bunga melati. Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, keberadaan ‘Air Mancur Taman Sri Baduga’ adalah bagian dari salah satu promosi wisata di kabupaten kecil yang ada di Jawa Barat ini, dengan harapan bisa mendrokrak pendapatan asli daerah (PAD).
Terlebih, sejak dulu dia berkomitmen menjadikan Purwakarta sebagai tujuan wisata. Menurut dia, Taman Sri Baduga ini tak lepas dari sejarah pembentukan Kabupaten Purwakarta. Konon, Situ Buleud adalah tempat pemandian badak-badak liar yang terdapat dalam mimpinya Dalem Sholawat (Bupati I Purwakarta setelah berpisah dengan Kabupaten Karawang). Saat itu, Dalem Sholawat atau RAA Suriawinata memimpin Purwakarta yang pemerintahannya masih berkedudukan di Wanayasa.
“Jadi ini hasil tirakatnya bupati pertama Purwakarta yang ingin memindahkan ibu kota Purwakarta ke sini (Sindangkasih). Jadi tempat ini harus terus kami rawat sebagai bagian sejarah Purwakarta,” kata Dedi. Menurutnya, pembangunan Situ Buleud dengan air mancur ini baru tahap pertama dan pembangunan berikutnya akan dilanjutkan pada 2015 mendatang.
Dedi berharap, taman kota yang ditata tersebut ke depan benar-benar menjadi kebanggaan dan ikon Kota Purwakarta yang patut diapresiasi. “Kami ingin Purwakarta memiliki hal yang monumental. Seperti disebut Jakarta, maka akan ingat Monas, ingat Perancis pasti ingat Menara Eiffel, begitu juga Purwakarta. Walau taman air mancur ini bertema moderen, tapi konsep yang ingin kami angkat tentang sejarah Kerajaan Padjadjaran. Untuk itu kami namai Taman Sri Baduga dengan desain berbeda,”tutur Bupati yang akrab di panggil kang Dedi ini.
Indkator keberhasilan membuat air mancur terbesar di Nusantara ini, akan dirasakan setelah konsep pembangunnya selesai. Dimana masyarakat Purwakarta butuh ruang publik yang cukup dan memadai, tak heran jika banyak warganya yang berkunjung ke luar kota untuk menghabiskan waktu berlibur, seperti hari libur akhir pekan.
“Jika setiap ada 2.000 orang warga Purwakarta yang menghabiskan uang untuk pergi keluar kota, dan setiap orang menghabiskan uang Rp300.000, maka bisa dihitung, angkanya mencapai Rp60 juta dal satu minggu. Jika dihitung per tahun hampir Rp6 miliar. Dengan adanya air mancur ini masyarakat pun bisa menghemat dan saya yakin mereka akan betah tinggal di Purwakarta,”jelas Dedi merinci.
Selain itu juga, lanjut dia, nanti akan membuat warganya betah tinggal di Purwakarta. Kabupaten ini juga akan banyak dikunjungi wisatawan. Karena nanti Purwakarta akan tumbuh ibarat gadis cantik, yang hanya dengan senyuman saja, orang akan tertarik untuk datang. “Untuk itu keberadaan air mancur yang kami buat akan banyak bermafaat bagi pemerintah maupun masyarakat Purwakarta sendiri,”ujar dia.
Lebih lajut Dedi mengungkapkan, di dalam Taman Sri Baduga akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas unik lainya yang mengungsung tema Keraton Pajajaran. Selain menyaksikan air mancur, pengujung juga akan diajak ke masa lalu disaat Kerajaan Sunda masih berdiri. Untuk itu setiap pengunjung yang datang ke lokasi taman harus mengenakan pakaian adat Sunda, baik beli atau sewa.
“Di dalam taman ini akan ada miniatur Kerajaan Pajajaran, pasar dan tempat berbelanja bertema jaman kerajaan, permainan anak tradisional, dan juga akan ada tempat para seniman yang bermain musik tradisional, selain itu juga akan ada rumah adat Sunda jaman dulu dan laian-lain yang bertema tempo dulu pada jaman Keraton Pajajaran.
Uang yang digunakan pengunjung untuk membeli sesuati juga menggunakan koin jaman kerajaan, nanti uang mereka bisa ditukar koin sebelum masuk,” ungkap Dedi.
Didin Jalaludin
Destinasi wisata yang wajib diketahui keberadaannya ini diberinama ‘Taman Sri Baduga’. Dibangun di lahan seluas 2 hektare, dengan menyulap Situ Buleud (danau berbentuk bulat) menjadi lokasi eksotis di tengah kota. Lokasinya pun tidak begitu jauh, hanya berjarak 1 km dari kantor Pemkab Purwakarta. Taman air mancur yang menghabiskan anggaran Rp24 miliar dari APBD kabupaten ini sengaja dibangun dengan desain cukup megah.
Sudut-sudut danau selain dipenuhi air mancur yang bisa menari bak seorang penari, juga dilengkapi dengan laser warna warni. Begitu juga air mancur yang ada di tengah danau dilengkapi tugu bunga melati. Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, keberadaan ‘Air Mancur Taman Sri Baduga’ adalah bagian dari salah satu promosi wisata di kabupaten kecil yang ada di Jawa Barat ini, dengan harapan bisa mendrokrak pendapatan asli daerah (PAD).
Terlebih, sejak dulu dia berkomitmen menjadikan Purwakarta sebagai tujuan wisata. Menurut dia, Taman Sri Baduga ini tak lepas dari sejarah pembentukan Kabupaten Purwakarta. Konon, Situ Buleud adalah tempat pemandian badak-badak liar yang terdapat dalam mimpinya Dalem Sholawat (Bupati I Purwakarta setelah berpisah dengan Kabupaten Karawang). Saat itu, Dalem Sholawat atau RAA Suriawinata memimpin Purwakarta yang pemerintahannya masih berkedudukan di Wanayasa.
“Jadi ini hasil tirakatnya bupati pertama Purwakarta yang ingin memindahkan ibu kota Purwakarta ke sini (Sindangkasih). Jadi tempat ini harus terus kami rawat sebagai bagian sejarah Purwakarta,” kata Dedi. Menurutnya, pembangunan Situ Buleud dengan air mancur ini baru tahap pertama dan pembangunan berikutnya akan dilanjutkan pada 2015 mendatang.
Dedi berharap, taman kota yang ditata tersebut ke depan benar-benar menjadi kebanggaan dan ikon Kota Purwakarta yang patut diapresiasi. “Kami ingin Purwakarta memiliki hal yang monumental. Seperti disebut Jakarta, maka akan ingat Monas, ingat Perancis pasti ingat Menara Eiffel, begitu juga Purwakarta. Walau taman air mancur ini bertema moderen, tapi konsep yang ingin kami angkat tentang sejarah Kerajaan Padjadjaran. Untuk itu kami namai Taman Sri Baduga dengan desain berbeda,”tutur Bupati yang akrab di panggil kang Dedi ini.
Indkator keberhasilan membuat air mancur terbesar di Nusantara ini, akan dirasakan setelah konsep pembangunnya selesai. Dimana masyarakat Purwakarta butuh ruang publik yang cukup dan memadai, tak heran jika banyak warganya yang berkunjung ke luar kota untuk menghabiskan waktu berlibur, seperti hari libur akhir pekan.
“Jika setiap ada 2.000 orang warga Purwakarta yang menghabiskan uang untuk pergi keluar kota, dan setiap orang menghabiskan uang Rp300.000, maka bisa dihitung, angkanya mencapai Rp60 juta dal satu minggu. Jika dihitung per tahun hampir Rp6 miliar. Dengan adanya air mancur ini masyarakat pun bisa menghemat dan saya yakin mereka akan betah tinggal di Purwakarta,”jelas Dedi merinci.
Selain itu juga, lanjut dia, nanti akan membuat warganya betah tinggal di Purwakarta. Kabupaten ini juga akan banyak dikunjungi wisatawan. Karena nanti Purwakarta akan tumbuh ibarat gadis cantik, yang hanya dengan senyuman saja, orang akan tertarik untuk datang. “Untuk itu keberadaan air mancur yang kami buat akan banyak bermafaat bagi pemerintah maupun masyarakat Purwakarta sendiri,”ujar dia.
Lebih lajut Dedi mengungkapkan, di dalam Taman Sri Baduga akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas unik lainya yang mengungsung tema Keraton Pajajaran. Selain menyaksikan air mancur, pengujung juga akan diajak ke masa lalu disaat Kerajaan Sunda masih berdiri. Untuk itu setiap pengunjung yang datang ke lokasi taman harus mengenakan pakaian adat Sunda, baik beli atau sewa.
“Di dalam taman ini akan ada miniatur Kerajaan Pajajaran, pasar dan tempat berbelanja bertema jaman kerajaan, permainan anak tradisional, dan juga akan ada tempat para seniman yang bermain musik tradisional, selain itu juga akan ada rumah adat Sunda jaman dulu dan laian-lain yang bertema tempo dulu pada jaman Keraton Pajajaran.
Uang yang digunakan pengunjung untuk membeli sesuati juga menggunakan koin jaman kerajaan, nanti uang mereka bisa ditukar koin sebelum masuk,” ungkap Dedi.
Didin Jalaludin
(ftr)