Momentum Bangkitkan Sepak Bola Sumut
A
A
A
Di tengah prestasi klub-klub sepakbola asal Sumatera Utara (Sumut) yang kurang gemilang di pentas nasional, masyarakat Sumut patut berbangga masih memiliki turnamen bergengsi, yakni MarahHalim Cup.
Setelah sempat vakum selama 19 tahun, turnamen ini kembali bergulir mulai 7-13 Januari 2015. Digelarnya kembali turnamen ini diharapkan menjadi momentum bangkitnya sepakbola Sumut. Pada era tahun 1960 hingga 1970-an, Marah HalimCup merupakan salah satu turnamen bergengsi di Tanah Air bahkan dunia.
Sejumlah klub sepak bola asing selalu ikut meramaikan turnamen ini. Bahkan, organisasi sepak bola tertinggi di dunia, FIFA, menjadikan ajang ini sebagai agenda mereka sejak 1974. Setelah digelar 19 kali, turnamen ini sempat mati suri. Terakhir, turnamen ini digelar pada 1995. Pada 1987, 1990, 1992, 1993, dan 1994, turnamen sempat tidak diselenggarakan. Masalah finansial merupakan kendala utama.
Kini setelah hampir 20 tahun tak bergaung, turnamen yang diambil dari nama Gubernur Sumut periode 31 Maret 1967-12 Juni 1978, Marah Halim Harahap, siap kembali digelar kembali. Digelarnya turnamen ini mendapat apresiasi dari Pemerintah Provinsi Sumut. Gubsu Gatot Pujo Nugroho beberapa waktu lalu melontarkan janjinya menjadikan turnamen Marah HalimCup sebagai program tahunan.
“Saya akan konsultasi dengan DPRD Sumut untuk menetapkan Marah HalimCup sebagai kalender tetap provinsi. Apakah ditetapkan dengan pergubatauperda, sehinggaajangini terus berlangsung. Bila disetujui, pasti ada anggaran teralokasi untuk program itu dan harus dilaksanakan,” ungkap Gatot.
Menurut Gatot, Marah Halim Cup yang sempat vakum selama 20 tahun, membuat prestasi sepak bola Sumut terus menurun dan tak mampu bersaing di kasta tertinggi sepak bola nasional. Dengan digelarnya kembali Marah HalimCup, Gatot berharap bisa menjadi pendongkrak prestasi sepak bola Sumut maupun klub-klub yang ada. Sebab Marah Halim Cup dulunya menjadi bagian dari perkembangan sepak bola nasional.
“Kondisi sekarang sangat ironis. Ini harus kita jadikan ini sebuah momentum. Ini akan menjadi daya ungkit untuk bangkitnya sepak bola kita. Kita harus kembalikan ruh Marah HalimCup ini,” kata Gatot. Patut disyukuri sekelompok orang maju, Tusilo dkk, mencoba mengangkat kembali turnamen Marah Halim Cup. Keterpurukan sepak bola Sumut menjadi dasar Tursilo dkk menggelar kembali Marah HalimCup.
Tursilo menilai, merosotnya prestasi sepak bola Sumut tak terlepas dari kesiapan pemain maupun tim. Tentu dalam hal ini, pertandingan-pertandingan ataupun turnamen yang kurang.
“Setelah diadakan beberapa kajian, kami melihat kemerosotan prestasi sepak bola Sumatera Utara salah satunya disebabkan tidak ada kegiatan turnamen besar yang rutin dilaksanakan. Dulu banyak turnamen digelar, maka tim-tim pulau lain dan negara lain, pasti menjadikan Medan dalam program utama mereka sebagai persiapan. Karena itu, kami berusaha membangunkan kembali Marah Halim Cup,” ungkap Tursilo.
Dulu tim-tim di Sumut, khususnya Kota Medan, kerap menjadi pilihan utama bagi tim-tim elite nasional sebagai ajang uji coba (sparing) untuk persiapan jelang kompetisi bergulir. Terlebih dulu banyak turnamen sepak bola yang digelar di Sumut, seperti Piala TD Pardede, Piala Wali Kota Medan, dan turnamen Marah HalimCup sebagai ajang prestisius.
Tursilo menyadari tidak mudah membangunkan kembali Marah HalimCup yang tertidur panjang. Bukan hitungan sesaat, tapi sudah 20 tahun. Namun, karena keinginan kuat, Tursilo dkk mencoba mengali informasi seputar Marah Halim Cup. Sudah pasti pula sedikit referensi didapat dengan saksisaksi sejarah perjalanan Marah HalimCup yang tak muda lagi.
“Kami membahas formulasi pelaksanaan dan membuat indikator serta rundown legalitas turnamen. Kami juga menggali informasi kepada saksi sejarah dan pelaku Marah Halim Cup. Wartawan senior cetak terbitan Medan, Habibul Chair sangat dekat dengan Kamaruddin Panggabean, tokoh penggerak sepak bola Sumut dan katrol turnamen Marah HalimCup, serta saksi sejarah Amru Daulay,” tuturnya.
Proses persiapan turnamen ini tak hanya sampai di situ. Tahap awal, panitia memastikan turnamen bisa diikuti delapan klub, termasuk tim dari Malaysia dan Myanmar. Adapun kedelapan tim, yakni jawara ISL 2014 Persib Bandung, Persija Jakarta, PSM Makassar, PSMS Medan, Selanggor FC (Malaysia), Yangon FC (Myanmar), Semen Padang, dan juara bertahan Marah Halim Cup 1995, Medan Jaya.
Perubahan terjadi di tengah perjalanan. Timnas Myanmar U-20 memastikan ambil bagian. Dengan demikian, peserta menjadi sembilan tim. Tapi perubahan kembali terjadi. Persija Jakarta, Persib Bandung, Selanggor FC (Malaysia), dan Yangon FC (Myanmar) tiba-tiba mengundurkan diri. Sebagai ganti, Pelita Bandung Raya, tim Liga Super Australia Perth Glory, dan Home United Singapura, sehingga mengerucutkan kembali peserta menjadi delapan tim.
Persija Jakarta batal ikut karena penyelenggaraan Marah HalimCup bersamaan dengan Trofeo Persija. Namun, tim berjuluk Macan Kemayoran itu tampil dalam laga eksebisi melawan PSMS Medan. Sementara Persib Bandung lebih memilih menjalani training centre (TC) atas undangan Presiden Inter Milan Erick Thohir.
Selangor FC Malaysia juga membatalkan ikut karena jadwal kompetisi Liga Super Malaysia sudah mulai bergulir Januari bersamaan dengan turnamen Marah HalimCup. Namun, berbeda dengan Yangon FC Myanmar.
Tim ini membatalkan diri namun sebagai penggantinya Timnas U-20 Myanmar. Namun, jelang pengujung tahun, perubahan besar terjadi. Panitia memfinalkan peserta Marah HalimCup 2015 hanya diikuti empat tim, yakni PSMS Medan, Timnas Indonesia U-23, Timnas Myanmar U-20, dan Perth Glory Austarlia.
Semen Padang memilih tampil di ajang lainnya, sedangkan PBR mengundurkan diri karena menjalani training centre di luar negeri. Satu tim luar negeri lainnya, Home United Singapura, dibatalkan panitia dan tampil pada laga eksebisi melawan PSM Makassar.
“Peserta Marah HalimCup 2015 sudah final. Tidak ada perubahan lagi. Kami tetapkan peserta empat tim. PSMS Medan, Timnas Indonesia U-23, Timnas Myanmar U-20, dan Perth Glory Austarlia,” kata Tursilo yang juga menjabat Sekretaris Asosiasi Kabupaten PSSI Deliserdang itu.
Haris dasril
Setelah sempat vakum selama 19 tahun, turnamen ini kembali bergulir mulai 7-13 Januari 2015. Digelarnya kembali turnamen ini diharapkan menjadi momentum bangkitnya sepakbola Sumut. Pada era tahun 1960 hingga 1970-an, Marah HalimCup merupakan salah satu turnamen bergengsi di Tanah Air bahkan dunia.
Sejumlah klub sepak bola asing selalu ikut meramaikan turnamen ini. Bahkan, organisasi sepak bola tertinggi di dunia, FIFA, menjadikan ajang ini sebagai agenda mereka sejak 1974. Setelah digelar 19 kali, turnamen ini sempat mati suri. Terakhir, turnamen ini digelar pada 1995. Pada 1987, 1990, 1992, 1993, dan 1994, turnamen sempat tidak diselenggarakan. Masalah finansial merupakan kendala utama.
Kini setelah hampir 20 tahun tak bergaung, turnamen yang diambil dari nama Gubernur Sumut periode 31 Maret 1967-12 Juni 1978, Marah Halim Harahap, siap kembali digelar kembali. Digelarnya turnamen ini mendapat apresiasi dari Pemerintah Provinsi Sumut. Gubsu Gatot Pujo Nugroho beberapa waktu lalu melontarkan janjinya menjadikan turnamen Marah HalimCup sebagai program tahunan.
“Saya akan konsultasi dengan DPRD Sumut untuk menetapkan Marah HalimCup sebagai kalender tetap provinsi. Apakah ditetapkan dengan pergubatauperda, sehinggaajangini terus berlangsung. Bila disetujui, pasti ada anggaran teralokasi untuk program itu dan harus dilaksanakan,” ungkap Gatot.
Menurut Gatot, Marah Halim Cup yang sempat vakum selama 20 tahun, membuat prestasi sepak bola Sumut terus menurun dan tak mampu bersaing di kasta tertinggi sepak bola nasional. Dengan digelarnya kembali Marah HalimCup, Gatot berharap bisa menjadi pendongkrak prestasi sepak bola Sumut maupun klub-klub yang ada. Sebab Marah Halim Cup dulunya menjadi bagian dari perkembangan sepak bola nasional.
“Kondisi sekarang sangat ironis. Ini harus kita jadikan ini sebuah momentum. Ini akan menjadi daya ungkit untuk bangkitnya sepak bola kita. Kita harus kembalikan ruh Marah HalimCup ini,” kata Gatot. Patut disyukuri sekelompok orang maju, Tusilo dkk, mencoba mengangkat kembali turnamen Marah Halim Cup. Keterpurukan sepak bola Sumut menjadi dasar Tursilo dkk menggelar kembali Marah HalimCup.
Tursilo menilai, merosotnya prestasi sepak bola Sumut tak terlepas dari kesiapan pemain maupun tim. Tentu dalam hal ini, pertandingan-pertandingan ataupun turnamen yang kurang.
“Setelah diadakan beberapa kajian, kami melihat kemerosotan prestasi sepak bola Sumatera Utara salah satunya disebabkan tidak ada kegiatan turnamen besar yang rutin dilaksanakan. Dulu banyak turnamen digelar, maka tim-tim pulau lain dan negara lain, pasti menjadikan Medan dalam program utama mereka sebagai persiapan. Karena itu, kami berusaha membangunkan kembali Marah Halim Cup,” ungkap Tursilo.
Dulu tim-tim di Sumut, khususnya Kota Medan, kerap menjadi pilihan utama bagi tim-tim elite nasional sebagai ajang uji coba (sparing) untuk persiapan jelang kompetisi bergulir. Terlebih dulu banyak turnamen sepak bola yang digelar di Sumut, seperti Piala TD Pardede, Piala Wali Kota Medan, dan turnamen Marah HalimCup sebagai ajang prestisius.
Tursilo menyadari tidak mudah membangunkan kembali Marah HalimCup yang tertidur panjang. Bukan hitungan sesaat, tapi sudah 20 tahun. Namun, karena keinginan kuat, Tursilo dkk mencoba mengali informasi seputar Marah Halim Cup. Sudah pasti pula sedikit referensi didapat dengan saksisaksi sejarah perjalanan Marah HalimCup yang tak muda lagi.
“Kami membahas formulasi pelaksanaan dan membuat indikator serta rundown legalitas turnamen. Kami juga menggali informasi kepada saksi sejarah dan pelaku Marah Halim Cup. Wartawan senior cetak terbitan Medan, Habibul Chair sangat dekat dengan Kamaruddin Panggabean, tokoh penggerak sepak bola Sumut dan katrol turnamen Marah HalimCup, serta saksi sejarah Amru Daulay,” tuturnya.
Proses persiapan turnamen ini tak hanya sampai di situ. Tahap awal, panitia memastikan turnamen bisa diikuti delapan klub, termasuk tim dari Malaysia dan Myanmar. Adapun kedelapan tim, yakni jawara ISL 2014 Persib Bandung, Persija Jakarta, PSM Makassar, PSMS Medan, Selanggor FC (Malaysia), Yangon FC (Myanmar), Semen Padang, dan juara bertahan Marah Halim Cup 1995, Medan Jaya.
Perubahan terjadi di tengah perjalanan. Timnas Myanmar U-20 memastikan ambil bagian. Dengan demikian, peserta menjadi sembilan tim. Tapi perubahan kembali terjadi. Persija Jakarta, Persib Bandung, Selanggor FC (Malaysia), dan Yangon FC (Myanmar) tiba-tiba mengundurkan diri. Sebagai ganti, Pelita Bandung Raya, tim Liga Super Australia Perth Glory, dan Home United Singapura, sehingga mengerucutkan kembali peserta menjadi delapan tim.
Persija Jakarta batal ikut karena penyelenggaraan Marah HalimCup bersamaan dengan Trofeo Persija. Namun, tim berjuluk Macan Kemayoran itu tampil dalam laga eksebisi melawan PSMS Medan. Sementara Persib Bandung lebih memilih menjalani training centre (TC) atas undangan Presiden Inter Milan Erick Thohir.
Selangor FC Malaysia juga membatalkan ikut karena jadwal kompetisi Liga Super Malaysia sudah mulai bergulir Januari bersamaan dengan turnamen Marah HalimCup. Namun, berbeda dengan Yangon FC Myanmar.
Tim ini membatalkan diri namun sebagai penggantinya Timnas U-20 Myanmar. Namun, jelang pengujung tahun, perubahan besar terjadi. Panitia memfinalkan peserta Marah HalimCup 2015 hanya diikuti empat tim, yakni PSMS Medan, Timnas Indonesia U-23, Timnas Myanmar U-20, dan Perth Glory Austarlia.
Semen Padang memilih tampil di ajang lainnya, sedangkan PBR mengundurkan diri karena menjalani training centre di luar negeri. Satu tim luar negeri lainnya, Home United Singapura, dibatalkan panitia dan tampil pada laga eksebisi melawan PSM Makassar.
“Peserta Marah HalimCup 2015 sudah final. Tidak ada perubahan lagi. Kami tetapkan peserta empat tim. PSMS Medan, Timnas Indonesia U-23, Timnas Myanmar U-20, dan Perth Glory Austarlia,” kata Tursilo yang juga menjabat Sekretaris Asosiasi Kabupaten PSSI Deliserdang itu.
Haris dasril
(ars)