Tempat Ngopi Sekaligus Belajar Sastra
A
A
A
SEMARANG - Bertempat di Jalan Tirto Agung 12A-4 Tembalang, Kota Semarang, Kafe Republik Nongkrong bukan sebatas tempat melepas penat sembari menyeruput secangkir kopi, tapi telah menjadi ruang publik untuk saling berbagi pengetahuan antarpengunjung.
Menempati lahan 4x8 meter dengan dua lantai, kafe yang berlokasi di sekitar kampus Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini juga difasilitasi ruang koleksi puluhan buku dan majalah yang kapan saja boleh dibaca oleh pengunjung. “Rata-rata bukunya adalah novel. Ada puluhan novel, baik karangan dalam negeri maupun luar negeri yang kami sediakan,” kata pemilik Kafe Republik Nongkrong Riri Novita kepada KORAN SINDO, kemarin.
Riri sengaja menyediakan buku-buku di kafenya, karena selain gandrung membaca, dia juga merasa mendapatkan kepuasan ketika melihat orangorang juga ikut membaca. Bak gayung bersambut, pengunjung kafenya rata-rata juga orangorang yang gemar membaca. “Jadi pengunjung bisa menikmati sekaligus belajar sastra melalui buku yang kami sediakan,” tuturnya.
Rata-rata pengunjung Kafe Republik Nongkrong adalah anak-anak muda. Bermacam event disuguhkan untuk memuaskan pengunjung. Belum lama ini, digelar nonton bareng pertandingan sepak bola Liga Inggris.
Dalam waktu dekat, Riri juga ingin mengadakan konser musik, bedah buku, dan diskusi jurnalistik. “Kami ingin pengunjung juga mendapatkan oleh-oleh ilmu setelah pulang dari kafe ini,” kata perempuan yang juga aktif di Lembaga Studi Pers dan Informasi (Lespi) Semarang ini.
Kafe yang didirikan Riri ini memang tergolong baru, operasionalnya belum genap satu bulan. Namun, riset pengembangannya sudah dilakukan sejak tiga tahun silam. Menurut Riri, kopi yang disuguhkan berbeda, karena kopi yang digunakan hasil produksi tanpa menggunakan mesin. “Kopi ini kami bikin sendiri setelah melalui riset selama tiga tahun,” ujarnya.
Material kopinya diambil dari berbagai tempat di Indonesia. Kopi di berbagai daerah itu dicampur menjadi satu. Varian yang disuguhkan slow coffee , republik nongkrong , dan kafikafis break . “Semua kopi yang kami jual hitam. Menurut saya sih , rasanya enak, smooth , tapi tasty . Kopi racikan kami ini bahkan sudah ada yang saya ekspor ke luar negeri,” ujar Riri.
Meski kafe ini dibuka belum lama, tapi pengunjungnya cukup lumayan. Rata-rata konsumennya adalah orang yang penyuka kopi dan doyan nongkrong. “Banyak juga yang mengadakan rapat informal maupun pesta ulang tahun di sini. Banyak juga mahasiswa yang datang untuk diskusi kelompok atau sekadar mengerjakan tugas,” katanya.
Di Kafe Republik Nongkrong, tidak hanya menyediakan minuman kopi, tapi ada juga bermacam teh, cokelat, dan minuman lain, termasuk juga makanan berat. “Andalan makanan berat kami adalah pecel hot dog , kombinasi makanan Jawa dan Barat,” katanya.
Amin Fauzi
Menempati lahan 4x8 meter dengan dua lantai, kafe yang berlokasi di sekitar kampus Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini juga difasilitasi ruang koleksi puluhan buku dan majalah yang kapan saja boleh dibaca oleh pengunjung. “Rata-rata bukunya adalah novel. Ada puluhan novel, baik karangan dalam negeri maupun luar negeri yang kami sediakan,” kata pemilik Kafe Republik Nongkrong Riri Novita kepada KORAN SINDO, kemarin.
Riri sengaja menyediakan buku-buku di kafenya, karena selain gandrung membaca, dia juga merasa mendapatkan kepuasan ketika melihat orangorang juga ikut membaca. Bak gayung bersambut, pengunjung kafenya rata-rata juga orangorang yang gemar membaca. “Jadi pengunjung bisa menikmati sekaligus belajar sastra melalui buku yang kami sediakan,” tuturnya.
Rata-rata pengunjung Kafe Republik Nongkrong adalah anak-anak muda. Bermacam event disuguhkan untuk memuaskan pengunjung. Belum lama ini, digelar nonton bareng pertandingan sepak bola Liga Inggris.
Dalam waktu dekat, Riri juga ingin mengadakan konser musik, bedah buku, dan diskusi jurnalistik. “Kami ingin pengunjung juga mendapatkan oleh-oleh ilmu setelah pulang dari kafe ini,” kata perempuan yang juga aktif di Lembaga Studi Pers dan Informasi (Lespi) Semarang ini.
Kafe yang didirikan Riri ini memang tergolong baru, operasionalnya belum genap satu bulan. Namun, riset pengembangannya sudah dilakukan sejak tiga tahun silam. Menurut Riri, kopi yang disuguhkan berbeda, karena kopi yang digunakan hasil produksi tanpa menggunakan mesin. “Kopi ini kami bikin sendiri setelah melalui riset selama tiga tahun,” ujarnya.
Material kopinya diambil dari berbagai tempat di Indonesia. Kopi di berbagai daerah itu dicampur menjadi satu. Varian yang disuguhkan slow coffee , republik nongkrong , dan kafikafis break . “Semua kopi yang kami jual hitam. Menurut saya sih , rasanya enak, smooth , tapi tasty . Kopi racikan kami ini bahkan sudah ada yang saya ekspor ke luar negeri,” ujar Riri.
Meski kafe ini dibuka belum lama, tapi pengunjungnya cukup lumayan. Rata-rata konsumennya adalah orang yang penyuka kopi dan doyan nongkrong. “Banyak juga yang mengadakan rapat informal maupun pesta ulang tahun di sini. Banyak juga mahasiswa yang datang untuk diskusi kelompok atau sekadar mengerjakan tugas,” katanya.
Di Kafe Republik Nongkrong, tidak hanya menyediakan minuman kopi, tapi ada juga bermacam teh, cokelat, dan minuman lain, termasuk juga makanan berat. “Andalan makanan berat kami adalah pecel hot dog , kombinasi makanan Jawa dan Barat,” katanya.
Amin Fauzi
(ftr)