MEA Bukan Sekadar Melihat Ancaman, Namun Peluang Membangkitkan Ekonomi
A
A
A
Tahun 2014 tak sampai hitungan dua pekan lagi akan berakhir memasuk tahun 2015. Pada 2015 nanti Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai diterapkan.
Sekarang siap atau tidak siap, publik termasuk juga pengusaha lokal Tebingtinggi harus menghadapinya. Sebuah tantangan besar, apakah publik dapat berperan dalam era tersebut atau hanya akan jadi penonton. Wali Kota Tebingtinggi Umar Zunaidi Hasibuan pekan lalu mengingatkan hal itu.
Warga dan pengusaha Tebingtinggi jangan hanya sekadar menjadi penonton. Sebaliknya harus memanfaatkan letak strategis Kota Tebingtinggi. Kota Tebingtinggi sebagai kota penghubung dan satu-satunya kota paling potensial dalam melayani Master Plan Proyek Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) bagian barat.
MEA jangan hanya dilihat sebagai ancaman, tetapi juga sebagai peluang. Bahkan, Tebingtinggi nanti bukan hanya menjadi kota emas, tetapi kota berlian. Kota ini akan menjadi kota strategis, karena sebentar lagi akan mulai digarap jalan Tol Medan – Tebingtinggi.
Akses ini paling padat yang akan dilalui kendaraan setiap harinya. Selain jalan tol Medan – Tebingtinggi, program MP3EI bagian wilayah barat juga menjadikan Tebingtinggi menjadi kota berlian. Nanti pembangunan pabrik kelapa sawit Sei Mangkei termodern dan Pelabuhan Kuala Tanjung.
Dampaknya sudah sangat jelas, Tebingtinggi sangat diharapkan pemerintah pusat sebagai kota penyokong. Kondisi ini seharusnya dimanfaatkan sebaik- baiknya oleh para pengusaha di Kota Tebingtinggi.
Apa yang dipaparkan Wali Kota Tebingtinggi Umar Zunaidi Hasibuan memang tepat. MEA jangan hanya dianggap ancaman, tetapi peluang meningkatkan perekonomian. Salah satu hal yang perlu diingat adalah masalah produk yang dibuat. Umar berpendapat, pengusaha dan publik harus yakin barang-barang produksi dalam negeri adalah yang terbaik dari barang luar.
Bagaimana membuktikannya? Tentu dengan menggunakannya. “Dan kepada pelaku ekonomi harus mau belajar menguasai bahasa Inggris dan Mandarin untuk lebih mudah bertransaksi dalam perdagangan nanti,” tutur Umar saat menghadiri pertemuan dengan sejumlah pengusaha lokal di Kompleks Perumahan Taman Bajenis Indah (TBI).
Pertemuan ini digagas pengusaha Martin Purba, pekan lalu. MEA memang harus disikapi dengan bijak. Menyikapi juga termasuk bagaimana selalu kompak dan tidak saling menjatuhkan. Adagium yang disampaikan wali kota pada pertemuan itu, yakni jangan pelihara sifat SMS.
Apa itu susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah. “Jangan cari dukun ke mana- mana karena ingin menjatuhkan sesama rekan pengusaha,” katanya.
Perayudi Syahputera WARTAWAN KORAN SINDO MEDAN
Sekarang siap atau tidak siap, publik termasuk juga pengusaha lokal Tebingtinggi harus menghadapinya. Sebuah tantangan besar, apakah publik dapat berperan dalam era tersebut atau hanya akan jadi penonton. Wali Kota Tebingtinggi Umar Zunaidi Hasibuan pekan lalu mengingatkan hal itu.
Warga dan pengusaha Tebingtinggi jangan hanya sekadar menjadi penonton. Sebaliknya harus memanfaatkan letak strategis Kota Tebingtinggi. Kota Tebingtinggi sebagai kota penghubung dan satu-satunya kota paling potensial dalam melayani Master Plan Proyek Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) bagian barat.
MEA jangan hanya dilihat sebagai ancaman, tetapi juga sebagai peluang. Bahkan, Tebingtinggi nanti bukan hanya menjadi kota emas, tetapi kota berlian. Kota ini akan menjadi kota strategis, karena sebentar lagi akan mulai digarap jalan Tol Medan – Tebingtinggi.
Akses ini paling padat yang akan dilalui kendaraan setiap harinya. Selain jalan tol Medan – Tebingtinggi, program MP3EI bagian wilayah barat juga menjadikan Tebingtinggi menjadi kota berlian. Nanti pembangunan pabrik kelapa sawit Sei Mangkei termodern dan Pelabuhan Kuala Tanjung.
Dampaknya sudah sangat jelas, Tebingtinggi sangat diharapkan pemerintah pusat sebagai kota penyokong. Kondisi ini seharusnya dimanfaatkan sebaik- baiknya oleh para pengusaha di Kota Tebingtinggi.
Apa yang dipaparkan Wali Kota Tebingtinggi Umar Zunaidi Hasibuan memang tepat. MEA jangan hanya dianggap ancaman, tetapi peluang meningkatkan perekonomian. Salah satu hal yang perlu diingat adalah masalah produk yang dibuat. Umar berpendapat, pengusaha dan publik harus yakin barang-barang produksi dalam negeri adalah yang terbaik dari barang luar.
Bagaimana membuktikannya? Tentu dengan menggunakannya. “Dan kepada pelaku ekonomi harus mau belajar menguasai bahasa Inggris dan Mandarin untuk lebih mudah bertransaksi dalam perdagangan nanti,” tutur Umar saat menghadiri pertemuan dengan sejumlah pengusaha lokal di Kompleks Perumahan Taman Bajenis Indah (TBI).
Pertemuan ini digagas pengusaha Martin Purba, pekan lalu. MEA memang harus disikapi dengan bijak. Menyikapi juga termasuk bagaimana selalu kompak dan tidak saling menjatuhkan. Adagium yang disampaikan wali kota pada pertemuan itu, yakni jangan pelihara sifat SMS.
Apa itu susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah. “Jangan cari dukun ke mana- mana karena ingin menjatuhkan sesama rekan pengusaha,” katanya.
Perayudi Syahputera WARTAWAN KORAN SINDO MEDAN
(ftr)