Dandim Hampir Kena, Wabup Ngantor di Posko
A
A
A
BANJARNEGARA - Musibah bencana longsor di Dusun Jemblung, Sampang, Karangkobar, Banjarnegara menyimpan banyak cerita.
Termasuk, pada orangorang yang selama ini terjun langsung memimpin penanganan. Komandan Kodim 0704 Banjarnegara Letkol Inf Edy Rochmatullah termasuk salah satunya. Ditunjuk sebagai komandan posko penanggulangan bencana, mantan Komandan Yonif 413/ Bremoro ini selalu di baris terdepan, utamanya dalam proses pencarian korban yang tertimbun.
Tak pelak, tugas berat itu pun menjadikannya harus siap selalu di sekitar lokasi bencana. Selama 9 hari, sejak musibah longsor Jumat (12/12) lalu, Edy tak pernah pulang ke rumah, meski sedetik pun. “Ini sudah menjadi tugas kami. Tentu tugas lebih penting dari hal apapun,” ujarnya.
Dia pun bercerita, bahwa sejak Jumat (12/12) itu sudah berada di Karangkobar. Saat ini dirinya melakukan pemantauan daerah- daerah rawan longsor. Sebab, sebelum Jemblung, Dusun Pencil, Wanayasa telah longsor, sehingga penduduknya mengungsi.
“Pukul 17.00 WIB lebih sedikit, awalnya mau turun ke Kota Banjarnegara. Tapi saya terima informasi, ada longsor pula di dusun lain. Saya akhirnyakelokasilongsordari info yang saya terima itu. Arahnya berlawanan dari Jemblung,” katanya. Jika dirinya, tidak menuju lokasi longsor di luar Jemblung itu, dipastikan dirinya akan turun ke Banjarnegara, melintasi lokasi bencana Jemblung.
Dia pun mengaku, bisa menjadi korban longsor Jemblung jika benar-benar turun dari Karangkobar menuju Banjarnegara kota. “Karena waktunya pas, dengan kejadian. Saya pun sempat bertemu dengan korban-korban yang ditemukan. Saat itu (korban) mereka turun ke arah kota. Sementara saya tidak jadi turun itu, maka saya masih ada di posko ini,” paparnya.
Seperti diketahui, dalam longsor ini, warga luar Jemblung juga banyak menjadi korban. Mereka ikut tertimbun longsor, saat melintas di jalur utama Karangkobar- Banjarnegara tersebut.
Sementara itu, Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno juga setiap hari berada di posko, dan kawasan lokasi longsor Jemblung. Hal ini untuk memastikan proses evakuasi, hingga penanganan pengungsi.“Saya selalu keliling menemui warga, mengecek kondisi tanah dengan tim kaji cepat tanah. Sehingga ada langkah-langkah yang harus diambil,” katanya.
Dirinya kembali ke posko, semisal saat ada tamu, maupun koordinasi dengan berbagai elemen yang terjun membantu penanganan longsor Jemblung. “Ini merupakan arahan dari pak Bupati. Dimana kita saling berbagai tugas,” terang mantan komisione Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ini.
Bencana Jemblung ini, diakuinya, membuat aktifitasnya tidak bisa berjalan normal. Kebiasaan membaca setiap hari, harus dia tinggalkan demi penanganan korban longsor.
“Tentu tugas yang lebih penting yang harus dikedepankan. Saya sendiri atas nama Pemkab dan masyarakat Banjarnegara mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang ikut serta dalam penanganan musibah Jemblung ini,” paparnya.
Muh Slamet/ Prahayuda Febrianto
Termasuk, pada orangorang yang selama ini terjun langsung memimpin penanganan. Komandan Kodim 0704 Banjarnegara Letkol Inf Edy Rochmatullah termasuk salah satunya. Ditunjuk sebagai komandan posko penanggulangan bencana, mantan Komandan Yonif 413/ Bremoro ini selalu di baris terdepan, utamanya dalam proses pencarian korban yang tertimbun.
Tak pelak, tugas berat itu pun menjadikannya harus siap selalu di sekitar lokasi bencana. Selama 9 hari, sejak musibah longsor Jumat (12/12) lalu, Edy tak pernah pulang ke rumah, meski sedetik pun. “Ini sudah menjadi tugas kami. Tentu tugas lebih penting dari hal apapun,” ujarnya.
Dia pun bercerita, bahwa sejak Jumat (12/12) itu sudah berada di Karangkobar. Saat ini dirinya melakukan pemantauan daerah- daerah rawan longsor. Sebab, sebelum Jemblung, Dusun Pencil, Wanayasa telah longsor, sehingga penduduknya mengungsi.
“Pukul 17.00 WIB lebih sedikit, awalnya mau turun ke Kota Banjarnegara. Tapi saya terima informasi, ada longsor pula di dusun lain. Saya akhirnyakelokasilongsordari info yang saya terima itu. Arahnya berlawanan dari Jemblung,” katanya. Jika dirinya, tidak menuju lokasi longsor di luar Jemblung itu, dipastikan dirinya akan turun ke Banjarnegara, melintasi lokasi bencana Jemblung.
Dia pun mengaku, bisa menjadi korban longsor Jemblung jika benar-benar turun dari Karangkobar menuju Banjarnegara kota. “Karena waktunya pas, dengan kejadian. Saya pun sempat bertemu dengan korban-korban yang ditemukan. Saat itu (korban) mereka turun ke arah kota. Sementara saya tidak jadi turun itu, maka saya masih ada di posko ini,” paparnya.
Seperti diketahui, dalam longsor ini, warga luar Jemblung juga banyak menjadi korban. Mereka ikut tertimbun longsor, saat melintas di jalur utama Karangkobar- Banjarnegara tersebut.
Sementara itu, Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno juga setiap hari berada di posko, dan kawasan lokasi longsor Jemblung. Hal ini untuk memastikan proses evakuasi, hingga penanganan pengungsi.“Saya selalu keliling menemui warga, mengecek kondisi tanah dengan tim kaji cepat tanah. Sehingga ada langkah-langkah yang harus diambil,” katanya.
Dirinya kembali ke posko, semisal saat ada tamu, maupun koordinasi dengan berbagai elemen yang terjun membantu penanganan longsor Jemblung. “Ini merupakan arahan dari pak Bupati. Dimana kita saling berbagai tugas,” terang mantan komisione Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ini.
Bencana Jemblung ini, diakuinya, membuat aktifitasnya tidak bisa berjalan normal. Kebiasaan membaca setiap hari, harus dia tinggalkan demi penanganan korban longsor.
“Tentu tugas yang lebih penting yang harus dikedepankan. Saya sendiri atas nama Pemkab dan masyarakat Banjarnegara mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang ikut serta dalam penanganan musibah Jemblung ini,” paparnya.
Muh Slamet/ Prahayuda Febrianto
(ftr)