Tukang Parkir Sukses Mengantarkan Anak Jadi Perawat

Senin, 22 Desember 2014 - 10:23 WIB
Tukang Parkir Sukses...
Tukang Parkir Sukses Mengantarkan Anak Jadi Perawat
A A A
PALEMBANG - Di balik kesuksesan seorang anak ada peran ibu yang setia, sabar dan tegar dalam mendidik buah hatinya.

Demi melihat sang anak berhasil dalam kehidupannya, tak jarang seorang ibu yang rela “membanting tulang” dan mengorbankan kesenangannya. Lihat saja kisah sukses Thomas Alfa Edison. Penemu lampu pijar yang paling berpengaruh dan mendapatkan 103 hak paten atas penemuannya.

Di balik kesuksesannya, ada peran sang ibu Nancy Mattews, yang namanya mungkin masih cukup asing didengar. Nancy-lah yang memaksa Edison kecil yang menderita bisu - tuli keluar dari sekolahnya hingga dia menjadi jenius. Nancy tidak menyerah begitu saja dengan pendapat pihak sekolah tentang anaknya. Ia menjadi guru pribadi bagi anaknya hingga rasa percaya dirinya kembali pulih.

Dia tidak membiarkan keterbatasan anaknya membuatnya berhenti belajar. Kisah yang hampir mirip dengan Nancy meskipun tidak persis, juga terjadi di Palembang. Di bilangan Jalan Rajawali ada seorang ibu bernama Minarni yang rela berpanas-panasan menjadi tukang parkir demi menjadikan anak-anaknya orang sukses.

Ditemui siang kemarin, Minarni tampak perkasa sekaligus anggun saat jilbab merah mudanya berkibar diembus udara dari knalpot sebuah mobil yang baru saja keluar dari lokasi parkir sebuah gerai bakso di kawasan Rajawali. Tangan mungil wanita berusia 45 tahun itu melambailambai ke tengah jalan diselingi peluit yang ditiupnya dengan napas terengah.

Kaca mobil minibus hitam terbuka setengah, terjulur tangan pemilik mobil melambaikan lembaran rupiah bergambar Pangeran Antasari. Setengah menoleh, ibu empat orang anak yang telah 9 tahun menjadi tukang parkir ini menerima uang tersebut sambil mengucapkan terima kasih.

Minarni menjadi tukang parkir demi menghidupi empat orang anaknya sejak tahun 2006 lalu, persisnya dua bulan setelah suaminya meninggal dunia. Gelar sarjana agama yang dia sandang sejak tahun 1999 lalu, tidak mengurungkan niatnya untuk mencari rezeki dengan menjadi tukang parkir. Profesi yang bagi kaum perempuan di Palembang masih cukup langka. “Laki aku dulu begawe di bengkel mobil. Tapi dio berenti, laju jago parkir di sini. Cuman empat bulan parkir laju sakit, meninggal dionyo,” ujar Mina dengan tatapan kosong.

Awalnya, Mina juga merasa enggan untuk melanjutkan pekerjaan suaminya sebagai tukang parkir. Namun, ketika melihat anak sulungnya berusia 13 tahun, putra keduanya berusia 11 tahun, putra ketiga berusia 9 tahun, dan putra keempatnya berusia 3 tahun membutuhkan makanan yang cukup dan harus tetap melanjutkan sekolah.

Dia kemudian bertekad untuk bekerja apa pun asalkan menghasilkan uang yang cukup. “Pening aku waktu itu, tapi yo, yang penting anak aku makan. Anak aku pacak sekolah, jadilah,” tegas dia. Selama menjadi juru parkir, Mina sering kali berbenturan dengan persoalan kerasnya kehidupan dan sengketa wilayah.

Mina mengaku, sempat diintimidasi oleh beberapa preman yang ingin mengambil wilayah parkirnya. “Pernah sekali sempat jugo ribut. Tapi yo, banyak yang bela aku olehnyo akuni jando, laki aku lah mati. Aku ni nak nyari duit halal untuk anak-anak aku. Alhamdulillah, sampai sekarang katek lagi yang ganggu,” kata dia.

Dalam sehari uang yang dia hasilkan mencapai Rp60.000. Dia bekerja selama 10 jam lebih, dimulai pukul 8.00 WIB, hingga menjelang tengah malam. Parkiran yang dia kelola bukanlah parkiran besar, hanya pinggir jalan yang cukup untuk dua mobil dan sekitar lima unit sepeda motor.

Keteguhan hati Mina, telah pula mengantarkannya untuk menggunakan gelar kesarjanaannya. Hingga tahun 2012, dia kemudian mengisi waktu paginya mengajar sebagai guru honorer di sebuah sekolah swasta di kawasan Kenten Palembang. “Honor dek, tapi jadilah. Olehnyo waktu laki aku mase idup sempat ngambek AKTA 4, jadi pacak ngajar. Alhamdulillah,” tutur dia.

Meski tanggungannya sebagai tulang punggung keluarga mulai berkurang, namun dia masih harus menyekolahkan dua orang putranya yang kini masih berada di bangku SMP dan SMA. “Bekuranglah beban ini, aku besukur nian anak duo lah tamat sekolah. Walau sikoknyo rencana nak kuliah, tapi yo nyingok situasi,” terang dia.

Ketangguhan Mina menghadapi kerasnya hidup, telah memberikan pencapaian yang luar biasa bagi dirinya. Kebanggaan membesarkan anak-anaknya,dengan rezeki yang halal lewat menjadi juru parkir memberi pelajaran berharga kepada para ibu.

Kekuatan dan ketangguhan Mina, tidak akan terbalaskan meski putra dan putrinya membayarnya sejuta kali lipat dari harga ketulusan Mina. “Lah lamo dek aku ni begawe cak ini. Yo, Alhamdulillah, pacaklah nyekolahke anak aku yang tuwo sampai jadi perawat di klinik. Anak aku nomor duo, baru bae tamat SMA dio lagi begawe jadi sales,” kata Mina dengan tegas.

Muhammad Uzair
(ftr)
Copyright © 2025 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1090 seconds (0.1#10.24)