Pemakaian Pestisida Jadi Lebih Efektif dan Irit
A
A
A
YOGYAKARTA - Gagal panen masih menjadi persoalan utama sulitnya menaikkan angka produksi beras dalam negeri. Salah satu penyebabnya adalah serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT).
Karena itu, mahasiswa Fakultas Teknik UNY membuat alat penyemprot pestisida semi otomatis guna mempermudah pencegahan hama tanaman padi. Mereka adalah Andi Setiawan, Roy Fernando, Rifki Ayu Ramadhani, dan Khoirul Putro tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) UNY membuat sebuah alat waterman( alat semprot pestisida semi otomatis) sebagai usaha peningkatan kualitas hasil produksi padi.
Menurut Roy Fernando, beras masih merupakan komoditas pangan sangat strategis hingga saat ini karena menjadi makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Dengan laju pertumbuhan penduduk ratarata 1,49% per tahun dan laju pertumbuhan konsumsi beras mencapai 1,5% per kapita per tahun, kebutuhan beras pada 2014 diperkirakan sebesar 33.013.214 ton.
“Untuk mencapai produksi gabah kering giling (GKG) sebesar 33.013.214 ton pada 2014, perlu ada usaha peningkatan produksi GKG. Salah satu cara yang bisa ditempuh ialah dengan mencegah penyebaran hama padi dengan pemberian imunisasi pada tanaman padi seperti pestisida,” ujarnya.
Menurut Roy, sistem alat semprot pestisida yang merata dan efisien merupakan cara menekan penggunaan pestisida yang berlebih. Saat ini memang ada alat yang digunakan untuk membantu penyemprotan pestisida. Alat tersebut dikenal dengan sebutan tangki penyemprot pestisida. Sayangnya, tangki itu memiliki sistem kerja pompa manual untuk memompa pestisida.
“Penggunaan alat penyemprot yang ada di pasaran saat ini masih memiliki keterbatasan, yaitu hasil penyemprotan masih berukuran besar sehingga pestisida yang digunakan akan boros. Berlatar belakang persoalan inilah kami mencoba membuat alat penyemprot lebih efektif dan efisien yang kami beri nama waterman,” ungkapnya.
Dijelaskan Roy, waterman terdiri dari empat bagian penting, yakni panel surya sebagai sumber energi ramah lingkungan, aki sebagai tempat penyimpanan energi, motor DC sebagai mesin utama, dan tangki sebagai tempat menampung air. Cara kerja waterman adalah panel surya menangkap energi panas matahari kemudian mengubahnya menjadi energi listrik yang disimpan pada aki.
“Energi listrik ini yang digunakan untuk menghidupkan motor DC pada alat. Motor DC kemudian bekerja memompa air dari tangki ke pipa penyemprotan,” katanya. Andi Setiawan menambahkan, selain menggunakan energi terbarukan, watermen juga menggunakan energi ramah lingkungan.
Untuk satu tangki watermenmemiliki kapasitas tampung sebesar 15 liter dan hanya membutuhkan waktu 10-15 menit hingga semua cairan pestisida habis terpakai. Hasil penyemprotan pun lebih kecil sehingga cairan pestisida lebih tepat sasaran.
“Waterman buatan kami ini juga dilengkapi dengan tombol yang dapat mengatur kecepatan semprotan di dalam pipa. Tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga manusia, hasil penyemprotan jadi lebih efektif, irit pestisida dan hemat waktu,” tutup Andi.
Ratih Keswara
Karena itu, mahasiswa Fakultas Teknik UNY membuat alat penyemprot pestisida semi otomatis guna mempermudah pencegahan hama tanaman padi. Mereka adalah Andi Setiawan, Roy Fernando, Rifki Ayu Ramadhani, dan Khoirul Putro tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) UNY membuat sebuah alat waterman( alat semprot pestisida semi otomatis) sebagai usaha peningkatan kualitas hasil produksi padi.
Menurut Roy Fernando, beras masih merupakan komoditas pangan sangat strategis hingga saat ini karena menjadi makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Dengan laju pertumbuhan penduduk ratarata 1,49% per tahun dan laju pertumbuhan konsumsi beras mencapai 1,5% per kapita per tahun, kebutuhan beras pada 2014 diperkirakan sebesar 33.013.214 ton.
“Untuk mencapai produksi gabah kering giling (GKG) sebesar 33.013.214 ton pada 2014, perlu ada usaha peningkatan produksi GKG. Salah satu cara yang bisa ditempuh ialah dengan mencegah penyebaran hama padi dengan pemberian imunisasi pada tanaman padi seperti pestisida,” ujarnya.
Menurut Roy, sistem alat semprot pestisida yang merata dan efisien merupakan cara menekan penggunaan pestisida yang berlebih. Saat ini memang ada alat yang digunakan untuk membantu penyemprotan pestisida. Alat tersebut dikenal dengan sebutan tangki penyemprot pestisida. Sayangnya, tangki itu memiliki sistem kerja pompa manual untuk memompa pestisida.
“Penggunaan alat penyemprot yang ada di pasaran saat ini masih memiliki keterbatasan, yaitu hasil penyemprotan masih berukuran besar sehingga pestisida yang digunakan akan boros. Berlatar belakang persoalan inilah kami mencoba membuat alat penyemprot lebih efektif dan efisien yang kami beri nama waterman,” ungkapnya.
Dijelaskan Roy, waterman terdiri dari empat bagian penting, yakni panel surya sebagai sumber energi ramah lingkungan, aki sebagai tempat penyimpanan energi, motor DC sebagai mesin utama, dan tangki sebagai tempat menampung air. Cara kerja waterman adalah panel surya menangkap energi panas matahari kemudian mengubahnya menjadi energi listrik yang disimpan pada aki.
“Energi listrik ini yang digunakan untuk menghidupkan motor DC pada alat. Motor DC kemudian bekerja memompa air dari tangki ke pipa penyemprotan,” katanya. Andi Setiawan menambahkan, selain menggunakan energi terbarukan, watermen juga menggunakan energi ramah lingkungan.
Untuk satu tangki watermenmemiliki kapasitas tampung sebesar 15 liter dan hanya membutuhkan waktu 10-15 menit hingga semua cairan pestisida habis terpakai. Hasil penyemprotan pun lebih kecil sehingga cairan pestisida lebih tepat sasaran.
“Waterman buatan kami ini juga dilengkapi dengan tombol yang dapat mengatur kecepatan semprotan di dalam pipa. Tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga manusia, hasil penyemprotan jadi lebih efektif, irit pestisida dan hemat waktu,” tutup Andi.
Ratih Keswara
(ftr)