Januari Puncak Bencana

Senin, 22 Desember 2014 - 10:05 WIB
Januari Puncak Bencana
Januari Puncak Bencana
A A A
BANDUNG - Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) meminta masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana untuk tetap waspada. Diprediksi Januari akan menjadi puncak dari kejadian bencana di Tanah Air.

Tingginya curah hujan berkorelasi positif dengan bencana hidrometeorologi di Indoneisa. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, berdasarkan pola kejadian bencana di Indonesia, lebih dari 90% kejadian adalah bencana hidrometeorologi yaitu banjir, longsor, puting beliung, kekeringan, cuaca ekstrem, dan kebakaran hutan lahan.

Dia menyebutkan, Sebagian besar wilayah Indonesia akan terjadi puncak hujan terjadi pada Januari. Selama Desember-Maret, hujan akan tinggi sehingga pada bulan ini diprediksi akan banyak terjadi banjir, longsor dan puting beliung di beberapa daerah.

Di Indonesia, rata-rata kejadian bencana sebanyak 1.295 kasus per tahunnya. Tiga daerah paling banyak bencana adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur karena memang penduduknya banyak di daerah ini. Dia menjelaskan, bencana hidrometeorologi tidak terjadi tiba-tiba tetapi akumulasi dan interaksi dari berbagai faktor, seperti sosial, ekonomi, degradasi lingkungan, urbanisasi, kemiskinan, tata ruang, dan lainnya.

Misal, banjir yang saat ini menggenangi daerah Dayeuh Kolot, Baleendah, dan lainnya di daerah Bandung Selatan. Banjir serupa pernah terjadi pada 1931 karena wilayah tersebut adalah Cekungan Bandung yang seperti mangkok di DAS Citarum.

Hal yang sama juga terjadi di Bojonegoro, Tuban, Gresik, Cilacap. Bertambahnya penduduk yang akhirnya tinggal di daerah rawan bencana adalah konsekuensi dari lemahnya implementasi tata ruang dan penegakan hukum. Kawasan industri dibangun pada daerah- daerah rawan bencana. Masyarakat dibiarkan tinggal di daerah rawan banjir dan longsor tanpa ada proteksi yang memadai.

Banjir dan longsor sebenarnya adalah bencana yang dapat diminimumkan risikonya. “Sebab kita sudah tahu kapan, dimana dan apa yang harus dilakukan. Kunci utama itu semua adalah mitigasi struktural dan nonstructural komprehensif, penataan ruang dan penegakan hukum,” tegasnya.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar telah meng antisipasi ancaman bencana yang di prediksi akan meningkat pada Januari mendatang. Kepala Badan Penanggulangan Ben cana Daerah (BPBD) Jabar Haryadi Wargahadibrata mengatakan, telah mempersiapkan berbagai kemungkinan saat terjadi puncak hujan yang diprediksi terjadi pada Januari 2015, nanti.

Menurut dia, BPBD Jabar telah mempersiapkan posko bencana yang ada di setiap kabupaten dan kota. Selain itu, kebutuhan lain seperti logistik, SDM, dan kesiapan personel akan ditingkatkan. Hampir seluruh wilayah di Jabar memiliki kawasan rawan terjadi bencana baik banjir, longsor, angin puting beliung, dan gempa bumi.

Ancaman bencana itu di antaranya berada di Kabupaten Garut, Cianjur, Ciamis, Kabupaten Bandung, Bogor, dan Sukabumi. “Pokoknya bagian selatan Jawa Barat harus waspada longsor sedangkan bagian utara was pada air atau tsunami,” ujar dia.

Terpisah, Badan Meterologi, Geofisika dan Klimatologi (BMKG) Statsiun Jatiwangi Kabupaten Majalengka mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) agar mewaspadai terjadinya angin puting beliung yang dipredeksi bakal terjadi pada Desember 2014 hingga Januari 2015 mendatang.

Kepala BMKG Mas Pujiyono mengatakan, potensi ancaman bencana alam berupa angin puting beliung di wilayah Ciayumajakuning terbilang cukup berbahaya. Dari hasil prediksi, angin puting beliung ini akan berhembus dengan kecepatan antara 15 hingga 30 kilometer per jam.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Majalengka mencatat sedikitnya terdapat sembilan kecamatan yang rawan terjadinya bencana alam.

“Kecamatan Malausma, Kecamatan Lemahsugih, Kecamatan Bantarujeg, Kecamatan Talaga, Kecamatan Cingambul, Kecamatan Cikijing, Kecamatan Banjaran, Kecamatan Maja, dan Kecamatan Argapura,” kata Kepala Badan Pelaksana Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tatang Rahmat.

Menurut dia, di kawasan tersebut, merupakan daerah pegunungan dengan struktur tanahnya berupa perbukitan. Jika hujan deras turun terusmenerus, bencana longsor menjadi ancamannya.

Banjir Bandung Selatan

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan, Pemprov Jabar akan terus mengoptimalkan program normalisasi Sungai Citarum untuk mengantisipasi banjir di kawasan Bandung selatan. Menurut dia, setiap tahun kawasan Bandung selatan memang kerap dilanda banjir saat musim hujan dengan intensitas tinggi.

“Kami perlu membangun sejumlah kolam retensi atau embung. Jadi ada kawasan-kawasan yang nantinya akan dijadikan kolam retensi,” ujarnya. Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi mengatakan, persoalan banjir yang terjadi setiap tahunnya di wilayah Kabupaten Bandung tidak terlepas dari kondisi rusaknya Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum dari hulu hingga hilir.

Dia menilai, penanganan DAS Citarum hingga saat ini masih bersifat parsial, sehingga belum maksimal mengurangi bencana banjir. Selain itu, belum adanya satu konsep terobosan yang besar untuk menyelesaikan permasalahan tersebut menjadi salah satu kendala yang terjadi dilapangan.

“Selama ini juga pemerintah cenderung hanya melakukan langkah pengerukan dan menjaga pinggiran sungai saja yang akhirnya permasalahan banjir ini terus terjadi,” ujarnya. Dede mengakui, berbagai program sudah diturunkan dengan anggaran yang cukup besar mencapai triliunan guna menangani masalah DAS Citarum.

Tetapi, yang perlu dipikirkan bukan sekedar di satu titik saja melainkan beberapa bagian termasuk menghentikan erosi di bagian hulu.”Kita harus mengawalnya mulai dari hulu sungai yaitu Cisanti, Kertasari, serta membuat waduk di sekitar aliran sungai terutama dititik terendah yakni Baleendah, Dayeuh Kolot, dan Bojongsoang,” ucapnya.

Untuk memulihkan kondisi Citarum dan meminimalisasi banjir, lanjut Dede, harus ada satu studi yang komprehensif dari Pemerintah Pusat, Pemprov Jabar, dan Pemkab Bandung. Konsep yang kini dijalankan yakni membuat beton di pinggiran sungai, tanpa memikirkan sebabnya perlu evaluasi.

“Bandung Barat dan Purwakarta itu sudah miliki waduk sebagai langkah menangani luapan air, sementara Kabupaten Bandung belum punya. Bukan waduk dalam skala besar, tapi waduk pengendali banjir,” tuturnya.

Sementara itu, hingga kemarin, luapan air di tiga kecamatan yaitu Dayeuh Kolot, Baleendah, dan Bojong Soang belum surut. Informasi dari BPBD setempat ketinggian air mencapai antara 40 cm hingga 2 meter.

Sekitar 1.316 warga masih berada sejumlah lokasi pengungsian di Kecamatan Dayeuh Kolot. Selain itu, 2.179 warga juga masih mengungsi di Kecamatan Baleendah, sementara di Kecamatan Bojong Soang sebanyak sekitar 1.151 jiwa.

Pengungsi Mulai Kesulitan Air Bersih

Ribuan pengungsi di Kampung Bojong Asih, Dayeuh Kolot mulai mengalami kesulitan air bersih. Sumber air bersih seperti sumur milik warga sudah tidak dapat digunakan karena terendam banjir dan lumpur.

“Beberapa warga di sini baik yang mengungsi maupun yang masih menetap memang cukup sulit mendapatkan air bersih. Sumur juga sekarang kotor palingan solusinya kami membeli air galon,” ucapnya.

Menurut pantauan KORAN SINDO, sejumlah warga yang berada ditempat pengungsian yang disediakan pemerintah setempat membutuhkan pasokan air bersih demi memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti yang berada di kawasan Dayeuh Kolot, dan Bojong Soang. Tak hanya itu, kebutuhan obat-obatan sangat diperlukan para pengungsi seiring dengan banyaknya balita dan lansia yang ikut mengungsi.

Tiga Desa Diterjang Longsor

Sebanyak 55 rumah warga di Kabupaten Sukabumi mengalami kerusakan akibat diterjang dua bencana alam yakni longsor dan angin puting beliung yang melanda pada akhir pekan lalu. Hingga Minggu siang, BPBD setempat memastikan tidak adanya korban jiwa dalam peristiwa di kedua bencana alam tersebut.

Berdasarkan data BPBD Kabupaten Sukabumi tercatat dari 55 rumah korban bencana alam itu, sebanyak 54 rumah mengalami kerusakan akibat sapuan angin puting. Seluruh bangunan tempat tinggal ini tersebar di Kampung Cisayar dan Kampung Cireundeu, Desa Mekarsari, Kecamatan Nyalindung.

Sementara satu rumah lainnya mengalami kerusakan kerana terkena bencana longsor yang terjadi di Desa Cibadak, Kecamatan Paburan. Peristiwa alam itu juga menyebabkan tiga rumah warga terancam karena berada tidak jauh dari lokasi kejadian. Hingga Minggu siang, para penghuni ketiga rumah tersebut yang terdiri dari empat kepala keluarga telah diungsikan ke sejumlah rumah warga ter dekat.

Masih di Kecamatan Pabuaran, bencana longsor juga melanda pemukiman warga di Kampung Citalaga dan Kampung Cicadas, Desa Ciwalat. Namun kejadian ini tidak menimbulkan kerusakan tetapi mengancam 34 rumah, yakni 26 rumah di Kampung Citalaga dan delapan rumah di kampung Cicadas.

Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Kantor Kecamatan Pabuaran, Mulyana menjelaskan bencana longsor di kedua desa itu dipicu akibat intensitas hujan yang tinggi sejak beberapa hari terakhir.

Dila Nashear/ Ade Nurjanah/ Toni Kamajaya/C-R5
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1015 seconds (0.1#10.140)