19 Kecamatan di Tana Toraja Rawan Bencana Alam
A
A
A
MAKALE - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tana Toraja menyatakan seluruh kecamatan di wilayahnya rawan bencana alam. Pada umumnya, potensi bencana alam terjadi saat musim hujan.
“Ada 19 kecamatan di Kabupaten Tana Toraja. Semua kecamatan itu berpotensi rawan bencana alam terutama saat musim hujan,” ujar Kepala BPBD kabupaten Tana Toraja Marthinus Dengen di Makale, Minggu (21/12/2014).
Dia menyatakan bencana alam yang seringkali terjadi di wilayah Kabupaten Tana Toraja pada musim hujan adalah tanah longsor. Itu disebabkan, topografi Kabupaten Tana Toraja sebagian besar merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang tanahnya labil dan rawan pergerakan tanah.
Potensi bencana alam lainnya yang juga mengancam wilayah Kabupaten Tana Toraja pada musim hujan adalah banjir dan angin puting beliung. Sementara potensi bencana yang mengancam wilayah Kabupaten Tana Toraja pada musim kemarau adalah kebakaran dan kekeringan.
Saat ini, wilayah Kabupaten Tana Toraja sudah mengalami musim hujan. Guna mengantisipasi bencana alam pada musim hujan ini, BPBD sudah melakukan berbagai persiapan.
Salah satunya menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang siap diterjunkan ke lapangan jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam. Pihaknya juga sudah memberikan pelatihan tanggap bencana bagi para relawan bencana yang sudah terbentuk di BPBD Tana Toraja. Relawan bencana akan menjadi garda teredepan dalam penanggulangan bencana alam
“Semua relawan bencana sudah diberikan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para relawan dalam proses penanggulangan bencana alam,” kata Marthinus.
Dalam antisipasi potensi bencana alam, BPBD Tana Toraja juga meningkatkan koordinasi dengan pemerintah kecamatan, kelurahan dan desa guna mewaspadai potensi bencana alam di wilayahnya masing-masing. Pemerintah kecamatan.
Kelurahan dan desa juga diharapkan memberikan peringatan dini terhadap masyarakatnya jika ada tanda-tanda bakal terjadi bencana longsor maupun banjir.
Terkait tanggap darurat pasca bencana, BPBD Tana Toraja juga berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) dalam hal pengerahan alat berat ke lokasi bencana untuk pembersihan material longsor.
Begitu juga dengan penyaluran bantuan tanggap darurat terhadap korban bencana, BPBD Tana Toraja akan berkoodinasi dinas Sosial.
“Siapapun tidak menginginkan bencana alam terjadi. Tapi juga, tidak ada yang bisa memprediksi kapan bencana alam terjadi. Sebagai upaya antisipasi bencana, kami sudah melakukan berbagai persiapan,” katanya.
Camat Makale Selatan Aris Payangan mengakui delapan kelurahan/desa yang ada di kecamatan Makale Selatan berada di daerah pegunungan dan perbukitan hingga merupakan daerah rawan longsor.
Pihaknya pun siap berkoordinasi dengan pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tana Toraja jika ada bencana tanah longsor terjadi di wilayah Makale Selatan terkait proses tanggap darurat.
“Ada 19 kecamatan di Kabupaten Tana Toraja. Semua kecamatan itu berpotensi rawan bencana alam terutama saat musim hujan,” ujar Kepala BPBD kabupaten Tana Toraja Marthinus Dengen di Makale, Minggu (21/12/2014).
Dia menyatakan bencana alam yang seringkali terjadi di wilayah Kabupaten Tana Toraja pada musim hujan adalah tanah longsor. Itu disebabkan, topografi Kabupaten Tana Toraja sebagian besar merupakan daerah pegunungan dan perbukitan yang tanahnya labil dan rawan pergerakan tanah.
Potensi bencana alam lainnya yang juga mengancam wilayah Kabupaten Tana Toraja pada musim hujan adalah banjir dan angin puting beliung. Sementara potensi bencana yang mengancam wilayah Kabupaten Tana Toraja pada musim kemarau adalah kebakaran dan kekeringan.
Saat ini, wilayah Kabupaten Tana Toraja sudah mengalami musim hujan. Guna mengantisipasi bencana alam pada musim hujan ini, BPBD sudah melakukan berbagai persiapan.
Salah satunya menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang siap diterjunkan ke lapangan jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam. Pihaknya juga sudah memberikan pelatihan tanggap bencana bagi para relawan bencana yang sudah terbentuk di BPBD Tana Toraja. Relawan bencana akan menjadi garda teredepan dalam penanggulangan bencana alam
“Semua relawan bencana sudah diberikan pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para relawan dalam proses penanggulangan bencana alam,” kata Marthinus.
Dalam antisipasi potensi bencana alam, BPBD Tana Toraja juga meningkatkan koordinasi dengan pemerintah kecamatan, kelurahan dan desa guna mewaspadai potensi bencana alam di wilayahnya masing-masing. Pemerintah kecamatan.
Kelurahan dan desa juga diharapkan memberikan peringatan dini terhadap masyarakatnya jika ada tanda-tanda bakal terjadi bencana longsor maupun banjir.
Terkait tanggap darurat pasca bencana, BPBD Tana Toraja juga berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) dalam hal pengerahan alat berat ke lokasi bencana untuk pembersihan material longsor.
Begitu juga dengan penyaluran bantuan tanggap darurat terhadap korban bencana, BPBD Tana Toraja akan berkoodinasi dinas Sosial.
“Siapapun tidak menginginkan bencana alam terjadi. Tapi juga, tidak ada yang bisa memprediksi kapan bencana alam terjadi. Sebagai upaya antisipasi bencana, kami sudah melakukan berbagai persiapan,” katanya.
Camat Makale Selatan Aris Payangan mengakui delapan kelurahan/desa yang ada di kecamatan Makale Selatan berada di daerah pegunungan dan perbukitan hingga merupakan daerah rawan longsor.
Pihaknya pun siap berkoordinasi dengan pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tana Toraja jika ada bencana tanah longsor terjadi di wilayah Makale Selatan terkait proses tanggap darurat.
(hyk)