Evakuasi Korban Diperpanjang 2 Hari

Sabtu, 20 Desember 2014 - 11:50 WIB
Evakuasi Korban Diperpanjang...
Evakuasi Korban Diperpanjang 2 Hari
A A A
BANJARNEGARA - Proses pencarian korban bencana longsor di Dusun Jemblung, Sampang, Karangkobar, Banjarnegara di perpanjang hingga Minggu (21/12) besok.

Keputusan ini diambil seusai per temuan antara Pemkab Banjarnegara, TNI, SAR, dan masyarakat korban longsor. “Sedianya masyarakat sudah ikhlas, dan menerima hasil kerja tim evakuasi sampai hari ini (kemarin). Namun dengan berbagai pertimbangan, pencarian dilakukan lebih dari tujuh hari, yakni sampai Minggu itu,” ujar Wakil Bupati Banjar negara Hadi Supeno.

Dia berharap kondisi cuaca mendukung sehingga perpanjangan waktu pencarian membuahkan hasil maksimal. Hadi belum bisa memastikan, berapa warga Jemblung yang masih tertimbun longsor tersebut. “Ada data yang harus kami verifikasi lagi dengan ma syarakat. Semoga lekas selesai,” katanya.

Berdasarkan data di posko induk, warga Jemblung yang selamat terdata 60 orang. Sementara 40 orang ditemukan meninggal dan 36 orang belum diketahui nasibnya. Evakuasi kemarin berhasil menemukan tujuh korban tewas. Semuanya tercatat sebagai warga Jemblung. Evakuasi kemarin juga tidak maksimal karena hujan deras mengguyur sejak pukul 13.00 WIB. Keseluruhan korban tewas yang ditemukan hingga kemarin sebanyak 93 orang.

Pencarian jenazah korban kemarin difokuskan pada tiga titik. Di tiga titik tersebut diduga banyak terdapat korban yang belum ditemukan. Komandan Kodim 0704 Banjarnegara Letkol Inf Edi Rohmatullah mengatakan tiga titik tersebut adalah sektor satu di bawah rumah milik Khotimah, sektor dua di sekitar tikungan jalan, dan sektor tiga di sekitar aliran sungai. “Sebab, pada titik-titik itu banyak ditemukan jenazah. Ada pula yang terbawa aliran sungai hingga ke hilir,” ungkapnya.

Pada pencarian ini pihaknya akan memaksimalkan alat berat yang ada. Setidaknya ada 20 alat berat yang ada di lokasi kejadian. “Alat berat akan kami maksimalkan dengan membuat jalur menggunakan kayu. Sehingga bisa masuk sampai ke lokasi kejadian, untuk menjangkau titik-titik yang kami tuju tersebut,” ujar Edi.

Selama tujuh hari pencarian jenazah tersebut, kendala utama yang dialami tim SAR gabungan adalah hujan yang selalu mengguyur lokasi saat siang hari. Selain itu, juga masih sering muncul longsor susulan yang dikhawatirkan membahayakan para tim SAR. “Longsoran-longsoran kecil juga masih sering terjadi sehingga menutup kembali parit yang sudah kami buka. Sehingga tinggal saluran air atau parit saja. Untuk jalan Alhamdulillah sudah bisa kami buka,” katanya.

Pihaknya berharap kendaraan-kendaraan penting bisa melintas sehingga kebutuhan pokok di sekitar lokasi bisa terpenuhi. “Jalan utama sudah bisa ditembus, kami harap untuk kendaraan logistik atau bahan bakar minyak dan kebutuhan penting lainnya sudah bisa masuk,” katanya.

Kepala Basarnas Jateng Agus Haryono mengatakan, ke- 7 korban yang ditemukan kemarin merata di sektor satu maupun sektor dua. “Tadi hampir merata, ada yang di sektor bawah maupun sektor atas. Pencarian sejak pukul 12.00 WIB kami hentikan. Sebab, cuaca tidak memungkinkan karena masih hujan terus,” ucapnya.

Salah satu warga Jemblung Suprianto mengapresiasi kinerja tim evakuasi tersebut. Namun, jika semua korban tidak bisa ditemukan, warga menerimanya. “Karena kalau lebih tujuh hari tentu kondisi korban juga tidak baik untuk kesehatan para relawan,” tandasnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Sarwa Permana mengapresiasi kerja tim SAR gabungan tersebut. Sebab, dalam waktu sekitar 7 hari sudah berhasil menemukan korban tertimbun.

“Apresiasi tidak hanya secara nasional, tapi juga internasional. Sebab, dengan cepat tim SAR gabungan itu bisa evakuasi jenazah dan segera memulihkan jalur yang terputus. Sesuai dengan perintah Pak gubernur, pencarian korban secara cepat dan pembukaan jalur,” ungkapnya. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut dalam waktu dekat 40 alat pendeteksi peringatan longsor segera dipasang di berbagai daerah rawan.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan 2 pekan mendatang akan dipasang 20 unit peralatan peringatan dini longsor, yakni 10 unit dari Badan Geologi dan 10 unit dari Universitas Gadjah Mada (UGM). “Pemasangan diprioritaskan di Jawa Tengah dan Jawa Barat,” ucapnya melalui rilis yang diterima KORAN SINDO kemarin.

Selanjutnya, Januari 2015 akan disiapkan 20 unit peralatan tambahan dari UGM. Alat ini akan dipasang di daerah rawan bencana longsor lain di Indonesia. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) juga akan memproduksi peralatan untuk dipasangkan pada tahun 2015 di daerah rawan longsor yang prioritas.

Sistem peringatan dini yang terpasang terdiri atas beberapa subsistem. Masing-masing survei geologi, kelembagaan dan sosial ekonomi budaya, pembentukan Tim Siaga Bencana di tingkat Desa/Dusun, penyusunan prosedur evakuasi.

“Juga pembuatan peta evakuasi bersama petugas terpilih, instalasi alat peringatan dini bersama masyarakat, geladi evakuasi, dan membangun komitmen pemda dan masyarakat dalam pengoperasian dan pemeliharaan sistem,” katanya.

Prahayuda Febrianto/ Eka Setiawan/ Muh Slamet
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6689 seconds (0.1#10.140)