HET Elpiji 3 Kg Diusulkan Naik Rp2.000
A
A
A
PURWAKARTA - Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Wilayah Purwakarta dan Karawang mengusulkan harga eceran tertinggi (HET) elpiji 3 kg naik Rp2.000 dari harga sebelumnya Rp14.000/tabung.
Ketua Hiswana Migas Wilayah Purwakarta dan Karawang Dindin Nazarudin mengaku, masih murahnya HET gas melon menimbulkan kekhawatiran. Sebab, akan mengundang pengusaha gas dari daerah tetangga datang dan berburu elpiji ke Purwakarta.
Itu karena HET gas bersubsidi di daerah lain telah naik. “Seperti di Kabupaten Cianjur, Karawang dan Bandung Barat HET gas melon sudah Rp16.000/tabung. Makanya, untuk Purwakarta kami usukan supaya ada kenaikan, dari Rp14.000 menjadi Rp16.000,”ujar dia kepada KORAN SINDO ke marin.
Apalagi, menurutnya, di Purwakarta saat ini HET gas melon masih bervariasi. Untuk tingkat agen Rp13.400. Kemudian, di pangkalan mencapai Rp 14.400. Sedangkan, harga untuk pengecer dan konsumen seharusnya Rp 17.250/tabung. “Jika disepakati, usulan kenaikan HET Rp16.000 itu nanti berlaku ditingkat agen,”ujar Dindin.
Adapun alokasi gas melon untuk wilayah ini, sebut dia, hanya 50.000 tabung/bulan. Makanya, dia sangat khawatir bisa sampai terjadi eksodus dari daerah tetangga. Jika ke khawatiran itu berbuah nyata maka wilayah ini akan sering terjadi kelangkaan gas. “Itu salah satu alasan kami mengusulkan ke pemkab supaya HET gas 3 Kg ini dinaikan,”imbuh dia.
Selain itu, pihaknya juga mendorong supaya seluruh desa di Purwakarta memiliki pangkalan gas. Mengingat, sampai saat ini dari 192 desa dan kelurahan yang ada, masih tersisa 68 desa lagi yang belum memiliki pangkalan. Adapun jumlah pangkalan yang ada di wilayah ini, sebut dia, sebanyak 215 unit. Tapi, dalam penyebarannya masih tersentralisasi di wilayah perkotaan.
Sedangkan, di perdesaan masih banyak yang belum memiliki pangkalan. “Dengan ti dak adanya pangkalan ini, jelas yang dirugikan adalah konsumen akhir,”sebut Dindin. Karena, terang dia, mereka harus membeli gas bersubsidi itu dengan harga yang lebih mahal dari HET.
Seperti, harganya antara Rp 20.000-21.000/ tabung. Kondisi itu bisa saja terjadi. Sebab, pedagang bisa menaikan harga sepihak dengan alasan untuk biaya operasional. “Ma ka nya, untuk menekan dispa ritas harga, kami usulkan pula supaya setiap desa miliki pangkalan,” tambah dia.
Menanggapi usulan tersebut, Bupati Purwakarta Dedi Mul yadi mengaku akan mengkaji ulang usulan Hiswana untuk menaikan HET gas 3 kg ter sebut. Mengingat, saat ini ekonomi masyarakat sedang terpuruk. Apalagi, pascanaiknya harga BBM yang ber dampak pada naiknya semua harga barang dan jasa.
Didin Jalaludin
Ketua Hiswana Migas Wilayah Purwakarta dan Karawang Dindin Nazarudin mengaku, masih murahnya HET gas melon menimbulkan kekhawatiran. Sebab, akan mengundang pengusaha gas dari daerah tetangga datang dan berburu elpiji ke Purwakarta.
Itu karena HET gas bersubsidi di daerah lain telah naik. “Seperti di Kabupaten Cianjur, Karawang dan Bandung Barat HET gas melon sudah Rp16.000/tabung. Makanya, untuk Purwakarta kami usukan supaya ada kenaikan, dari Rp14.000 menjadi Rp16.000,”ujar dia kepada KORAN SINDO ke marin.
Apalagi, menurutnya, di Purwakarta saat ini HET gas melon masih bervariasi. Untuk tingkat agen Rp13.400. Kemudian, di pangkalan mencapai Rp 14.400. Sedangkan, harga untuk pengecer dan konsumen seharusnya Rp 17.250/tabung. “Jika disepakati, usulan kenaikan HET Rp16.000 itu nanti berlaku ditingkat agen,”ujar Dindin.
Adapun alokasi gas melon untuk wilayah ini, sebut dia, hanya 50.000 tabung/bulan. Makanya, dia sangat khawatir bisa sampai terjadi eksodus dari daerah tetangga. Jika ke khawatiran itu berbuah nyata maka wilayah ini akan sering terjadi kelangkaan gas. “Itu salah satu alasan kami mengusulkan ke pemkab supaya HET gas 3 Kg ini dinaikan,”imbuh dia.
Selain itu, pihaknya juga mendorong supaya seluruh desa di Purwakarta memiliki pangkalan gas. Mengingat, sampai saat ini dari 192 desa dan kelurahan yang ada, masih tersisa 68 desa lagi yang belum memiliki pangkalan. Adapun jumlah pangkalan yang ada di wilayah ini, sebut dia, sebanyak 215 unit. Tapi, dalam penyebarannya masih tersentralisasi di wilayah perkotaan.
Sedangkan, di perdesaan masih banyak yang belum memiliki pangkalan. “Dengan ti dak adanya pangkalan ini, jelas yang dirugikan adalah konsumen akhir,”sebut Dindin. Karena, terang dia, mereka harus membeli gas bersubsidi itu dengan harga yang lebih mahal dari HET.
Seperti, harganya antara Rp 20.000-21.000/ tabung. Kondisi itu bisa saja terjadi. Sebab, pedagang bisa menaikan harga sepihak dengan alasan untuk biaya operasional. “Ma ka nya, untuk menekan dispa ritas harga, kami usulkan pula supaya setiap desa miliki pangkalan,” tambah dia.
Menanggapi usulan tersebut, Bupati Purwakarta Dedi Mul yadi mengaku akan mengkaji ulang usulan Hiswana untuk menaikan HET gas 3 kg ter sebut. Mengingat, saat ini ekonomi masyarakat sedang terpuruk. Apalagi, pascanaiknya harga BBM yang ber dampak pada naiknya semua harga barang dan jasa.
Didin Jalaludin
(ftr)