Lama Tidak Dikeruk, Sedimentasi TPI Suradadi Semakin Parah
A
A
A
SLAWI - Nelayan di Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal mengeluhkan sedimentasi atau pendangkalan yang membuat arus lalu lintas perahu nelayan ke dermaga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) terganggu.
Mereka meminta dinas terkait segera lakukan pengerukan. Nelayan yang baru pulang melaut misalnya, harus bersusah payah ketika hendak bersandar karena tingginya sedimentasi. Perahu berukuran di bawah 30 gross ton (GT) yang mereka gunakan sering kandas dan terjebak hingga berjamjam.
Mereka pun harus turun dari perahu untuk mendorong. Salah satu nelayan Amir Sutrisno, 32, mengatakan sedimentasi yang terjadi sudah sangat menyusahkan karena tingginya terus bertambah dari hari ke hari. “Ya menyulitkan karena perahu sering kandas,” ucapnya kemarin.
Dia berharap dinas terkait segera melakukan pengerukan di lokasi yang mengalami pendangkalan. Sudah sejak lama kondisi tersebut berlangsung tanpa ada upaya penanganan. “Setahu saya belum pernah dikeruk sama sekali,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan nelayan lainnya, Cahyono, 50, warga Desa Suradadi, Keca mat an Suradadi. Pengerukan sedimentasi merupakan hal yang mendesak dilakukan agar nelayan tak terus kesulitan saat berangkat maupun pulang melaut. “Kami sebenarnya sudah sering mengeluhkan tapi belum juga dikeruk- keruk,” ungkapnya.
Meski nelayan sudah lama mengeluh tampaknya langkah pengerukan seperti diharapkan nelayan belum akan terwujud dalam waktu dekat. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Tegal Toto Subandrio mengatakan keluh an nelayan tersebut sudah dilaporkan ke bupati dan sekretaris daerah (sekda). Dari sekda, DKP sudah diminta untuk berkoordinasi dengan instansi terkait yakni Dinas Pekerjaan Umum (DPU).
“Tapi untuk dilakukan pengerukan kemungkinan paling cepat baru bisa di 2016 karena untuk dimasukkan ke anggaran 2015 sudah tidak bisa karena kegiatan sudah berjalan. Jika dimasukkan di perubahan juga waktunya terlalu mepet ,” papar Toto kemarin.
Toto menilai kondisi sedimentasi di TPI Suradadi sudah mendesak untuk dilakukan pengerukan. Untuk itu, anggaran untuk pengerukan akan diprioritaskan untuk bisa dimasukkan di APBD 2016. “Bahkan jika bisa, nanti menggunakan anggaran dari APBN,” ucapnya.
Dia mengaku belum mengetahui berapa volume sedimentasi yang harus dikeruk. Dia memperkirakan dibutuhkan anggaran sebesar Rp2-3 miliar.
Farid Firdaus
Mereka meminta dinas terkait segera lakukan pengerukan. Nelayan yang baru pulang melaut misalnya, harus bersusah payah ketika hendak bersandar karena tingginya sedimentasi. Perahu berukuran di bawah 30 gross ton (GT) yang mereka gunakan sering kandas dan terjebak hingga berjamjam.
Mereka pun harus turun dari perahu untuk mendorong. Salah satu nelayan Amir Sutrisno, 32, mengatakan sedimentasi yang terjadi sudah sangat menyusahkan karena tingginya terus bertambah dari hari ke hari. “Ya menyulitkan karena perahu sering kandas,” ucapnya kemarin.
Dia berharap dinas terkait segera melakukan pengerukan di lokasi yang mengalami pendangkalan. Sudah sejak lama kondisi tersebut berlangsung tanpa ada upaya penanganan. “Setahu saya belum pernah dikeruk sama sekali,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan nelayan lainnya, Cahyono, 50, warga Desa Suradadi, Keca mat an Suradadi. Pengerukan sedimentasi merupakan hal yang mendesak dilakukan agar nelayan tak terus kesulitan saat berangkat maupun pulang melaut. “Kami sebenarnya sudah sering mengeluhkan tapi belum juga dikeruk- keruk,” ungkapnya.
Meski nelayan sudah lama mengeluh tampaknya langkah pengerukan seperti diharapkan nelayan belum akan terwujud dalam waktu dekat. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Tegal Toto Subandrio mengatakan keluh an nelayan tersebut sudah dilaporkan ke bupati dan sekretaris daerah (sekda). Dari sekda, DKP sudah diminta untuk berkoordinasi dengan instansi terkait yakni Dinas Pekerjaan Umum (DPU).
“Tapi untuk dilakukan pengerukan kemungkinan paling cepat baru bisa di 2016 karena untuk dimasukkan ke anggaran 2015 sudah tidak bisa karena kegiatan sudah berjalan. Jika dimasukkan di perubahan juga waktunya terlalu mepet ,” papar Toto kemarin.
Toto menilai kondisi sedimentasi di TPI Suradadi sudah mendesak untuk dilakukan pengerukan. Untuk itu, anggaran untuk pengerukan akan diprioritaskan untuk bisa dimasukkan di APBD 2016. “Bahkan jika bisa, nanti menggunakan anggaran dari APBN,” ucapnya.
Dia mengaku belum mengetahui berapa volume sedimentasi yang harus dikeruk. Dia memperkirakan dibutuhkan anggaran sebesar Rp2-3 miliar.
Farid Firdaus
(ftr)