Guru Dituntut Profesional
A
A
A
BANDUNG - Guru dinilai memiliki peran sentral dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, seorang guru harus dibekali ilmu kepemimpinan pedagogi yang tidak bisa diperoleh di luar pendidikan keguruan.
Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Sunaryo Kartadinata mengatakan, guru yang tidak memahami ilmu kepemimpinan pedagogi akan sulit memahami dan membangun pendidikan yang utuh. Oleh karena itu, menurutnya, pemerintah perlu menggulirkan ide Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mem bentuk Direktorat Jenderal Guru yang akan mengurusi segala persoalan guru.
“Persalan profesional atau tidakya seorang guru, terletak pada pelaksanaan kewajiban guru dan hak-hak guru,” ungkap Sunaryo dalam diskusi soal Kurikulum 2013 di University Centre UPI, Jalan Setiabudhi, Kota Bandung, baru-baru ini. Hal senada dikatakan Ketua Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Jawa Timur Toho Cholik Mutohir yang menjadi pembicara dalam diskusi tersebut.
Menurut Toho, Kurikulum 2013 harus dipandang obyektif. Harus ada pengkajian secara content knowledge dan implementasinya. Dia menyebutkan, setelah pengkajian maka harus lekas dibenahi sebelum di implementasikan secara massif. “Tidak perlu terburu-buru mengambil keputusan,” imbuhnya.
Cholik menyebutkan, dalam peningkatan kualitas guru, yang terpenting dilakukan adalah menghidupkan kembali Lembaga Pelatihan Tenaga Kegu ruan (LPTK). Selain itu, guru juga harus diberi kebebasan berinovasi dalam pengajaran. “Peningkatan kualitas guru juga juga dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat Wahyudin Zarkasyi berharap, pemerintah menerapkan standar LPTK di Indonesia. Sebab, kini standar guru tidak merata. “Coba tanya pada orang tua yang memiliki anak sekolah, mau tidak anaknya dididik oleh guru yang standarnya tidak sama,” ucapnya.
Standarisasi LPTK merupakan hal penting untuk membentuk karakter guru. Wahyudin menyebutkan, guru haruslah orang-orang terbaik. Oleh karena itu, pembentukan karakter dan kedisiplinan di LPTK menjadi hal utama.
Apalagi pada 2015, persaingan global sangat terbuka yang membuka peluang bagi tenaga pendidik asing. “Oleh karena itu, untuk merevitalisasi LPTK, anggaran berapa pun harus dikeluarkan, bila negara ini ingin maju,” tandasnya.
Anne Rufaidah
Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Sunaryo Kartadinata mengatakan, guru yang tidak memahami ilmu kepemimpinan pedagogi akan sulit memahami dan membangun pendidikan yang utuh. Oleh karena itu, menurutnya, pemerintah perlu menggulirkan ide Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mem bentuk Direktorat Jenderal Guru yang akan mengurusi segala persoalan guru.
“Persalan profesional atau tidakya seorang guru, terletak pada pelaksanaan kewajiban guru dan hak-hak guru,” ungkap Sunaryo dalam diskusi soal Kurikulum 2013 di University Centre UPI, Jalan Setiabudhi, Kota Bandung, baru-baru ini. Hal senada dikatakan Ketua Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Jawa Timur Toho Cholik Mutohir yang menjadi pembicara dalam diskusi tersebut.
Menurut Toho, Kurikulum 2013 harus dipandang obyektif. Harus ada pengkajian secara content knowledge dan implementasinya. Dia menyebutkan, setelah pengkajian maka harus lekas dibenahi sebelum di implementasikan secara massif. “Tidak perlu terburu-buru mengambil keputusan,” imbuhnya.
Cholik menyebutkan, dalam peningkatan kualitas guru, yang terpenting dilakukan adalah menghidupkan kembali Lembaga Pelatihan Tenaga Kegu ruan (LPTK). Selain itu, guru juga harus diberi kebebasan berinovasi dalam pengajaran. “Peningkatan kualitas guru juga juga dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan guru,” ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat Wahyudin Zarkasyi berharap, pemerintah menerapkan standar LPTK di Indonesia. Sebab, kini standar guru tidak merata. “Coba tanya pada orang tua yang memiliki anak sekolah, mau tidak anaknya dididik oleh guru yang standarnya tidak sama,” ucapnya.
Standarisasi LPTK merupakan hal penting untuk membentuk karakter guru. Wahyudin menyebutkan, guru haruslah orang-orang terbaik. Oleh karena itu, pembentukan karakter dan kedisiplinan di LPTK menjadi hal utama.
Apalagi pada 2015, persaingan global sangat terbuka yang membuka peluang bagi tenaga pendidik asing. “Oleh karena itu, untuk merevitalisasi LPTK, anggaran berapa pun harus dikeluarkan, bila negara ini ingin maju,” tandasnya.
Anne Rufaidah
(ftr)