Air PDAM Kotor dan Berlu
A
A
A
MEDAN - Keluhan warga terhadap buruknya kualitas air PDAM Tirtanadi seperti tidak ada habisnya. Air jorok yang sampai ke rumah warga tak kunjung berhenti.
Bahkan, tidak hanya jorok, endapan kotorannya juga membuat warga harus membersihkan bak penampungan setiap hari. Ade hasibuan, 32, warga Perumahan Namori Indah Namorambe mengaku harus menguras dan membersihkan bak air hampir setiap hari. “Heran dengan PDAM ini, yang sampai ke rumah pelanggan itu air bersih apaairselokan. Kalau dibilang air bersih, airnya tidak bersih. Kalau dibilang air selokan, yang menyalurkan air itu perusahaan milik negara,” katanya, kemarin.
Menurut wiraswasta satu anak ini, dengan kotornya air yang sampai ke rumahnya, dia terpaksa harus menguras dan membersihkan bak hampir setiap hari. “Sebenarnya untuk mandi saja air itu tidak layak. Tapi karena harus mandi, terpaksa harus dipakai. Belum lagi endapan kotoran di dasar bak yang ada terus-menerus, saya jadi harus membersihkan bak tiap hari,” ungkapnya.
Dia mengeluhkan rencana PDAM Tirtanadi memberlakukan pembayaran online yang dia nilai belum layak. “Enggak usah mimpi dengan memberlakukan pembayaran online selama kualitasnya masih jauh dari harapan,” ungkapnya.
Sementara itu, buruknya kualitas air juga dirasakan warga Perumnas Helvetia. Sri Rahayu, 43. Warga Jalan Cempaka. Dia berharap air yang mengalir ke bak kamar mandinya bersih. Dia mengaku pernah membersihkannya di malam hari. Namun, air yang mengalir melalui keran rumahnya malah lebih kotor dari sebelumnya.
“Ceritanya Minggu (14/12) saya lihat ada endapan kotoran di bak kamar mandi saya, lalu saya bersihkan. Keesokan paginya, saya tampung air lagi, malah air yang datang lebih kotor, berwarna cokelat dan bau. Saya heran, apa mereka (PDAM Tirtanadi) langsung mengalirkan air tanpa diolah dan disaring dulu dari sumbernya, baru didistribusikan ke rumah warga, atau bagaimana. Ini kejadiannya tidak sekali dua kali, tapi terus- menerus,” katanya.
Ibu tiga anak itu berharap Pemprov Sumut segera membenahi BUMD tersebut karena tidak becus memberikan pelayanan kepada masyarakat. “Sudah cukup tua umur BUMD ini, 109 tahun, tapi pelayanannya tak kunjung membaik. Ganti saja direksinya itu, karena tak becus bekerja. Mestinya semakin lama semakin profesional. Kalau ada perusahaan air lain tentu masyarakat akan lebih memilih meninggalkan PDAM ini,” ujarnya.
Syukri Amal
Bahkan, tidak hanya jorok, endapan kotorannya juga membuat warga harus membersihkan bak penampungan setiap hari. Ade hasibuan, 32, warga Perumahan Namori Indah Namorambe mengaku harus menguras dan membersihkan bak air hampir setiap hari. “Heran dengan PDAM ini, yang sampai ke rumah pelanggan itu air bersih apaairselokan. Kalau dibilang air bersih, airnya tidak bersih. Kalau dibilang air selokan, yang menyalurkan air itu perusahaan milik negara,” katanya, kemarin.
Menurut wiraswasta satu anak ini, dengan kotornya air yang sampai ke rumahnya, dia terpaksa harus menguras dan membersihkan bak hampir setiap hari. “Sebenarnya untuk mandi saja air itu tidak layak. Tapi karena harus mandi, terpaksa harus dipakai. Belum lagi endapan kotoran di dasar bak yang ada terus-menerus, saya jadi harus membersihkan bak tiap hari,” ungkapnya.
Dia mengeluhkan rencana PDAM Tirtanadi memberlakukan pembayaran online yang dia nilai belum layak. “Enggak usah mimpi dengan memberlakukan pembayaran online selama kualitasnya masih jauh dari harapan,” ungkapnya.
Sementara itu, buruknya kualitas air juga dirasakan warga Perumnas Helvetia. Sri Rahayu, 43. Warga Jalan Cempaka. Dia berharap air yang mengalir ke bak kamar mandinya bersih. Dia mengaku pernah membersihkannya di malam hari. Namun, air yang mengalir melalui keran rumahnya malah lebih kotor dari sebelumnya.
“Ceritanya Minggu (14/12) saya lihat ada endapan kotoran di bak kamar mandi saya, lalu saya bersihkan. Keesokan paginya, saya tampung air lagi, malah air yang datang lebih kotor, berwarna cokelat dan bau. Saya heran, apa mereka (PDAM Tirtanadi) langsung mengalirkan air tanpa diolah dan disaring dulu dari sumbernya, baru didistribusikan ke rumah warga, atau bagaimana. Ini kejadiannya tidak sekali dua kali, tapi terus- menerus,” katanya.
Ibu tiga anak itu berharap Pemprov Sumut segera membenahi BUMD tersebut karena tidak becus memberikan pelayanan kepada masyarakat. “Sudah cukup tua umur BUMD ini, 109 tahun, tapi pelayanannya tak kunjung membaik. Ganti saja direksinya itu, karena tak becus bekerja. Mestinya semakin lama semakin profesional. Kalau ada perusahaan air lain tentu masyarakat akan lebih memilih meninggalkan PDAM ini,” ujarnya.
Syukri Amal
(ftr)