Kakek 72 Tahun Ini Selamat dari Longsor Banjarnegara
A
A
A
BANJARNEGARA - Toplani, kakek berusia 72 tahun, merupakan salah satu warga Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, yang beruntung. Dirinya luput dari maut meskipun sempat terombang-ambing oleh lumpur dan longsoran yang terjadi pada Jumat (12/12/2014) petang itu.
Sore itu, dia maupun warga lainnya sedang berada di dalam rumah masing-masing. Tanpa diduga, tebing yang berada jauh di belakang rumahnya itu runtuh menyapu rumahnya. Bahkan, material longsoran menyapu rumah dan seluruh keluarganya.
"Tiba-tiba tanah dan lumpur turun, saya posisi di depan rumah mau masuk lagi untuk nolong istri dan anak cucu saya sudah terlambat. Rumah sudah diterjang tanah dan lumpur," kata Toplani, Selasa (16/12/2014).
Dia berusaha berlari sekuat tenaga untuk menghindari kejaran tanah dan lumpur di belakangnya. Namun apa daya, usianya yang mencapai 72 tahun, membuatnya tetap tersapu lumpur dan tanah.
"Saya dipojokkan lumpur ke talut. Kemudian saya lihat ada pohon kopi. Saya pegangan sekuat tenaga di pohon kopi itu. Posisi itu saya masih terus diombang-ambingkan lumpur," ujarnya.
Setelah arus lumpur mulai reda, Toplani berusaha merangkak naik menuju dataran yang lebih tinggi. Ada sekitar 10 meter dia merangkak menuju daratan yang lebih tinggi itu.
"Setiap merangkak ya kaki ambles di lumpur. Bawon (sebutan dia kepada Fatimah) juga minta tolong saya," terangnya.
Toplani meminta Fatimah untuk mengikutinya. Setelah mencapai daratan yang lebih tinggi, dia meminta bantuan warga untuk menolong Fatimah. Fatimah adalah wanita hamil sembilan bulan yang juga selamat dari longsor.
"Kemudian warga menolong Bawon menggunakan bambu dan balok kayu," jelasnya.
Dia tidak mepermasalahkan jika nantinya harus direlokasi. Namun Toplani berharap relokasi tak jauh dari kebun miliknya. Sebab hanya kebun itulah pegangan hidupnya.
"Tidak apa-apa, yang penting tidak jauh-jauh. Kalau masih mampu, saya masih ingin bercocok tanam, jagung, lombok, pisang, dan lain-lain," harapnya.
Sore itu, dia maupun warga lainnya sedang berada di dalam rumah masing-masing. Tanpa diduga, tebing yang berada jauh di belakang rumahnya itu runtuh menyapu rumahnya. Bahkan, material longsoran menyapu rumah dan seluruh keluarganya.
"Tiba-tiba tanah dan lumpur turun, saya posisi di depan rumah mau masuk lagi untuk nolong istri dan anak cucu saya sudah terlambat. Rumah sudah diterjang tanah dan lumpur," kata Toplani, Selasa (16/12/2014).
Dia berusaha berlari sekuat tenaga untuk menghindari kejaran tanah dan lumpur di belakangnya. Namun apa daya, usianya yang mencapai 72 tahun, membuatnya tetap tersapu lumpur dan tanah.
"Saya dipojokkan lumpur ke talut. Kemudian saya lihat ada pohon kopi. Saya pegangan sekuat tenaga di pohon kopi itu. Posisi itu saya masih terus diombang-ambingkan lumpur," ujarnya.
Setelah arus lumpur mulai reda, Toplani berusaha merangkak naik menuju dataran yang lebih tinggi. Ada sekitar 10 meter dia merangkak menuju daratan yang lebih tinggi itu.
"Setiap merangkak ya kaki ambles di lumpur. Bawon (sebutan dia kepada Fatimah) juga minta tolong saya," terangnya.
Toplani meminta Fatimah untuk mengikutinya. Setelah mencapai daratan yang lebih tinggi, dia meminta bantuan warga untuk menolong Fatimah. Fatimah adalah wanita hamil sembilan bulan yang juga selamat dari longsor.
"Kemudian warga menolong Bawon menggunakan bambu dan balok kayu," jelasnya.
Dia tidak mepermasalahkan jika nantinya harus direlokasi. Namun Toplani berharap relokasi tak jauh dari kebun miliknya. Sebab hanya kebun itulah pegangan hidupnya.
"Tidak apa-apa, yang penting tidak jauh-jauh. Kalau masih mampu, saya masih ingin bercocok tanam, jagung, lombok, pisang, dan lain-lain," harapnya.
(zik)