Longsor Susulan Mengancam

Senin, 15 Desember 2014 - 13:55 WIB
Longsor Susulan Mengancam
Longsor Susulan Mengancam
A A A
Longsor susulan masih mengancam sejumlah dusun di Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara. Kontur tanah yang berbukit-bukit dan rapuh serta curah hujan yang masih tinggi semakin menambah kemungkinan longsor susulan terjadi.

Wilayah yang rawan bencana tanah longsor tersebut antara lain Desa Gumelar, Desa Paweden, Desa Sampang, Desa Karangkobar, Desa Slatri, Desa Tanggapan, Desa Pagerrpelah dan Desa Pasuruan. “Memang bisa dikatakan hampir seluruh wilayah di Kecamatan Karangkobar ini rawan longsor. Tidak hanya Dusun Jemblung saja. Bahkan sebenarnya musibah longsor Dusun Jemblung di luar perkiraan kami (terjadi longsor),” kata Camat Karangkobar, Yusuf Arigar, kemarin.

Ribuan warga yang berada di kawasan longsor itu, jelas dia, sudah dipindahkan ke tempat pengungsian. Hingga kemarin siang, jumlah total pengungsi mencapai sekitar 2.031 jiwa. “Sejumlah posko pengung sian yakni di Kantor Kecamatan Ka rangkobar, Perhutani, GOR SMA Karangkobar, Balai Desa Leksana, Balai Desa Karangkobar, Pos TPQ Ngaliyan, Madrasah Sodagaran dan sejumlah rumah warga,” tambahnya.

Kasi Trantib Kecamatan Karangkobar, Priyo Triyono mengakui, bencana longsor yang menimpa Dusun Jemblung itu memang di luar perkiraan. Sebab, wilayah tersebut sangat jarang terjadi longsor. “Yang kemarin sudah longsor itu malah Dusun Diweg, Desa Karangkobar. Tapi memang belum semuanya. Kalau Dusun Jemblung itu malah mengagetkan istilahnya. Serba di luar prediksi kami,” tandasnya.

Di Dusun Diweg, lanjut dia, sekitar 20 warga setempat sudah diungsikan. Sebab hampir seluruh rumah warga dalam keadaan miring akibat sebagian lahannya longsor. Padahal lokasi longsor Dusun Diweg tersebut sudah pernah ditangani Pemkab Banjarnegara. Kepala Subbid Litigasi Bidang Tanah Badan Geologi, Kristianto mengatakan, Dusun Jemblung dan sekitarnya memiliki potensi kerentanan gerakan tanah tingkat menengah hingga tinggi.

“Potensi kerentanan gerakan tanahnya pada tingkat menengah-tinggi. Kami sudah petakan sebelumnya. Sehingga kami imbau warga untuk berhati-hati saat curah hujan tinggi,” tambahnya. Sementara Penyelidik Bumi Utama, Badan Geologi, Akhmad Zaennudin mengungkapkan, tanah sekitar lokasi kejadian rapuh. Sehingga saat curah hujan tinggi air tersimpan dalam tanah tersebut. “Ikatan butiran tanah menjadi berkurang dengan adanya air itu,” ungkapnya.

Sementara itu, lanjut dia, lapisan tanah di bawahnya merupakan tanah kedap air. Sehingga tanah rapuh yang menyimpan air hujan tersebut menjadi longsor saat tidak kuat menahannya. “Ketebalan tanah rapuh itu sekitar 8-10 meter. Di bawahnya tanah kedap air. Sehingga saat tidak kuat menahan air hujan itu, tanah rapuh itu langsung sliding atau longsor,” jelasnya.

Menurutnya, longsor di Dusun Jemblung memang di luar prediksi. Sementara di Desa Pencil, Kecamatan Wanayasa sudah lebih dulu longsor. “Di Desa Pencil itu malah lebih besar potensi longsornya dan banyak pemukiman di bawahnya. Namun pergerakan tanahnya lamban dan warga sudah diungsikan. Lha di Jemblung itu di luar rencana, tapi sudah dimasukkan peta rawan,” paparnya.

Hingga kemarin proses pencarian jenazah masih terus dilakukan oleh tim SAR Gabungan. “Total relawan yang sudah tercatat di Posko Induk sekitar 2.200 relawan. Jumlah itu di luar anggota TNI dan Polri,” kata koordinator Tim SAR bencana tanah longsor Jemblung, Setiyo Bangun.

Namun menurutnya jumlah itu akan terus bertambah. Sebab hingga kemarin siang ratusan relawan dari berbagai daerah terus berdatangan dari berbagai daerah. Masih banyak lagi relawan yang masuk dari berbagai daerah. “Ada sekitar 95 kelompok relawan dari seluruh pulau Jawa yang ke sini. Belum lagi tambahan dari Kostrad dan Kopassus,” terangnya.

22 Mayat Dievakuasi

Tim gabungan kemarin berhasil menemukan dan mengevakuasi 22 jenazah korban longsor di Dusun Jemblung. Sehingga, total korban yang telah ditemukan mencapai 42 orang. Adapun 66 orang masih dalam pencarian. Jenazah kemudian dibawa ke Posko Pemulasaran Jenazah dan Posko Post Mortem Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jateng.

Kepala Bidang Kedokteran Kepolisian (Dokkes) Polda Jateng Kombes Pol Rini Muliawati mengatakan, proses identifikasi jenazah dilakukan dengan keluarga yang mengaku ke hilangan anggota keluarganya melihat langsung korban disertai dengan ciri-ciri lainnya. Untuk memudahkan identifikasi, DVI Polda Jateng membuka Posko Ante Mortem di dekat lokasi longsor di Dusun Jemblung .

Sebanyak 19 orang dilaporkan hilang oleh sejumlah anggota keluarganya. Mereka yang dilaporkan hilang itu yakni; Kasmin, 33; Wakimah; Mugiyanto, 12; Sulistyowarmo, 21; Farouk, 5; Aji Trisno, 35; Septi, 23; Faqih 2,5 (anak Septi); Agus, 32 (suami Septi); Nidin, 21; Suprapto; Lastri, Sabar Pujianto, 19; Mulyono, 30; Syiah Novianti, 25,(istri Mul - yono); Aya, 3; Tarsono, 65; Tohri, 15; dan Siti Rokha nah,15.

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) kemarin mengunjungi lokasi bencana longsor. Jokowi melihat langsung proses evakuasi salah satu korban yang terkubur longsor. Tampak raut muka sedih ditunjukkan Jokowi saat melihat kejadian tersebut. “Fokus pertama evakuasi dulu. Kita tidak bisa bicara lain lagi dulu,” katanya.

Presiden juga berharap, akses jalan utama yang tertimbun longsor, segera teratasi. “Sehingga alat berat bisa masuk lokasi bencana,” tandasnya.

Anggota Komisi VIII DPR Abdul Fikri Fakih meminta pemerintah responsif terhadap pemukiman warga Karangkobar yang rawan longsor. “Misalnya bagi warga yang tinggal di kawasan rawan itu di relokasi,” katanya di lokasi longsor, kemarin. Ketua DPW PKS Jateng ini menambahkan, Banjarnegara termasuk daerah paling rawan bencana longsor. “Jadi harus benar-benar dilakukan antisipasi yang maksimal,” paparnya.

Pihaknya menurunkan sejumlah relawan yang bertugas melakukan evakuasi di lokasi kejadian hingga melakukan pemandian jenazah. Menteri Sosial Khofifa Indar Parawansa meminta kebutuhan para pengungsi dipenuhi. Baik kebutuhan makanan maupun sandang para pengungsi.

“Terutama selimut terpenuhi, sebab kalau malam di sini dingin. Selain itu juga kebutuhan pakaian anak-anak. Sebab jumlah pengungsi terus meningkat,” katanya. Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, bertambahnya jumlah penduduk, curah hujan semakin ekstrem menyebabkan risiko longsor makin tinggi.

“Di Indonesia ada sekitar 40,9 juta jiwa penduduk yang terpapar bahaya longsor sedang hingga tinggi. Masyarakat terpapar adalah masyarakat beserta perumahan, sistem atau elemen lain yang berada pada zona bahaya dan berujung pada potensi kerugian,” ungkapnya.

Pola longsor setiap tahun sesungguhnya sudah dikenali. Data kejadian longsor memiliki korelasi positif dengan pola hujan, di mana sebagian besar bulan Januari adalah puncak kejadian longsor. “Wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah provinsi yang paling banyak bencana longsor,” tambahnya.

Daerah yang berulang kali mengalami longsor adalah Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Garut, Bandung Barat, Tasikmalaya, Purbalingga, Banjarnegara, Karanganyar, Wonosobo, Temanggung, Cilacap, Grobogan, Pemalang, Brebes, Pekalongan, Pacitan, Ponorogo, Malang dan Jember.

Prahayuda Febrianto/ Eka Setiawan/ Muh Slamet
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4250 seconds (0.1#10.140)