HIPMI: Tunda Kenaikan TDL
A
A
A
BANDUNG - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) mendesak pemerintah untuk menunda kenaikkan tarif dasar listrik (TDL) yang rencananya bakal dilakukan awal 2015 nanti.
HIPMI menilai naiknya TDL akan menambah beban pengusaha setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu. “Bagusnya kenaikan TDL ditunda karena untuk pengusaha berat juga. Apalagi saat ini para buruh minta kenaikan upah,” jelas Ketua Umum HIPMI Jabar Yedi Karyadi kemarin.
Yedi menyebutkan, pemerintah harus mengkaji ulang mengenai rencana kenaikan TDL tersebut. Menurut dia, kenaikan TDL akan berpengaruh besar terhadap pengusaha. Selain itu, para pengusaha juga tengah dihadapkan pada perdagangan bebas masyarakat ekonomi ASEAN. Dimana tingkat persaingan dalam dunia usaha akan sangat ketat.
“Jika dipaksakan maka kami khawatir para pengusaha tidak memiliki daya saing. Karena itulah kami berharap kebijakan kenaikan TDL dikaji ulang dan ditunda pelaksananaannya,” jelas dia. Dia mengungkapkan, pemerintah seharusnya melakukan suatu kebijakan yang positif kepada para pengusaha. Sehingga hal tersebut bisa mendorong dan memotivasi pengembangan usaha.
Dalam hal itu bisa saja dilakukan dengan kemudahan perizinan ataupun kemudahan kredit perbankan. Terlebih selama ini masih banyak para pengusaha yang kesulitan mengakses pembiayaan dari perbankan. “Tentunya itu harus didorong oleh pemerintah melalui regulasinya,” tegas Yedi.
Sementara itu, Ketua Umum DPP HIPMI Sapta Oktohari mengatakan, kenaikan TDL akan berpengaruh besar terhadap para pengusaha. Apalagi kenaikan TDL selalu beriringan dengan kenaikan BBM. “Ini sebuah kenaikan yang biasanya berbarengan dengan kenaikan BBM. Jadi lucu negara kita ini menaikan TDL sebelum kenaikan BBM.”
“Padahal kalau BBM naik, TDL pasti naik lagi. Kami dari pengusaha tentunya berharap setiap ada perubahan menyesuaikan dengan keadaan,” ucapnya. Pihaknya pun tidak mungkin melakukan penyesuaian variabel ini selamanya, harus ada program yang jelas bahwa kalau pun ada kenaikan kenaikan ini harus direncanakan. “Karena yang jadi korban adalah kita pelaku usaha. Tidak hanya itu saja, kenaikan TDL pun akan ber pengaruh terhadap produktivitas para pengusaha,” keluhnya. Pihaknya berharap kalau ada perubahan itu terencana.
“Ja ngan perubahan seperti TDLdi berlakukan sebelum BBM naik, setelah BBM naik, nanti TDL naik lagi, ada 3 kali pe nyesuaian. Padahal variabel ini sangat berpengruh tehadap pengusaha,” ungkapnya.
Yugi Prasetyo
HIPMI menilai naiknya TDL akan menambah beban pengusaha setelah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) beberapa waktu lalu. “Bagusnya kenaikan TDL ditunda karena untuk pengusaha berat juga. Apalagi saat ini para buruh minta kenaikan upah,” jelas Ketua Umum HIPMI Jabar Yedi Karyadi kemarin.
Yedi menyebutkan, pemerintah harus mengkaji ulang mengenai rencana kenaikan TDL tersebut. Menurut dia, kenaikan TDL akan berpengaruh besar terhadap pengusaha. Selain itu, para pengusaha juga tengah dihadapkan pada perdagangan bebas masyarakat ekonomi ASEAN. Dimana tingkat persaingan dalam dunia usaha akan sangat ketat.
“Jika dipaksakan maka kami khawatir para pengusaha tidak memiliki daya saing. Karena itulah kami berharap kebijakan kenaikan TDL dikaji ulang dan ditunda pelaksananaannya,” jelas dia. Dia mengungkapkan, pemerintah seharusnya melakukan suatu kebijakan yang positif kepada para pengusaha. Sehingga hal tersebut bisa mendorong dan memotivasi pengembangan usaha.
Dalam hal itu bisa saja dilakukan dengan kemudahan perizinan ataupun kemudahan kredit perbankan. Terlebih selama ini masih banyak para pengusaha yang kesulitan mengakses pembiayaan dari perbankan. “Tentunya itu harus didorong oleh pemerintah melalui regulasinya,” tegas Yedi.
Sementara itu, Ketua Umum DPP HIPMI Sapta Oktohari mengatakan, kenaikan TDL akan berpengaruh besar terhadap para pengusaha. Apalagi kenaikan TDL selalu beriringan dengan kenaikan BBM. “Ini sebuah kenaikan yang biasanya berbarengan dengan kenaikan BBM. Jadi lucu negara kita ini menaikan TDL sebelum kenaikan BBM.”
“Padahal kalau BBM naik, TDL pasti naik lagi. Kami dari pengusaha tentunya berharap setiap ada perubahan menyesuaikan dengan keadaan,” ucapnya. Pihaknya pun tidak mungkin melakukan penyesuaian variabel ini selamanya, harus ada program yang jelas bahwa kalau pun ada kenaikan kenaikan ini harus direncanakan. “Karena yang jadi korban adalah kita pelaku usaha. Tidak hanya itu saja, kenaikan TDL pun akan ber pengaruh terhadap produktivitas para pengusaha,” keluhnya. Pihaknya berharap kalau ada perubahan itu terencana.
“Ja ngan perubahan seperti TDLdi berlakukan sebelum BBM naik, setelah BBM naik, nanti TDL naik lagi, ada 3 kali pe nyesuaian. Padahal variabel ini sangat berpengruh tehadap pengusaha,” ungkapnya.
Yugi Prasetyo
(ftr)