Een Dimakamkan di Sisi Pusara Ibu
A
A
A
SUMEDANG - Pagi kemarin awan mendung tak mau ber an jak dari Desa Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka. Alam seolah ikut bersedih atas ke pergian pejuang pendidikan Een Sukaesih,51,yang wafat Jumat (12/12) pukul 15.30 WIB.
Jenazah Een dimasukkan ke liang lahat diiringi isak tangis ratusan pelayat yang datang ke TPU Lio sekitar 1 kilometer dari rumahnya. Een dimakamkan tepat di sebelah pusara ibunya Umayah yang meninggal 24 Oktober 2013.
“Sebelum meninggal Ua Een pernah bilang ingin dimakamkan dekat ibunya. Lahan di sebelah makam ibunya seperti diluaskan untuk dipakai Wa Een,” kata Nining,45, salah satu pengurus pribadi almarhumah Een. Sejak pagi buta orang mulai berdatangan ke rumah duka di RT 01/06 Dusun Batukarut. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan bahkan tak bisa berkata-kata saat awak televisi memewancarainya begitu turun dari mobil. Heryawan baru bisa bicara saat upacara pelepasan.
Menurutnya, Een adalah seorang yang berkomitmen memajukan pendidikan bangsa dan sosok yang memiliki jiwa tenang. “Ins ya allah kita sepakat untuk mengatakan beliau memiliki nafsu mutmainnah (jiwa tenang) menghadap Allah masuk surga,” kata Heryawan diamini ratusan pelayat. Semua orang, kata dia, memiliki perhatian penuh kepada Een dari mulai rakyat kecil sampai presiden.
“Jiwanya di panggil Allah tapi spiritnya tetap bersama kita,” ucapnya. Jenazah diberangkatkan dari rumah duka pukul 08.15 WIB untuk disalatkan di sebuah mes jid pinggir Jalan Raya Sumedang-Cirebon. Ahmad Heryawan dan Bupati Sumedang Ade Irawan ikut meng usung keranda menuju mesjid yang berjarak 500 meter.
Sepanjang perjalanan menuju mesjid, para tetangga pada keluar rumah melepas kepergian Een dengan tangisan. Tampak Sekretaris Daerah Sumedang Zaenal Alimin dan Kepala Biro Hukum Komunikasi dan Informasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Herman Suryatman ikut menyalatkan. Anak-anak SD berpakaian pramuka murid Een saling berpelukan tak kuasa menahan ta ngis.
Dari luar mesjid mereka melambaikan tangan tanda perpisahan kepada sang panutan. Nenden, siswi kelas 5 SDN 3 Cibeureum tak bisa mengutarakan perasaan sedihnya. “Saya belajar dari Ua Een sejak kelas 1, belajar apa saja,” katanya ke pada KORAN SINDOberurai air mata. Sesampai di pemakaman jumlah peziarah makin banyak.
Tampak rombongan mahasiwa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menyaksikan prosesi pemakaman. Satu demi satu papan disusun menutup liang lahat. Tanah pun di rata - kan. Tak terasa air mata jatuh di pipi para mahasiswa yang sengaja datang dari Bandung. Nita Fauziah, mahasiswa semester 7 Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) UPI baru satu tahun mengenal sosok Een. Tapi kharisma Een begitu membekas dalam hati dan mampu mengubah dirinya menjadi orang yang lebih baik. “Ua Een begitu tulus. Saya kira sangat sulit mencari orang seperti beliau,” katanya.
Tak jauh dari rumah Een, Rumah Pintar Al Barokah se dang daibangun. Sempat man dek em - pat bulan, saat ini rumah pintar sudah 75% selesai. Dana pertama untuk rumah pintar itu salah satunya datang dari Solidaritas Istri Kabinet In donesia Bersatu (SIKIB) begitu kisah Een diangkat sebuah stasiun televisi nasional. Ibu Ani Yudhoyono melalui prog ram Indonesia Pintar pun ikut menyumbang kom puter dan buku pelajaran.
Targetnya rumah pintar akan diresmikan akhir Desember 2014. Bahkan susunan acara sudah dicatat dalam se buah buku tulis bergaris dan selalu dipegang Een. Menurut Nita, rumah pintar itu didesain oleh mahasiswa Arsitektur UPI. Sementara konsep dan program disusun bersama oleh mahasiswa PLS UPI termasuk dirinya. Jika rumah pintar itu jadi nantinya akan ada lima sentra utama pengembangan anak, yakni sentra komputer, buku, bermain, kriya, dan sentra panggung.
Masing-masing sentra dikembangkan lima mahasiswa dan menjangkau sebanyak-banyaknya anak usia sekolah. Bukan dari sekitar Desa Ci beureum saja tapi juga siswa dari daerah lain yang memang ingin belajar bersama Guru Qalbu. Sementara pembangunan masih berjalan, proses pengembangan anak usia dini (Paudni), majelis taklim, dan bimbingan belajar terus berlangsung.
Een memegang langsung bim bing an belajar. Kata Nita, anak yang datang bukan usia SD saja, tapi SMP, SMA, sampai perguruan tinggi. “Mereka datang dari Senin sampai Minggu. Akhir pekan malah makin banyak,” sebutnya. Nita terakhir bertemu Een 6 No vember 2014 saat perayaan tahun baru Islam. Ada satu pembicaraan pribadi bersama Een yang selalu diingat Nita.
Di penghujung hayatnya Een rupanya menyimpan ke khawatiran. “Ua Een masih meng khawatirkan keberlanjutan rumah pintar ini,” ungkap Nita. Itu pula yang menjadi ke khawatiran Nita dan kawan-kawan.
Dia berharap janji Gubernur Ahmad Heryawan dan Bupati Ade Irawan untuk meng hi dup - kan rumah pintar warisan Een terelalisasi.“Harapannya dengan tidak adanya Ua Een ru - mah pintar ini semakin maju,” ucap perempuan berjilbab ini.
Rudini
Jenazah Een dimasukkan ke liang lahat diiringi isak tangis ratusan pelayat yang datang ke TPU Lio sekitar 1 kilometer dari rumahnya. Een dimakamkan tepat di sebelah pusara ibunya Umayah yang meninggal 24 Oktober 2013.
“Sebelum meninggal Ua Een pernah bilang ingin dimakamkan dekat ibunya. Lahan di sebelah makam ibunya seperti diluaskan untuk dipakai Wa Een,” kata Nining,45, salah satu pengurus pribadi almarhumah Een. Sejak pagi buta orang mulai berdatangan ke rumah duka di RT 01/06 Dusun Batukarut. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan bahkan tak bisa berkata-kata saat awak televisi memewancarainya begitu turun dari mobil. Heryawan baru bisa bicara saat upacara pelepasan.
Menurutnya, Een adalah seorang yang berkomitmen memajukan pendidikan bangsa dan sosok yang memiliki jiwa tenang. “Ins ya allah kita sepakat untuk mengatakan beliau memiliki nafsu mutmainnah (jiwa tenang) menghadap Allah masuk surga,” kata Heryawan diamini ratusan pelayat. Semua orang, kata dia, memiliki perhatian penuh kepada Een dari mulai rakyat kecil sampai presiden.
“Jiwanya di panggil Allah tapi spiritnya tetap bersama kita,” ucapnya. Jenazah diberangkatkan dari rumah duka pukul 08.15 WIB untuk disalatkan di sebuah mes jid pinggir Jalan Raya Sumedang-Cirebon. Ahmad Heryawan dan Bupati Sumedang Ade Irawan ikut meng usung keranda menuju mesjid yang berjarak 500 meter.
Sepanjang perjalanan menuju mesjid, para tetangga pada keluar rumah melepas kepergian Een dengan tangisan. Tampak Sekretaris Daerah Sumedang Zaenal Alimin dan Kepala Biro Hukum Komunikasi dan Informasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Herman Suryatman ikut menyalatkan. Anak-anak SD berpakaian pramuka murid Een saling berpelukan tak kuasa menahan ta ngis.
Dari luar mesjid mereka melambaikan tangan tanda perpisahan kepada sang panutan. Nenden, siswi kelas 5 SDN 3 Cibeureum tak bisa mengutarakan perasaan sedihnya. “Saya belajar dari Ua Een sejak kelas 1, belajar apa saja,” katanya ke pada KORAN SINDOberurai air mata. Sesampai di pemakaman jumlah peziarah makin banyak.
Tampak rombongan mahasiwa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menyaksikan prosesi pemakaman. Satu demi satu papan disusun menutup liang lahat. Tanah pun di rata - kan. Tak terasa air mata jatuh di pipi para mahasiswa yang sengaja datang dari Bandung. Nita Fauziah, mahasiswa semester 7 Jurusan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) UPI baru satu tahun mengenal sosok Een. Tapi kharisma Een begitu membekas dalam hati dan mampu mengubah dirinya menjadi orang yang lebih baik. “Ua Een begitu tulus. Saya kira sangat sulit mencari orang seperti beliau,” katanya.
Tak jauh dari rumah Een, Rumah Pintar Al Barokah se dang daibangun. Sempat man dek em - pat bulan, saat ini rumah pintar sudah 75% selesai. Dana pertama untuk rumah pintar itu salah satunya datang dari Solidaritas Istri Kabinet In donesia Bersatu (SIKIB) begitu kisah Een diangkat sebuah stasiun televisi nasional. Ibu Ani Yudhoyono melalui prog ram Indonesia Pintar pun ikut menyumbang kom puter dan buku pelajaran.
Targetnya rumah pintar akan diresmikan akhir Desember 2014. Bahkan susunan acara sudah dicatat dalam se buah buku tulis bergaris dan selalu dipegang Een. Menurut Nita, rumah pintar itu didesain oleh mahasiswa Arsitektur UPI. Sementara konsep dan program disusun bersama oleh mahasiswa PLS UPI termasuk dirinya. Jika rumah pintar itu jadi nantinya akan ada lima sentra utama pengembangan anak, yakni sentra komputer, buku, bermain, kriya, dan sentra panggung.
Masing-masing sentra dikembangkan lima mahasiswa dan menjangkau sebanyak-banyaknya anak usia sekolah. Bukan dari sekitar Desa Ci beureum saja tapi juga siswa dari daerah lain yang memang ingin belajar bersama Guru Qalbu. Sementara pembangunan masih berjalan, proses pengembangan anak usia dini (Paudni), majelis taklim, dan bimbingan belajar terus berlangsung.
Een memegang langsung bim bing an belajar. Kata Nita, anak yang datang bukan usia SD saja, tapi SMP, SMA, sampai perguruan tinggi. “Mereka datang dari Senin sampai Minggu. Akhir pekan malah makin banyak,” sebutnya. Nita terakhir bertemu Een 6 No vember 2014 saat perayaan tahun baru Islam. Ada satu pembicaraan pribadi bersama Een yang selalu diingat Nita.
Di penghujung hayatnya Een rupanya menyimpan ke khawatiran. “Ua Een masih meng khawatirkan keberlanjutan rumah pintar ini,” ungkap Nita. Itu pula yang menjadi ke khawatiran Nita dan kawan-kawan.
Dia berharap janji Gubernur Ahmad Heryawan dan Bupati Ade Irawan untuk meng hi dup - kan rumah pintar warisan Een terelalisasi.“Harapannya dengan tidak adanya Ua Een ru - mah pintar ini semakin maju,” ucap perempuan berjilbab ini.
Rudini
(ars)