Ratusan Grandong Lumpuhkan Pelabuhan Cirebon
A
A
A
CIREBON - Ratusan pengorek batu bara atau grandong, kembali memblokade pintu masuk Pelabuhan Cirebon. Aktivitas pelabuhan pun lumpuh dan diprediksi menyebabkan kerugian hingga miliaran rupiah.
Aksi blokade menyebabkan puluhan truk pengangkut batu bara, tangki minyak curah, hingga kendaraan suplai air bersih, tak bisa masuk maupun keluar pelabuhan. Aksi grandong kali ini bukan pertama kalinya.
Dalam aksinya, ratusan grandong sempat terlibat saling dorong dengan petugas kepolisian, hingga mengakibatkan dua orang terluka akibat terjatuh dan terinjak-injak, di depan pintu masuk Pos 3 Pelabuhan Cirebon.
Keduanya adalah Mono (35), dan Rakida (50). Akibat luka yang dideritanya, kedua grandong ini dibawa ke RS Pelabuhan Cirebon, yang terletak tak jauh dari pelabuhan.
Pasca sterilisasi Pelabuhan Cirebon, pada 3 Desember 2014 oleh PT Pelindo II, beberapa kali grandong melakukan hal serupa hingga mengakibatkan aktivitas di pelabuhan tak normal.
Akibat kondisi itu, PT Pelindo II maupun pengusaha mengalami kerugian materi yang diprediksi hingga miliaran rupiah. Blokade dilakukan di dua pintu masuk pelabuhan. Di pintu pos 1, grandong memblokade akses masuk dengan membakar kayu dan ban bekas di pintu masuk dan keluar. Di pintu pos II, grandong membentuk pagar manusia.
Aksi itu mereka lakukan untuk menolak kebijakan sterilisasi yang dilakukan PT Pelindo II. Sterilisasi ini dimaksudkan untuk mencegah pihak-pihak tak berkepentingan masuk areal pelabuhan.
“Blokade akan terus kami lakukan, sampai kami dibolehkan mencari sisa batu bara di Pelabuhan Cirebon,” kata salah satu perwakilan warga pesisir Karsudin, kepada wartawan, Jumat (12/12/2014).
Grandong menuntut, jika mereka tak diizinkan masuk, batu bara pun tak usah pula masuk Pelabuhan Cirebon. Ketergantungan mereka terhadap batu bara, tak dipungkiri memang tinggi, sebagai ladang mencari nafkah.
Diperoleh informasi, warga pesisir yang mencari nafkah dari sisa batu bara lebih dari 300 orang. Sebelum sterilisasi, mereka terbagi dalam 12 kelompok dengan masing-masing kelompok 25-30 orang.
Menurut dia, mereka bergiliran kerja setiap 12 hari sekali. Dalam sekali kerja, satu kelompok bisa mendapat 300 karung batu bara seharga Rp7000/karung.
Manajer Operasional PT Pelindo II Cirebon Yossianus Marciano memastikan, akibat aksi blokade semua kendaraan pengangkut yang memuat beragam komoditi tak bisa masuk Pelabuhan Cirebon. Dia pun mengaku, setidaknya 13 pabrik tekstil di Bandung melaporkan stok batu bara milik mereka mulai menipis.
“Batu bara, minyak curah, dan komoditas lain yang masuk ke pelabuhan, akhirnya tak terangkut akibat blokade. Untuk kerugian masih kami hitung,” ungkap dia.
Menurut dia, kerugian bukan hanya dialami PT Pelindo II dan pengusaha. Awak kapal pun terpaksa harus menambah biaya ekstra akibat muatan belum juga dibongkar.
Aksi blokade menyebabkan puluhan truk pengangkut batu bara, tangki minyak curah, hingga kendaraan suplai air bersih, tak bisa masuk maupun keluar pelabuhan. Aksi grandong kali ini bukan pertama kalinya.
Dalam aksinya, ratusan grandong sempat terlibat saling dorong dengan petugas kepolisian, hingga mengakibatkan dua orang terluka akibat terjatuh dan terinjak-injak, di depan pintu masuk Pos 3 Pelabuhan Cirebon.
Keduanya adalah Mono (35), dan Rakida (50). Akibat luka yang dideritanya, kedua grandong ini dibawa ke RS Pelabuhan Cirebon, yang terletak tak jauh dari pelabuhan.
Pasca sterilisasi Pelabuhan Cirebon, pada 3 Desember 2014 oleh PT Pelindo II, beberapa kali grandong melakukan hal serupa hingga mengakibatkan aktivitas di pelabuhan tak normal.
Akibat kondisi itu, PT Pelindo II maupun pengusaha mengalami kerugian materi yang diprediksi hingga miliaran rupiah. Blokade dilakukan di dua pintu masuk pelabuhan. Di pintu pos 1, grandong memblokade akses masuk dengan membakar kayu dan ban bekas di pintu masuk dan keluar. Di pintu pos II, grandong membentuk pagar manusia.
Aksi itu mereka lakukan untuk menolak kebijakan sterilisasi yang dilakukan PT Pelindo II. Sterilisasi ini dimaksudkan untuk mencegah pihak-pihak tak berkepentingan masuk areal pelabuhan.
“Blokade akan terus kami lakukan, sampai kami dibolehkan mencari sisa batu bara di Pelabuhan Cirebon,” kata salah satu perwakilan warga pesisir Karsudin, kepada wartawan, Jumat (12/12/2014).
Grandong menuntut, jika mereka tak diizinkan masuk, batu bara pun tak usah pula masuk Pelabuhan Cirebon. Ketergantungan mereka terhadap batu bara, tak dipungkiri memang tinggi, sebagai ladang mencari nafkah.
Diperoleh informasi, warga pesisir yang mencari nafkah dari sisa batu bara lebih dari 300 orang. Sebelum sterilisasi, mereka terbagi dalam 12 kelompok dengan masing-masing kelompok 25-30 orang.
Menurut dia, mereka bergiliran kerja setiap 12 hari sekali. Dalam sekali kerja, satu kelompok bisa mendapat 300 karung batu bara seharga Rp7000/karung.
Manajer Operasional PT Pelindo II Cirebon Yossianus Marciano memastikan, akibat aksi blokade semua kendaraan pengangkut yang memuat beragam komoditi tak bisa masuk Pelabuhan Cirebon. Dia pun mengaku, setidaknya 13 pabrik tekstil di Bandung melaporkan stok batu bara milik mereka mulai menipis.
“Batu bara, minyak curah, dan komoditas lain yang masuk ke pelabuhan, akhirnya tak terangkut akibat blokade. Untuk kerugian masih kami hitung,” ungkap dia.
Menurut dia, kerugian bukan hanya dialami PT Pelindo II dan pengusaha. Awak kapal pun terpaksa harus menambah biaya ekstra akibat muatan belum juga dibongkar.
(san)