Pasokan Elpiji 3 Kg Dikeluhkan
A
A
A
MEDAN - Pedagang eceran di Kota Medan mengeluhkan minimnya pasokan elpiji 3 kilogram (kg). Mereka hanya boleh membeli maksimal lima atau enam tabung gas dalam sepekan.
Pembatasan pembelian elpiji 3 kg dari agen maupun subagen (pangkalan) ini membuat persediaan menjadi lebih sedikit dan cepat habis. Ross, pengecer elpiji 3 kg di Jalan Eka Rasmi, Kecamatan Medan Johor, mengatakan, pasokan elpiji 3 kg dari pangkalan telah dikurangi dalam sebulan terakhir. Padahal, biasanya dia mendapat jatah elpiji 3 kg sebanyak 12 tabung gas. Alhasil, dirinya hanya menjual dengan jumlah terbatas.
“Sekarang saya hanya dapat lima tabung gas saja. Mau bagaimana lagi. Saya sudah minta supaya lebih, tapi dari pihak pangkalan memang membatasi. Bukan saya saja, semua pengecer dibatasi jatah elpiji 3 kg,” katanya, kemarin. Ross mengaku harga jual elpiji 3 kg di tempatnya masih Rp20.000 per tabung.
Dia pun terpaksa menjual elpiji 3 kg tersebut di atas HET (harga eceran tertinggi) Kota Medan sebesar Rp16.000 per tabung. Sebab, biaya transportasi juga mengalami kenaikan. “Itu saja masih murah, di tempat eceran lain malah ada yang menjual di atas itu. Kami sangat kekurangan pasokan gas. Kalau sudah masuk lima tabung gas itu, langsung habis hari itu juga. Terpaksa menunggu lagi pasokan dari pangkalan,” ujarnya.
Senada, pengecer elpiji di Jalan Amal, Kecamatan Kampung Lalang Medan, Hanif, mengatakan, sejakPertaminamengetatkan pasokan gas ke pasaran, menyebabkan komoditi ini menjadi sangat sulit diperoleh. Pasokan gas kepada pedagang, katanya, sedikit sekali, bahkan dalam beberapa hari ini tak ada sama sekali.
“Elpiji sedang kosong. Dari pangkalan belum ada memasok elpiji 3kg kesini. Memang sedang kosong dari pangkalan. Padahal, saya sudah keliling-keliling ke beberapa pangkalan, namun kosong semua. Kalaupun ada hanya tinggal beberapa saja, dan itu pun hanya dikasih dua tabung saja,” ungkapnya.
Terpisah, Ketua YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) Sumut, Abu Bakar Sidik, mengatakan, langkanya elpiji 3 kg di pasaran tidak terlepas dari adanya permainan oknum-oknum yang mengoplos elpiji tersebut.
“Yang bermain ini bukan orang miskin, tapi orang kaya, karena tabung-tabung itu mahal harganya. Jadi, bagaimana pun yang 3 kg itu habis semua. Pertamina katanya tidak mengurangi pasokan, ternyata di lapangan elpiji ini langka. Ini kan permainan semua,” ucapnya.
Menurut Abu Bakar, selama ini sistem pembelian elpiji 3 kg tidak terarah. Harusnya sesuai program pemerintah, hanya masyarakat yang berhak saja yang bisa membeli elpiji 3 kg. Namun nyatanya, masih banyak masyarakat golongan menengah ke atas menggunakan elpiji 3 kg.
“Karena itu, perlu tindakan pemerintah untuk mengatasi kelangkaan elpiji 3 kg ini, misalnya masyarakat hanya bisa membeli asalkan mengantongi kartu pengamanan,” tandasnya.
Siti Amelia
Pembatasan pembelian elpiji 3 kg dari agen maupun subagen (pangkalan) ini membuat persediaan menjadi lebih sedikit dan cepat habis. Ross, pengecer elpiji 3 kg di Jalan Eka Rasmi, Kecamatan Medan Johor, mengatakan, pasokan elpiji 3 kg dari pangkalan telah dikurangi dalam sebulan terakhir. Padahal, biasanya dia mendapat jatah elpiji 3 kg sebanyak 12 tabung gas. Alhasil, dirinya hanya menjual dengan jumlah terbatas.
“Sekarang saya hanya dapat lima tabung gas saja. Mau bagaimana lagi. Saya sudah minta supaya lebih, tapi dari pihak pangkalan memang membatasi. Bukan saya saja, semua pengecer dibatasi jatah elpiji 3 kg,” katanya, kemarin. Ross mengaku harga jual elpiji 3 kg di tempatnya masih Rp20.000 per tabung.
Dia pun terpaksa menjual elpiji 3 kg tersebut di atas HET (harga eceran tertinggi) Kota Medan sebesar Rp16.000 per tabung. Sebab, biaya transportasi juga mengalami kenaikan. “Itu saja masih murah, di tempat eceran lain malah ada yang menjual di atas itu. Kami sangat kekurangan pasokan gas. Kalau sudah masuk lima tabung gas itu, langsung habis hari itu juga. Terpaksa menunggu lagi pasokan dari pangkalan,” ujarnya.
Senada, pengecer elpiji di Jalan Amal, Kecamatan Kampung Lalang Medan, Hanif, mengatakan, sejakPertaminamengetatkan pasokan gas ke pasaran, menyebabkan komoditi ini menjadi sangat sulit diperoleh. Pasokan gas kepada pedagang, katanya, sedikit sekali, bahkan dalam beberapa hari ini tak ada sama sekali.
“Elpiji sedang kosong. Dari pangkalan belum ada memasok elpiji 3kg kesini. Memang sedang kosong dari pangkalan. Padahal, saya sudah keliling-keliling ke beberapa pangkalan, namun kosong semua. Kalaupun ada hanya tinggal beberapa saja, dan itu pun hanya dikasih dua tabung saja,” ungkapnya.
Terpisah, Ketua YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) Sumut, Abu Bakar Sidik, mengatakan, langkanya elpiji 3 kg di pasaran tidak terlepas dari adanya permainan oknum-oknum yang mengoplos elpiji tersebut.
“Yang bermain ini bukan orang miskin, tapi orang kaya, karena tabung-tabung itu mahal harganya. Jadi, bagaimana pun yang 3 kg itu habis semua. Pertamina katanya tidak mengurangi pasokan, ternyata di lapangan elpiji ini langka. Ini kan permainan semua,” ucapnya.
Menurut Abu Bakar, selama ini sistem pembelian elpiji 3 kg tidak terarah. Harusnya sesuai program pemerintah, hanya masyarakat yang berhak saja yang bisa membeli elpiji 3 kg. Namun nyatanya, masih banyak masyarakat golongan menengah ke atas menggunakan elpiji 3 kg.
“Karena itu, perlu tindakan pemerintah untuk mengatasi kelangkaan elpiji 3 kg ini, misalnya masyarakat hanya bisa membeli asalkan mengantongi kartu pengamanan,” tandasnya.
Siti Amelia
(ftr)