Simbol Modernitas Dunia Hiburan Bandung

Kamis, 11 Desember 2014 - 09:35 WIB
Simbol Modernitas Dunia Hiburan Bandung
Simbol Modernitas Dunia Hiburan Bandung
A A A
BANDUNG - Suara riuh menggema dari dalam gedung Bioskop Dian. Terletak di Alunalun Timur Kota Bandung, tepatnya di Jalan Dalem Kaum No 58.

Tapi suara riuh itu tidak lagi berasal dari antusiasme penonton yang tengah menyaksikan film yang sedang diputar. Melainkan teriakan orang-orang yang sedang berolah raga futsal di gedung eks bioskop Dian. Ya, kini bioskop itu beralih menjadi Dian Futsal Club Bandung. Lebih dari satu dasawarsa, properti Dian memang sudah berubah fungsi menjadi sarana olah raga.

Padahal pada masa colonial, sekitar 1900-an hingga 1980- an, kawasan Alun-alun Bandung ini kaya akan properti bioskop. Bioskop itu dibangun pada 1925, tepatnya pada masa kolonial Belanda. Fungsi aslinya sebagai “Radio City” Cinema. Kemudian berubah nama menjadi Dian Cinema atau Bioskop Dian. Pada pertengahan 1990-an, Bioskop Dian tutup.

Sejak saat itu, tepatnya pertengahan periode 2000-an, bioskop itu digunakan arena futsal. Jika melongok ke dalam, tampak lapangan futsal membentang. Jika melihat ke atas, terlihat plafon sudah terlepas bahkan nyaris habis tanpa plafon yang hanya terlihat atapnya saja. Bioskop itu tadinya terdiri tiga lantai.

Lantai pertama untuk tiket, kedua sebagai bal kon, dan ketiga untuk menghidupkan proyektor. Saat ini, Dian memang telah berubah menjadi lapangan futsal. Penjaga futsal Dian, Ariy mengatakan bioskop ini memang pernah berjaya di masa lalu. Gedung ini pernah menjadi primadona, berkat arsitektur bernilai tinggi dan menjadi simbol modernitas dunia hiburan pada masanya.

Kini, bangunan megah itu hanya tinggal bangunan redup dengan banyak plafon bolong serta debu-debu tebal di atas balkon. Tak hanya itu, sinar matahari mudah sekali masuk ruangan karena jendela tak berkaca. Dulu, tak ada cahaya masuk ke dalam ruangan, kecuali pancaran sinar proyektor film. Nasib gedung bioskop ini makin memburuk sejak maraknya peredaran film dari compact disk (CD) bajakan serta kehadiran bioskop modern.

Bioskop lama pun sekarat selama beberapa tahun ke belakang. Pada akhir kejayaannya, bioskop ini menjadi tempat hiburan masyarakat kelas menengah-bawah. Bioskop Dian dulunya sering memutar film Bollywood sebelum mati dan berubah fungsi menjadi lapangan futsal. Orang pertama yang menyewa Dian Bioskop yakni Setia, kemudian diteruskan oleh Agus dan Beny, dan disewa orang lain hingga saat ini.

“Saya sejak tahun 1985 sering bermain di daerah ini bahkan berjualan. Kemudian bioskop tutup dan beralih menjadi lapangan futsal. Saya sendiri menjadi penjaganya sejak dua tahun lalu, Tidur pun sehari-harinya di sini. Termasuk cuci pakaian,” tutur Ariy, pria asal Ciamis itu.

Dia berharap, pemerintah sebaiknya menggandeng swasta dalam menghidupkan serta melestarikan gedung Dian menjadi bioskop yang kompetitif, bahkan melebihi bioskop yang menempel pada mal.

Iwa Ahmad Sugriwa
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3467 seconds (0.1#10.140)