Teridentifikasi, Kos Korban Diperiksa Ulang

Selasa, 09 Desember 2014 - 10:54 WIB
Teridentifikasi, Kos Korban Diperiksa Ulang
Teridentifikasi, Kos Korban Diperiksa Ulang
A A A
PEKALONGAN - Pelaku pembunuhan terhadap Istanti, 26, guru SDN Kraton, Pekalongan, bersama janin berusia 8 bulan yang tengah dikandungnya, mulai terkuak.

Polisi kemarin, mendalami keterangan sejumlah saksi, yakni teman kos dan rekan kerja korban. “Saksi yang kami mintai keterangan masih seperti kemarin, yakni dari temanteman guru dan teman kosnya. Hari ini lebih pada pendalaman saksi-saksi itu. Kami juga terus mengumpulkan barang bukti untuk mengungkap kasus ini,” kata Kapolsek Pekalongan Barat, Kompol Hartono, kemarin.

Dia mengungkapkan, dari pengembangan kasus yang dilakukan bersama Satreskrim Polresta Pekalongan, sudah menjurus kepada pelaku. Namun, dirinya masih enggan menyebutkan identitas pelaku maupun jumlah pelaku dugaan perampokan yang berakhir kematian korban itu. “Sudah menjurus ke pelaku. Tapi kami masih terus melakukan pendalaman untuk lebih memastikannya,” ujarnya.

Pantauan KORAN SINDO , suasana kos korban yang menjadi lokasi pembunuhan pada Sabtu (6/12) kemarin terlihat sepi. Tiga dari lima pintu kamar yang terdapat di kos tersebut dalam keadaan terbuka. Se jumlah polisi kemarin memeriksa ulang ke sejumlah kamar di kos. Diduga kuat, pelaku mengenal dan sudah mengetahui detail kondisi kos korban.

Sementara suasana duka masih menyelimuti SDN Kraton Pekalongan. Para guru dan siswa merasa sangat kehilangan dengan sosok almarhum Istanti yang dikenal ramah dan periang. Sejumlah siswa masih terlihat menangis saat doa bersama yang mereka gelar kemarin pagi. “Guru-guru masih banyak yang menangis. Anak-anak malah hampir seluruhnya menangis. Sebab anak-anak manja dengan almarhum,” kata Sunarjito, 40, guru kelas IV B seusai doa bersama, kemarin.

Bahkan, lanjut dia, ujian semester sempat terganggu akibat guru menangis saat akan membagikan soal ujian. Karena itu, sejumlah guru laki-laki akhirnya membantu membagikan soal tersebut. “Setiap guru perempuan masuk kelas, kemudian melihat anak-anak langsung menangis. Ganti guru perempuan lagi, juga menangis lagi. Akhirnya, kami bantu mem bagikan soal,” ungkapnya.

Arwanti, 45, mengaku sudah menganggap almarhum Istianti seperti anaknya sendiri. Dia merasa sangat kehilangan dengan kepergian korban. “Anaknya (korban) baik. Sering manja-manjaan ke saya, mungkin karena jauh dari keluarga dan suaminya. Jadi sudah seperti anak sendiri,” ujar guru olahraga SDN Kraton itu.

Hal senada dikatakan Kusmiati, 56, guru kelas III B. Guruguru senior setempat sudah menganggap guru-guru muda layaknya anak sendiri. “Kami yang sudah tua-tua ini eman dengan guru-guru muda. Apalagi almarhum dalam keadaan hamil,” ucapnya.

Sementara, lanjut dia, sejuml ah guru secara bergantian mengajar kelas IV A yang ditinggalkan almarhum. “Ada tiga guru yang bergantian mengisi kelas IV A itu,” katanya. Raut kesedihan juga tampak di wajah sejumlah wali murid yang sedang menjemput anakanak mereka.

Bahkan salah seorang wali murid bernama Salamah, 30, meneteskan air mata saat menjemput anaknya. “Saya juga dekat dengan Bu Istianti. Saya juga sering curhat kepada almarhum tentang anak saya. Sebab kebetulan anak saya agak kurang dalam menangkap pelajaran. Jadi saat ulang tahun kemarin juga dirayakan oleh anak-anak. Meninggalnya itu pas usianya yang ke-26 lebih 26 hari,” katanya.

Prahayuda Febrianto
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7870 seconds (0.1#10.140)