Warga Ingin Dipekerjakan
A
A
A
KULONPROGO - Warga Desa Sindutan Kecamatan Temon Kulonprogo yang lahannya akan terkena proyek bandara mendukung rencana pembangunan bandara dengan syarat.
Salah satunya mereka ingin ada jaminan pekerjaan bagi mereka dan ruang usaha. Tukinem, salah seorang warga, mengaku tidak masalah tanah dan bangunan rumahnya tergusur oleh pembangunan bandara. Meski berat, namun dia bisa memahami maksud dari pemerintah. Hanya saja, pemerintah juga memberikan timbal balik bagi warga terdampak.
Salah satunya memprioritaskan warga dalam seleksi tenaga kerja. “Saya setuju, tetapi anak cucu saya harus diterima bekerja,” katanya di sela-sela konsultasi publik pembangunan bandara di Balai Desa Sindutan, kemarin. Hasil dari pendataan yang ada, rumahnya tidak ikut terkena proyek. Namun sawah dan pekarangan rumahnya akan kena.
Hal itu bukan menjadi masalah, dan dia bersama keluarganya mendukung. “Anak saya jadi sopir di rantau. Saya ingin mereka pulang dan nanti bekerja di sana,” ujarnya. Panikem, warga lain mengatakan, sebelum menghadiri konsultasi publik sudah rapat keluarga.
Meskipun dengan berat hati, keluarganya bisa menerima dan mendukung. Sebab dia nantinya akan kehilangan sawah yang menjadi tumpuan hidupnya. “Ada senang dan susahnya. Nanti kalau mau ke tempat saudara di Sumatera, bisa naik pesawat lebih dekat,” ujarnya.
Dia ingin ada kepastian dari pemerintah yang dituangkan dalam kesepakatan, untuk memprioritaskan warga terdampak. Pada konsultasi kemarin dari 160 undangan yang hadir 282 orang, karena ada satu undangan dihadiri oleh beberapa ahli waris. Hanya ada tiga undangan yang tidak hadir.
Humas Tim Pembangunan Bandara Ariyadi Subagyo mengakui banyak tuntutan warga agar diprioritaskan dalam pekerjaan. Hal itu akan diakomodasi, sesuai dengan pendidikan dan keahlian dari masyarakat. Sebab ada posisi teknis yang tidak bisa diisi sembarangan.
PT Angkasa Pura, kata dia, sebenarnya sudah melakukan kerja sama dengan UGM dalam hal seleksi tenaga kerja. Hal itu terutama untuk menyeleksi calon tenaga kerja dari warga setempat yang membutuhkan kualifikasi khusus atau keahlian. “Kerja samanya sudah ada, kalau nanti kompetensi kurang, UGM akan membantu agar bisa bersaing,” katanya.
Saat ini, warga di Pedukuhan Kragon I dan II sudah melakukan pendataan di kalangan warga. Sudah ada data nama, alamat, dan kualifikasi dari pemuda yang ada. Data ini sudah diserahkan ke camat dan telah diterimanya.
“Data seperti ini cukup bagus, dan nanti UGM akan melakukan profiling. Prinsip pelaksana dan UGM berusaha memberdayakan masyarakat dan memberikan jaminan adanya multiplier effect terkait adanya bandara,” ujarnya.
Kuntadi
Salah satunya mereka ingin ada jaminan pekerjaan bagi mereka dan ruang usaha. Tukinem, salah seorang warga, mengaku tidak masalah tanah dan bangunan rumahnya tergusur oleh pembangunan bandara. Meski berat, namun dia bisa memahami maksud dari pemerintah. Hanya saja, pemerintah juga memberikan timbal balik bagi warga terdampak.
Salah satunya memprioritaskan warga dalam seleksi tenaga kerja. “Saya setuju, tetapi anak cucu saya harus diterima bekerja,” katanya di sela-sela konsultasi publik pembangunan bandara di Balai Desa Sindutan, kemarin. Hasil dari pendataan yang ada, rumahnya tidak ikut terkena proyek. Namun sawah dan pekarangan rumahnya akan kena.
Hal itu bukan menjadi masalah, dan dia bersama keluarganya mendukung. “Anak saya jadi sopir di rantau. Saya ingin mereka pulang dan nanti bekerja di sana,” ujarnya. Panikem, warga lain mengatakan, sebelum menghadiri konsultasi publik sudah rapat keluarga.
Meskipun dengan berat hati, keluarganya bisa menerima dan mendukung. Sebab dia nantinya akan kehilangan sawah yang menjadi tumpuan hidupnya. “Ada senang dan susahnya. Nanti kalau mau ke tempat saudara di Sumatera, bisa naik pesawat lebih dekat,” ujarnya.
Dia ingin ada kepastian dari pemerintah yang dituangkan dalam kesepakatan, untuk memprioritaskan warga terdampak. Pada konsultasi kemarin dari 160 undangan yang hadir 282 orang, karena ada satu undangan dihadiri oleh beberapa ahli waris. Hanya ada tiga undangan yang tidak hadir.
Humas Tim Pembangunan Bandara Ariyadi Subagyo mengakui banyak tuntutan warga agar diprioritaskan dalam pekerjaan. Hal itu akan diakomodasi, sesuai dengan pendidikan dan keahlian dari masyarakat. Sebab ada posisi teknis yang tidak bisa diisi sembarangan.
PT Angkasa Pura, kata dia, sebenarnya sudah melakukan kerja sama dengan UGM dalam hal seleksi tenaga kerja. Hal itu terutama untuk menyeleksi calon tenaga kerja dari warga setempat yang membutuhkan kualifikasi khusus atau keahlian. “Kerja samanya sudah ada, kalau nanti kompetensi kurang, UGM akan membantu agar bisa bersaing,” katanya.
Saat ini, warga di Pedukuhan Kragon I dan II sudah melakukan pendataan di kalangan warga. Sudah ada data nama, alamat, dan kualifikasi dari pemuda yang ada. Data ini sudah diserahkan ke camat dan telah diterimanya.
“Data seperti ini cukup bagus, dan nanti UGM akan melakukan profiling. Prinsip pelaksana dan UGM berusaha memberdayakan masyarakat dan memberikan jaminan adanya multiplier effect terkait adanya bandara,” ujarnya.
Kuntadi
(ftr)