Mengoleksi Transformasi Mata Uang Sejak Zaman Belanda

Selasa, 09 Desember 2014 - 09:13 WIB
Mengoleksi Transformasi Mata Uang Sejak Zaman Belanda
Mengoleksi Transformasi Mata Uang Sejak Zaman Belanda
A A A
BANDUNG - Tepat di depan Balai Kota Bandung, berdiri megah gedung putih peninggalan Belanda.

Kemegahannya seolah mengalahkan keinginan masyarakat mengetahui lebih dalam keberadaan bangunan itu, walaupun gedung yang kini menjadi Kantor Bank Indonesia Jabar ini terbuka untuk umum. Sejak Mei 2014 lalu, gedung ini resmi menjadi cagar budaya (heritage), melalui Perda Kota Bandung No 19 tertanggal 7 Agustus 2009 tentang Pengelolaan Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya.

Kedudukannya sebagai heritage membuka peluang bagi masyarakat mengunjungi bangunan ini. Mereka bisa menyaksikan lebih dekat koleksi sejarah BI di gedung yang berlokasi di Jalan Braga Bandung itu. Sejak saat itu, masyarakat umum maupun pelajar berdatangan silih berganti. Mereka bisa melihat lebih dekat, transformasi mata uang dari sejak zaman penjajahan Belanda hingga sekarang.

Koleksi uang kertas maupun logam yang berlaku pada zamannya berjejer rapi di dalam dinding heritagetersebut dengan ditata sedemikian rupa. Selain koleksi uang kuno yang pernah beredar di Indonesia dari masa ke masa, ada juga koleksi non numismatik atau alat-alat baik untuk keperluan administrasi ataupun lainnya.

Pesawat telepon kuno, alat pelubang kertas, alat penimbang, alat pengangkut uang yang dahulu terbuat dari benda seperti drum yang ditarik oleh manusia, dan lain sebagainya. Keberadaan heritage ini diharapkan lebih mencairkan keseganan masyarakat umum untuk berkunjung kegedung yang awalnya merupakan kantor cabang De Javasche Bank (DJB) ke-15.

Tidak bisa dipungkiri, melihat gedung yang memang dijaga ketat petugas keamanan ini, masyarakat enggan untuk masuk ke dalamnya. Betapa tidak, selain dijaga ketat petugas keamanan, tralis besi di jendela gedung heritage tersebut menambah aksen menakutkan bagi para pengunjung. Gedung yang menurut sejarah tidak terbakar saat peristiwa Bandung Lautan Api tersebut memang didesain khusus sebagai tempat disimpannya uang negara.

“Relatif sih yang datangnya, mungkin karena masih belum banyak yang tahu juga. Per minggunya pengunjung yang datang sekitar 50 orang. Tidak hanya dari Bandung, belum lama ini ada sekelompok siswa yang datang dari Bogor,” ungkap Humas perwakilan BI Jabar Rahma Dewi Pandiangan.

Di dalam gedung yang dulunya merupakan tempat pelayanan kas BI tersebut terdapat juga konsep memorabilia yang mencakup kilasan berbagai peristiwa yang mendukung gedung bergaya arsitektur neoklasik tersebut.

Di antaranya bagaimana geliat ekonomi Bandung masa Hindia Belanda. Pertahanan terakhir pendudukan Jepang, DJB di tengah Bandung Lautan Api, perjuangan ekonomi tanpa henti, dan lain-lain.

Fauzan
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6224 seconds (0.1#10.140)